Tampilkan postingan dengan label Bhagavatam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bhagavatam. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 Februari 2015

Hubungan antara Maharaja Bali, Vamana Avatara, Sri Krishna, dan Raksasi Putana



2 Hal mendasar yakni Hukum sebab akibat atau Karma phala dan juga Reinkarnasi, mungkin tdk tersurat secara jelas dlm kitab agama Abrahamik. Namun terlepas dari yakin tidaknya seseorang terhadap hal dimaksud, kedua hukum ini adalah keniscayaan yang pasti akan dialami semua roh. Sebab Ia adalah produk Tuhan bukan hasil kecerdasan manusia.
Kisah tentang Putana, seorang Raksasi wanita yang dikirim oleh Raja Kamsa untuk menghabisi Sri Krishna yang telah ditakdirkan sebagai maut bagi Kamsa, adalah salah satu gambaran nyata bagaimana seharusnya mahluk hidup yang dikarunia daya pikir agar mampu mempergunakannya dengan baik untuk menyelamatkan dan meningkatkan kwalitas kehidupan jiwanya ke taraf yang lebih tinggi dan mulia dari kehidupan yang didapatkannya pada saat ini.

Sebenarnya siapakah Putana sebelum ia dilahirkan dalam wujud seorang raksasa wanita ?. Sebagaimana penuturan dari Bhagavan Sri Sathya Narayana, Putana adalah putrid dari Maharaja Bali yang merupakan penguasa di kerajaan Kerala. Walaupun Bali adalah seorang raksasa, tapi Ia adalah pemimpin yang sangat arif. Ia melandaskan segala kegiatannya pada kebenaran. Dilaksanakannya tugas-tugasnya dengan menganggap rakyat sebagai anak-anaknya sendiri. Bali adalah raja yang sangat dermawan. Ia penuh belas kasihan dan cemerlang bagaikan surya kebenaran sehingga menyebabkan pemerintahannya di Kerala makmur dan bahagia. Namun sangat disayangkan bahwa dengan berkah kekuatan yang dimilikinya, ia menjadi agak congkak dan menyerang beberapa kerajaan untuk dikuasainya, bahkan alam sorgapun hendak ditaklukannya. Ia telah mengalahkan semua dewa yang kurang sakti dengan keperkasaannya yang hebat. Maka suatu hari, untuk memperingati kemenangannya itu, ia menyelenggarakan sebuah yajna yang disebut Visvahit yajna di tepian sungai Narmada.

Kamis, 30 Mei 2013

*MiraBai, Mirabai, Meerabai atau Meera adalah orang yang sama.



Meera dan Krishna

Mira Bai (1498 -1577)   

Bakta Agung Shri Krishna – Tokoh Terkemuka Prema Bhakti         Putri Meera bai menyatu dengan Krishna di Brindavan   
(Di susun dan dirangkum dari berbagai sumber oleh: Purnawarman. BP.)  

Ramakrishna Paramahansa, guru Swami Vivekanda mengatakan, “dunia ini bagaikan Rumah Sakit Jiwa(gila), ada yang gila harta, ada yang gila uang, ada yang gila perempuan, ada yang gila hal-hal duniawi lainnya. Tapi satu-satunya kegilaan yang tidak menimbulkan resiko sedikitpun adalah GILA TUHAN. Menyanyilah dengan penuh kegilaan pada Tuhan, maka engkau bahagia selamanya.
Mira dianggap sebagai inkarnasi dari Radha. Dia lahir di tahun Samvat 1557 atau tahun 1499 Masehi di Desa Kurkhi, dekat Merta, sebuah negara bagian yang kecil di Marwar, Rajasthan, India Utara. Mira adalah putri Ratan Singh Ranthor dan cucu dari Dudaji dari Merta. Keluarga Ranthor dari Merta adalah bakta agung Tuhan Wisnu. Mira Bai dibesarkan di tengah-tengah pengaruh ajaran Waisnawa yang mana hidupnya terbentuk di jalan bakti Kesadaran Krishna. Dia belajar menyembah Sri Krishna dari masa kecilnya. Ketika dia berumur empat tahun, ia memperlihatkan kecenderungan spiritual yang tinggi dan baktinya kepada Krishna semakin kuat dan dalam. Sekali peristiwa ada iring-iringan prosesi pernikahan di depan rumahnya. Pengantin laki-laki tersebut berpakaian indah sekali. Mira, yang masih anak-anak, melihat pengantin laki-laki itu dan berkata kepada ibunya dengan polos, "Ya ibu, siapa calon pengantin laki-laki saya?." Ibu Mira tersenyum, dan sambil setengah bercanda dan setengah sungguh-sungguh, ibu Mira menunjuk ke arah patung dan gambar Sri Krishna dan berkata, "Sayangku Mira, Lord Krishna-Pemuda tampan ini adalah pengantin priamu."  

Mira yang masih kecil, lugu dan polos mulai mencintai pujaan hatinya Shri Krishna dengan mendalam. Mira menghabiskan sebagian besar waktunya dengan memandikan dan mengenakan pakaian pada arca Krishna dan menghias gambar-gambar Shri Krishna dengan bunga. Dia tidak hanya memuja dan menyembah arca dan gambar Shri Krishna tetapi tidur dengannya. Dia menari-nari di hadapan arca dan gambar itu dalam ekstasi kebahagiaan yang luar biasa. Dia menyanyikan lagu-lagu indah di depan arca dan gambar Shri Krishna. Bahkan Mira bercakap-cakap dengan arca pujaan hatinya, Shri Krishna. Ia percaya bahwa suatu hari Giridhara Gopala (Shri Krishna) akan datang menikahinya. Tahun demi tahun berlalu ia baktinya semakin meningkat dan ia yakin sekali kelak Krishna akan menjadi suaminya.



Ayah Mira merencanakan pernikahannya dengan Rana Kumbha dari Chitore, di Mewar. Mirabai sebenarnya tidak pernah berpikir akan menikah dengan manusia, karena hatinya telah terikat dengan pikiran yang terpusat kepada Krishna, kekasih hatinya. Tapi begitupun setelah pernikahan Mira menjadi istri yang sangat berbakti kepada suaminya. Dia mematuhi perintah suaminya dengan sepenuh hati. Setiap hari, setelah tugas rumah tangganya selesai, dia akan pergi ke Kuil Tuhan Krishna, memuja, menyembah, bernyanyi dan menari di depan arca Krishna, Tuhan yang sangat ia cintai. Mendengar nyanyian dan tarian Mira yang khusyuk dan penuh bakti, Patung Krishna menjadi hidup, bergerak dan merangkul memeluk Mira, bermain suling dan berbicara dengannya. Ibu mertua Mira dan wanita lain yang ada di rumah itu tidak suka dengan apa yang Mira lakukan, apalagi mereka manusia duniawi dan penuh kecemburuan dan iri hati. Mereka semua membenci Mira. Ibu mertua Mira memaksanya untuk menyembah Durga dan sering menegurnya dengan keras. Tapi Mira bersikeras pada pendiriannya. Dia berkata, "Saya sudah menyerahkan hidup saya untuk kekasihku Krishna." Adik ipar Mira, Udabai merencanakan konspirasi jahat dan mulai memfitnah Mira yang tidak bersalah. Dia memberitahu Rana Kumbha bahwa Mira berselingkuh dengan orang lain, dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Mira di kuil dengan kekasihnya, dan dia bersedia menunjukkan kepadanya orang itu jika Rana mau menemaninya memergoki Mira bersama kekasih gelapnya pada suatu malam. Dia lebih lanjut menambahkan bahwa Mira, berdasarkan perilakunya, telah membawa sebuah penghinaan besar pada reputasi keluarga Rana Chitore. Rana Kumbha sangat marah mendengar hal ini. Dia langsung berlari dengan pedang di tangan menuju kamar pribadi Mira. Untungnya, Mira tidak di kamarnya.        

Senin, 11 Februari 2013

Bhagavatam Part 42 : Tercapainya Mukti dalam kerajaan Tuhan.



Rsi Shuka mulai menceritakan peristiwa paling mulia yang mengungkap kenyataan penjelmaan Krishna. Beliau berkata:” pada waktu itu Devaki dan Vasudeva melewatkan hari-hari mereka di penjara tak ubahnya seperti orang gila karena tekanan bhatin yang teramat. Mereka duduk dengan rambut sembrautan, badan mereka menjadi kurus kering karena tidak ada selera makan dan juga kurangnya makanan. Mereka tidak bisa makan atau tidur dengan baik karena selalu teringat peristiwa keji yang telah menimpa keenam anaknya. Ketika kehidupan mereka di penjara memasuki tahun kedua, Devaki mengandung untuk kedelapan kalinya. Oh sungguh menakjubkan sekali. Alangkah besar perubahan yang ditimbulkannya! Wajah mereka yang tadinya kusam dan kusut oleh penderitaan dan rasa putus asa, tiba-tiba menjadi berseri bagaikan teratai yang sedang mekar-mekarnya. Mereka bersinar dengan kemuliaan dan keindahan yang gaib. Tubuh mereka yang dulunya tinggal kulit pembalut tulang  dan seakan-akan mongering, mulai berisi, menjadi padat dan mulus. Sel tempat Devaki dikurung menjadi harum dari aroma yang menyenangkan. Bilik penjara yang kecil itupun memancarkan cahaya yang menakjubkan dan dipenuhi suara music yang tidak dapat dijelaskan serta gemerincing gelang kaki seolah-olah ada orang yang sedang menari. Benar-benar suatu pemandangan dan suara yang mengherankan serta mengagumkan! Devaki dan Vasudeva mulai menyadari kejadian ini, tetapi mereka takut memberitahu Kamsa kalau tiba-tiba dalam kegilaannya untuk membalas dendam nanti ia akan mencincang rahim adiknya. Mereka khawatir memikirkan bagaimana masa depan putra yang akan lahir ini dan gelisah karena adanya berbagai pertanda gaib. Lalu bagaimana dengan Kamsa? Ia tahu waktunya berlalu cepat sekali mendekati akhir. Ia menderita karena serakah dan ingin tetap memerintah kerajaannya sebagai penguasa yang tidak dapat diganggu gugat; ia menjadi bingung karena raja-raja bawahannya cenderung bersekongkol secara rahasia. Maka diserbunya wilayah kerajaan Yadu,Vrshni,Bhoja, serta Andaka lalu dimasukkannya dalam wilayah kekuasaannya. Ia begitu ingin memperkokoh rezimnya yang bengis dan memerintah dengan sewenang-wenang sehingga ayahnya sendiri yang sudah lanjut usia. Ungrasena, dijebloskan ke dalam penjara. Setelah itu ia menjadi penguasa yang adikara.

Jumat, 08 Februari 2013

Bhagavatam Part 41 : Amanat kedatangan Sri Krishna



Raja sudah berhasil melenyapkan keresahan yang disebabkan oleh keinginan, dengan demikian ia dapat melenyapkan (kegiatan) pikiran. Hanya dengan satu keinginan terakhir yang mendorongnya, ia menangkupkan kedua tangan dan memohon ;”Rsi yang agung! Sejauh berkaitan dengan tubuh ini, waktu berlalu dengan cepat mendekati saat terakhir. Puncak kutukan dari anak Rsi Samika akan segera mendekati saya. Bagaimanapun saya sudah siap menerimanya dengan senang hati. Meskipun demikian, selama hayat masih dikandung badan, saya telah bersumpah bahwa saya akan menggunakan waktu untuk memikirkan Tuhan, mengulang dan merenungkan lagi hal hal penting dalam berbagai kisah Tuhan; semoga sumpah ini tidak terlanggar sedikitpun juga. Semoga sisa usia saya yang tidak lama lagi ini dapat dilewatkan untuk mengukirkan rupa menawan Sri Nandanandana (secara harfiah berarti Krishna putra Nanda Maharaj) bocah surgawi yang patut dikasihi, yang mencerahkan tempat tinggal Nanda dan Yasoda. Semoga wujud yang penuh canda dan riang gembira itu memenuhi kesadaran saya dan meluap, menganugrahkan kebahagiaan jiwa yang tidak terkira kepada saya. Mohon ceritakan kepada saya berbagai hal yang baik dan menguntungkan yang pasti telah menandai saat kelahiran beliau. Apakah peristiwa ajaib dan kejadian luar biasa yang menyatakan kepada dunia bahwa masa itu Tuhan telah mewujudkan diri-Nya ke dunia. Bagaimana Kamsa memiliki keputusan kejam untuk membunuh bocah surgawi itu, dan sementara hari demi hari berlalu, bagaimana tekad itu bisa membesar bagaikan nyala api yang semakin berkobar ? mohon ceritakan kepada saya kisah Kelahiran Krishna. Semoga saat terakhir saya bisa dikuduskan dengan kisah suci ini. Pasti kisah itu akan membuat nafas saya menjadi demikian suci sehingga dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam Gopala.

Mendengar ini, Resi Shuka bahkan lebih senang lagi. “Maharaja! Saya sengang sekali karena akan melewatkan beberapa jam yang tersisa dengan menceritakan kelahiran Sri Krishna yang menakjubkan dan permainan surgawi beliau. Gopala lahir untuk menegakkan dharma. Hal ini penuh dengan misteri agung. Hanya mereka yang telah matang dalam kebijaksanaan, melalui proses kegiatan suci yang menguduskan, akan dapat mengungkapkan misteri itu serta memahami maknanya. Dunia ini merupakan pusaran dosa busuk yang memuakkan bagi orang-orang lainnya. Mereka bersuka ria di dalamnya, tenggelam, dan mengapung lalu meluluhkan diri di dalam kegiatan material yang sangat memabukkan. Maharaja! Jaman dahulu dunia ini diperintah oleh seorang maharaja dari dinasti Yadu, namanya Ahuka. Sekelompok besar raja taklukkan serta abdi mengelilingi tahtanya menanti setiap perintah yang akan diberikan. Semua orang menyampaikan bhakti hormat padanya dan mencari ketentraman serta kesejahteraan dibawah kepemimpinannya yang dermawan. Ia mempunyai dua putra yang bernama Devaka dan Ungrasena. Ketika mereka sudah cukup dewasa untuk mengemban tugas pemerintahan, raja menikahkan mereka dan membagikan segaian beban tugasnya kepada mereka. Tahun demi tahun berlalu. Devaka mempunyai tujuh putri sedangkan Ungrasena mempunyai Sembilan putra. Devaki adalah putra sulung Devaka, dan Kamsa adalah Putra sulung Ungrasena. Kedua orang ini memainkan peran penting dalam kisah yang dimintai. Pada saat itu kerajaan Mathura merupakan ibukota dinasti Yadu. Dalam kawasan kota ini tinggallah seorang penguasa bawahan maharaja, seorang pangeran Yadu bernama Shurasena. Ia mempunyai sepuluh putra dan lima putrid. Putra tertuanya bernama Vasudeva. Kunti adalah putrid sulungnya. Kedua keluarga bangsawan ini hidup berdampingan dan putra putrid merekapun tumbuh. Aliran waktu berlalu dengan cepat dan didorong oleh kekuatan yang menimbulkan kejadian penting, timbullah berbagai akibat yang bersejarah.

Rabu, 06 Februari 2013

Bhagavatam Part 40 : Pencerahan Spiritual, dari Mrita menuju Amrta



Raja yang sedang mendengarkan kisah yang menggetarkan mengenai rasa terima kasih Krishna kepada guru beliau, tiba-tiba membuka matanya dan ketika melihat Rsi Sukha dihadapannya, ia berkata “Ah, permainan Krishna! Aneka perbuatan beliau yang penuh keajaiban, satu sama lain sering melampaui dalam kemujizatan dan misterinya. Tuhan bersedia menanggung beban apapun untuk memperbaiki dan memajukan dunia; dengan cara ini beliau menyatakan kebesaran dan kekuasaan beliau. Tetapi asap gelap maya melekat erat pada mata manusia dan membuatnya tidak mampu mengenali Tuhan. Karena itu ia tidak memahami makna rohani yang tersembunyi dalam aneka permainan Tuhan ini.

Rsi Sukha memahami hal yang dipikirkan raja. Beliau menjawab, “Maharaja! Pengaruh maya yang membingungkan itu disebabkan oleh kumpulan kegiatan dalam berbagai kehidupan yang lampau. Seseorang dapat melepaskan diri dari maya melalui akibat perbuatannya yang bersifat merusak. Jika kehidupan yang lampau ditandai oleh berbagai kegiatan baik, maka kecenderungan buruk yang ada akan dikalahkan oleh berbagai kecenderungan baik dalam kehidupan sekarang dan orang itu akan percaya kepada Tuhan. Ia akan mengikatkan diri kepada Tuhan, dan melewatkan hidupnya pada landasan ketuhanan. Sebaliknya jika dalam kehidupan yang lampau seseorang telah melakukan kejahatan yang mengerikan, ia akan memiliki kekaburan bhatin yang menakutkan sehingga tidak dapat melihat Tuhan. Orang semacam itu tidak pernah mengingat Tuhan. Mereka melihat segala sesuatu dari sudut pandangan yang keliru; ia bersukaria dalam kejahatan, dan asyik menikmati perbuatan keji. Kepercayaan kepada Tuhan merupakan hasil panen dari benih yang ditanamkan dalam berbagai kehidupan yang lampau. Hal itu dtidak dapat ditumbuhkan dan dipanen begitu saja dalam sesaat.

Mendengar perkataan ini, Raja makin ingin mengetahui lebih banyak menyenai punya ‘pahala yang diperoleh dari perbuatan baik maupu papa atau dosa yang timbul dari akibat karma buruk serta akibatnya dalam kehidupan manusia. Karena itu Raja memohon agar Rsi Shuka mau menceritakan suatu kejadian lagi dalam kehidupan Sri Krishna yang berkaitan dengan kutuk dan pembatalannya, untuk menjelaskan prinsip nasib. Rsi Shuka tersenyum mendengar permohonan ini! Oh maharaja, tidak terbilang banyaknya pertolongan yang diberikan Sri Krishna kepada mereka yang terkena kutuk! Para raksasa yang beliau habisi pada waktu beliau masih kecil dan kemudian pada masa kanak-kanak, seperti yang telah saya ceritakan, semuanya terkena kutuk untuk lahir seperti itu sebagai ganjaran atas sejumlah perbuatan buruk yang telah dilakukannya dikehidupan terdahulu. Ketika para raksasa itu menemui ajal di tangan Sri Krishna, mereka otomatis sudah dibebaskan dari kutukan. “sampai disana, Raja menyela…:”Saya telah mendengar bahwa penumbangan 2 pohon kembar raksasa oleh Sri Krishna pada saat masih bayi merupakan peristiwa menakjubkan dan sangat tersohor. Jika maharsi menceritakannya secara rinci, saya akan senang sekali. 

Jumat, 01 Februari 2013

Bhagavatam Part 39 : Teladan Sang Avatar



“Rsi yang agung, saya belum merasa puas betapapun banyaknya cerita yang saya dengar mengenai permainan masa kanak-kanak Sri Krishna! Sungguh, Krishna bocah yang menyenangkan hati. Beliau adalah Tuhan yang telah berkenan mewujudkan diri guna memberikan teladan hidup bagi para manusia. Walaupun segala ciptaan berada dalam diri beliau,namun beliau bermain-main seakan-akan beliau anak manusia biasa! Oh alangkah beruntungnya saya bila saya memikirkannya, saya merasa bahwa segala kemujuran yang saya peroleh bukannya karena pahala perbuatan baik yang saya lakukan dalam kehidupan ini. Ah! Saya melewatkan hari-hari akhir saya dengan mendengarkan kisah perbuatan Sri Krishna yang begitu agung, yang memiliki naga sesa sebagai pembaringan beliau! Dengan demikian, kutukan anak Rsi Samika kepada saya sebenarnya secara tidak langsung telah membikan kesempatan istimewa kepada saya untuk membersihkan segala dosa. Sekali lagi saya persembahkan seribu sembah sujud pada Rsi yang telah memberikan kutukan sekaligus kesempatan istimewa ini.

Sementara saat terakhir semakin mendekat, kerinduan saya terpusat (sebagai keinginan untuk) meneguk dengan riang semua kisah permainan Sri Krishna yang begitu manis. Kisah ini begitu memabukkan saya, membuat saya gila. Karena saya terbakar oleh keinginan ini, maka berikanlah saya minuman sejuk yang menyenangkan selama beberapa jam yang masih tersisa dalam hidup saya ini.” Parikshit, bersujud di kaki Rsi Sukha, terdorong oleh bhakti yang memenuhi hatinya, dan mohon lebih banyak lagi kisah mengenai masa kanak-kanak Sri Krishna. Mendengar permohonan ini, mengalirlah sumber belas kasihan dalam hati sang Rsi. Beliau bertanya “Oh Maharaja! Di antara aneka kejadian surgawi yang tidak terbilang banyaknya, yang mana yang ingin tuanku dengarkan sekarang ? kisah itu demikian banyak sehingga seandainya diceritakan terus menerus selama ribuan tahunpun masih akan ada banyak kisah yang tetap tidak terungkapkan. Tiada seorangpun, betapapun pandainya yang dapat meringkas kisah kemuliaan beliau dalam beberapa jam saja.

Rabu, 30 Januari 2013

Bhagavatam Part 38 : Naga Kaaliya



Oh Maharaja, dengarkan peristiwa penting ini, “Kata rsi Sukha. Bocah surgawi Gopala, tidak lain adalah Tuhan sendiri yang telah mengambil wujud manusia untuk leela beliau. Sri Krishna tumbuh seperti anak manusia biasa. Pada usia lima tahun. Tidak ada seorangpun yang dapat memahami makna gerak gerik beliau. Permainan beliau kepada orang lain sebelum atau sesudahnya. Orang-orang hanya harus memperhatikan dan mentaati. Tidak seorangpun yang  dapat menerka sifatnya atau menduga maknanya betapapun besar prestasi keduniawiannya.
Pada suatu waktu, beliau kumpulkan ternak sapi sehingga orang tua beliaupun tidak tahu menahu tentang hal itu. bahkan sang kakak (Balaram) yang biasanya paling sering mengetahui dan menyertainya, pada hari itu tidak mengetahui apa yang terjadi. Sebagaimana biasa, Krishna mengumpulkan teman-teman beliau lalu mengajaknya menggembalakan ternak di lapangan rumput perbukitan yang hijau. Namun pada hari itu, Krishna justru mengajak teman-temannya beserta ternak sapi mereka ke sungai Yamuna, tempat yang sangat dihindari oleh masyarakat sekitarnya. Sebab bagian sungai Yamuna yang dalam itu mempunyai riwayat menakutkan. Biasanya tempat yang dalam semacam itu airnya mandeg dan berlumpur, tetapi air sungai Yamuna pada waktu itu berwarna biru dan panas mendidih. Air yang senantiasa menggelegak itu mengeluarkan uap yang membumbung ke udara. Akibatnya terbentuk kabut di atasnya. Siapa saja yang bernafas dalam udara yang tercemar uap itu akan tewas sehingga menimbulkan kegemparan dan ketakutan. Burung-burung yang kebetulan terbang di atas tempat itu terkena uap racun yang mematikan sehingga dalam keadaan puts asa mereka mengepak-ngepakkan sayapnya sekuat tenaga kemudian jatuh mati dan tenggelam ke dalam sungai.

Jumat, 25 Januari 2013

Bhagavatam Part 37 : Nasib para Iblis.



Sesungguhnya mengenang senda gurau Sri Krishna semasa kanak-kanak dan memberikan kesempatan orang untuk mendengarkan kisah permainan itu merupakan tugas yang sangat menyenangkan bagi Rsi Sukha. Karena itu segera setelah diminta, beliau mulai bercerita “Oh Maharaja, selama beberapa hari yang tersisa dalam hidup tuanku ini, tidak ada kegiatan yang lebih luhur bagi tuan selain membaktikannya untuk merenungkan Tuhan. Kegiatan Tuhan merupakan nectar. Setiap tindakan yang dilakukan-Nya merupakan sumber kebahagiaan. Katakana kepada saya, kisah mana yang ingin tuan dengarkan. Akan saya ceritakan kepada tuanku kebenaran setiap perbuatan itu dan kemuliaan-Nya yang telah saya saksikan sendiri.

Mendengar hal ini, raja Parikshit berkata :”Rsi yang agung, saya ingin mendengarkan kegiatan Gopala yang menakjubkan ketika beliau ada diantara para bocah angon lugu di Vrndavan. Ini akan memberikan saya sukacita sedemikian rupa sehingga saya dapat membebaskan diri dari belenggu kematian dan kelahiran.

Rsi Sukha berkata “Maharaja, Gopala Krishna biasa bangun dini hari pada saat Brahmamuhuurtam (antara pukul 04.00 – 06.00 sebelum matahari terbit). Beliau mandi cepat sekali kemudian pergi ke kandang sapi. Beliau pilih dan bagi sapi-sapi dan anaknya yang hari itu harus dibawa ke lapangan rumput penggembalaan. Kemudian beliau beri air minum, beliau onggokkan rumput di hadapan ternak yang akan ditinggal sehingga mereka dapat makan sekenyangnya. Lembu yang akan beliau bawa dilepaskan dari tambatan kemudian digiring keluar dari kandangnya menuju halaman depan rumah beliau. Setelah itu beliau masuk ke dalam rumah untuk mengambil bungkusan nasi dingin dengan yogurt dan sedikit acar. Beliau akan ingatkan kakak beliau Sri Balaram bahwa sudah waktu untuk berangkat menggembalakan sapi dan untuk menyiagakan teman-teman beliau agar siap bergabung. Sri Gopala Krishna meniup sebuah tanduk sambil berdiri di tengah jalan. Mendengar panggilan itu, para bocah angon akan segera bergegas. Tugas-tugas di rumah mereka selesaikan dengan cepat. Mereka membawa bungkusan bekal makan siang, kemudian tergesa-gesa pergi ke rumah Yasoda, sang ibu siap melaksanakan tugas panggilan Krishna.

Jumat, 18 Januari 2013

Bhagavatam Part 36 : Gopala Krishna



Rsi yang Agung!, Setelah (Bayi) Krishna dibawa dari penjara Mathura-yang beliau pilih sebagai tempat kelahiran—menuju ke Vrndavan, dan tinggal disana selama sebelas tahun, Beliau melewatkan masa kanak-kanak sebagai bocah penggembala sapi. Saya ingin mendengar tentang senda gurau, permainan dan petualangan beliau bersama teman-teman beliau dari Vraja, di hutan-hutan kecil dan belukar Vrndawana.

Ketika Pariskshit memohon seperti itu, Resi Shuka merasa senang. Beliau tersenyum dan berkata, “Tidak mungkinlah saya menceritakan kepada tuanku semua permainan Gopala yang suci “Bocah angon’ yang luar biasa itu. Setiap permainan beliau memenuhi pikiran dengan keindahan. Bocah-bocah penggembala sapi di Vraja yang ikut mengalami suka cita itu benar-benar terberkati. Avatar tidak memperhatikan perbedaan lahiriah, nama, individu, kebangsaan, kasta, profesi, atau sikapnya. Apapun sikap orang yang akan menemui beliau, Beliau akan menyambutnya. Orang itu akan ditarik ke dekat beliau, dipenuhi keinginannya dan dianugrahi kebahagiaan. Itulah sifat Gopala (Sebutan untuk Sri Krishna-yang secara harfiah berarti seorang penggembala sapi – Leela atau permainan Ilahi yang melambangkan bahwa Tuhan berperan sebagai pembimbing bagi jiwa-jiwa)

Sejak ditinggalkan di rumah Nanda dan Yashoda oleh Vasudeva, ayah beliau, Krishna kecil menganugrahkan sukacita yang tidak terhingga kepada Nanda. Seruan ‘jaya…jaya…’sebagai tanda pemberkatan selalu berkumandang berulang-ulang di rumah itu karena keberanian dan kegagahan si anak yang luar biasa itu. Hari demi hari beliau tumbuh makin menawan. Beliau bersinar cemerlang sebagai harta berharga yang sangat disayang ibunya dan selalu bermain-main dipangkuan ibu Yasoda. Beliau berjalan tertatih-tatih melewati ambang pintu. Beliau memegang jari ayah atau ibu beliau dan berjalan beberapa langkah dengan berani. Walaupun orang tua Krishna berusaha sedapat mungkin menyembunyikan beliau dan pandangan agar utusan matu yang selalu dikirim Kamsa tidak dapat menemukan-Nya, entah bagaimana Krishna selalu membuat diri beliau dapat ditemui. Beliau biasa maju menemui mereka dan memperkenalkan diri. Siapa yang dapat menyembunyikan Gopala (Tuhan pemelihara dan pelindung alam semesta? Dan dimana ? siapa yang dapat menculik beliau, dan bagaimana?” Oh Parikshit, semua permainan Ilahi ini begitu indah namun sulit dimengerti.

Selasa, 15 Januari 2013

Bhagavatam Part 35 : Bhakti para Gopi



Resi Shuka ingin sekali agar Raja Pariikshit melihat permainan suci Tuhan dari segi pandangan yang tepat. Beliau berkata, "Maharaja! Pariikshit! Siapa yang dapat melukiskan pesona Sri Krishna yang tidak terhingga dan bersifat surgawi; yang keelokan wujud-Nya merupakan pengejawantahan keindahan? Siapa yang dapat menguraikannya dengan kata-kata? Tuanku ingin saya menceritakan kisah-kisah Krishna kepada Tuanku, tetapi hal itu berada di alam yang tidak dapat dijangkau dengan kosa kata manusia. Sudah sering Tuhan menjelma dan dalam setiap kedatangan itu Beliau memperlihatkan berbagai mukjizat surgawi, tetapi dalam inkarnasi Krishna ini Beliau memperlihatkan daya tarik yang unik. Sekali saja Beliau tersenyum dan memperlihatkan gigi bak mutiara, maka mereka yang memiliki sumber kasih dalam hatinya, mereka yang memiliki bakti di hatinya, dan bahkan mereka yang telah mengendalikan indra serta menguasai reaksi batinnya, merasakan gejolak emosi dalam dirinya, gelora hormat bakti yang penuh kasih! Bila Beliau menyentuh mereka dengan lembut dengan tangan Beliau yang halus, mereka kehilangan kesadaran badan, mereka demikian tenggelam dalam kebahagiaan jiwa sehingga sejak saat itu mereka hidup selaras dengan Beliau! Kadang-kadang Beliau bercanda dan menceritakan hal-hal yang lucu. Pada kesempatan semacam itu para pendengarnya merasa bahwa jaranglah ada orang yang lebih mujur daripada mereka."

Sabtu, 12 Januari 2013

Bhagavatam Part 34 : Krishna Poorna Avatara



Mendengar permohonan ini, Resi Shuka berkata, “Oh Maharaja, sesungguhnya permainan Krishna memang seperti yang Tuanku katakan: mengherankan, ajaib, menakjubkan, tetapi indah dan bermakna. Mukjizat itu tidak dicemari keinginan untuk memamerkan sifat ketuhanan. Kebanyakan orang tertarik oleh kemegahan lahiriah dan maksud-maksud yang tampak dari luar, maka orang semacam itu menilai permainan Krishna sebagai hal yang biasa, bahkan rendah. Makna dan tujuan spiritualnya tidak terlihat dengan mudah oleh semua orang. Meskipun demikian, Tuhan tidak akan pernah menyibukkan diri dalam kegiatan yang tidak berharga dan tidak bertujuan. Beliau datang untuk mengangkat dunia dari lumpur kejahatan dan ketidakadilan, untuk memenuhi kerinduan mereka yang berbakti kepada beliau, untuk menegakkan lagi kebenaran serta moralitas, dan untuk menghidupkan Weda. Beliau harus memperhitungkan jasa dan pahala yang diperoleh setiap orang dalam berbagai kehidupannya yang lampau, dan mencurahkan rahmat beliau sesuai dengan hal itu. Beliau membuat diri Beliau hadir (di dunia) melalui berbagai anugerah. Permainan atau kegiatan surgawi Beliau dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan waktu, pribadi, aspirasi, dan belas kasihan yang menyebabkan pelimpahan rahmat tersebut. Karena itu, siapa yang dapat memahami dengan tepat dan menafsirkan permainan mukjizat ini dengan benar?"

"Permainan Hari (nama lain Sri Krishna, secara harfiah berarti "Ia yang menghapuskan dosa") yang menakjubkan hanya dimengerti oleh Hari sendiri, demikian dikatakan. Beliau hanya dapat ditafsirkan oleh Beliau sendiri, dan bukannya oleh orang lain. Meskipun demikian, berdasarkan pengamatan, ada satu hal yang dapat dinyatakan dengan tegas. Para Avatar Tuhan tidak akan pernah melakukan apa pun demi kepentingannya sendiri atau untuk memenuhi kesenangan pribadi! Segala kegiatan dilakukan demi kebaikan dunia! Walaupun tanpa para Avatar dunia tidak mungkin ada dan bertahan hidup, mereka bergerak dan bertindak seakan-akan tidak mempunyai hubungan apa pun dengan dunia. Kita dapat mengamati bahwa setiap perkataan dan perbuatan mereka dilandasi oleh ketidakterikatan belaka. Apa yang dapat diberikan atau ditahan oleh dunia bagi mereka yang menggenggam berbagai loka di tangan-Nya? Mereka dapat membentuknya menurut kehendak mereka."

Kamis, 10 Januari 2013

Bhagavatam Part 33 : Rama Avatara



Resi Shuka melanjutkan kisahnya, Pertama-tama akan saya lukiskan sifat saumya Sri Raama. Yang saya maksud dengan saumya yaitu sifat Beliau yang lemah lembut, halus, dan sabar. Beliau mengenakan pakaian berwarna hijau daun dan pergelangan tangan Beliau dilingkari kain kuning. Beliau mengenakan diadem emas, tetapi berjalan dengan mata memandang ke bawah seakan-akan Beliau malu menatap. Pemandangan ini mengharukan hati semua yang melihatnya. Tidak seorang pun mendapati Beliau menatap orang lain. Beliau selalu menggunakan pandangan batin, bukan pandangan lahir. Bila ada seseorang mempersembahkan sesuatu kepada Raama, tidak Beliau terima semuanya. Biasanya persembahan itu hanya dicuil atau diambil sedikit untuk menyenangkan mereka, atau hanya disentuh kemudian diberikan kembali kepada orang yang membawanya.”
“Kepada ayah dan ibu mertua Beliau, Raama bersikap bukannya sebagai menantu laki-laki, melainkan seperti putra sendiri. Beliau jarang membuka mulut untuk berbicara kepada saudari-saudari iparnya atau dayang mereka. Beliau tidak pernah mengangkat wajah dan memandang mereka.”
“Semua wanita yang lebih tua dari Beliau, Beliau hormati sebagai ibu Beliau, Kausalyaa. Semua wanita yang lebih muda, Beliau anggap sebagai adik, dan yang berusia sama, Beliau perlakukan sebagai ibu tiri.”
“Raama berpegang sangat teguh pada kebenaran. Beliau beranggapan, jika ayah Beliau tidak menepati janji, dinasti mereka akan mendapat aib besar maka untuk menjunjung janji ayah Beliau dan menjaga nama baik sang ayah, Beliau mengasingkan diri ke hutan selama 14 tahun. Ayah Sri Raama tidak menyuruh Beliau melakukan hal itu, tetapi Raama mengetahuinya dari Kaikeyii, ibu tiri Beliau. Raama tidak pernah membantah atau menjawab; Beliau melepaskan kerajaan dan langsung pergi ke hutan. Raama bertindak tepat sesuai dengan perkataan yang Beliau ucapkan, dan perbuatan Beliau, Beliau selaraskan sehingga tepat sama dengan ucapan.”

Rabu, 09 Januari 2013

Bhagavatam Part 32 : Purana dan Inkarnasi Tuhan



Menjawab pertanyaan Raja, Resi Shuka berkata, "Akan sulitlah jika kesepuluh ciri khas Puraana ini harus dilukiskan secara singkat karena setiap ciri khas harus ditunjukkan dengan jelas seperti bila harus memaparkan proses pembuatan mentega, maka setiap bagian dari memeras susu hingga mengocok (yoghurt) harus disebutkan. Setiap langkah penting. Sepuluh nama tersebut berkaitan dengan sifat-sifat yang ditandai oleh makna nama tersebut. Tetapi semuanya ditujukan untuk memperoleh mentega kebebasan (moksa), Untuk mencapai kebebasan itulah, maka kesepuluh ciri khas tersebut digunakan. Kitab-kitab Puraan dimaksudkan agar para pendengar (atau pembacanya) yang tulus dan penuh hasrat dapat memperoleh dukungan dan santapan rohani yang diperlukan dalam peziarahannya menuju kebebasan. Hal-hal yang ditunjukkan Weda dengan pernyataan, dalil, atau dengan anjuran yang dinyatakan secara tidak langsung dalam konteks lain, atau bahkan dengan menggambarkan pengalaman aktual secara langsung dalam suatu bab lain, di dalam Puraana diuraikan secara rinci agar lebih jelas dan menimbulkan inspirasi," ujar Resi Shuka.

Ketika mendengar perkataan ini, timbullah pertanyaan dalam pikiran Pariikshit. Hal itu disampaikannya, "Resi Yang Agung! Maharesi berkata bahwa Guru akan menceritakan sebuah Puraana kepada saya. Karena itu, saya ingin mendengar lebih banyak mengenai ciri-ciri khas ini. Dengan demikian, kisah itu dapat saya dengarkan dengan lebih gembira dan lebih bermanfaat."
Resi Shuka siap menjawab pertanyaan ini, dimulai dengan uraian tentang kesepuluh ciri khas Puraana. Beliau berkata, "Dengarkan oh Maharaja! Saya telah memutuskan akan menceritakan Bhaagavata Puraana kepada Tuanku. Kitab ini sarat dengan jawaban segala pertanyaan dan keraguan yang timbul dalam pikiran Tuan. Tidak ada Puraana yang lebih penting daripada ini."

Senin, 07 Januari 2013

Bhagavatam Part 31 : Meditasi dan tapa spiritual



Ketika Resi Shuka mendengar jawaban ini, beliau berkata, “Maharaja, karena hati Tuan manunggal dengan Shyaamasundara, Bhagawan Sri Krishna 'yang berkulit gelap dan rupawan', saya sangat senang. Karena itu, Tuanku dapat menanyakan kepada saya segala masalah yang menyusahkan Tuan. Saya akan memberikan jawaban dan penjelasan yang sesuai. Saya akan menggetarkan hati Tuan dan menambah kerinduan Tuan kepada Shyaamasundara, Avatar rupawan yang berkulit bak awan hujan.”

Mendengar perkataan sang guru, Pariikshit amat gembira. Ia berkata, “Maharesi yang sangat terkenal, kualifikasi apakah yang saya miliki sehingga saya berhak mengajukan pertanyaan kepada Guru? Beritahukan kepada saya, apa yang Maharesi anggap paling baik; katakan kepada saya, apa yang paling saya perlukan selama hari-hari yang kritis ini; ajarlah saya apa yang paling bermanfaat, paling pantas diperhatikan, dan paling penting. Maharesi lebih tahu mengenai hal ini dari pada saya. Jelaskan kepada saya tanpa mengindahkan pertanyaan dan keinginan saya. Tentu saja kadang-kadang saya terganggu keraguan karena saya masih terikat oleh godaan khayal dan kekaburan bathin. Jika hal ini timbul, akan saya sampaikan keraguan serta kekhawatiran saya, dan saya terima penjelasan yang menyembuhkan dari Maharesi. Saya mohon agar Maharesi jangan menganggap saya mempunyai maksud-maksud lain. Janganlah menimbang prestasi saya. Perlakukan saya seperti putra sendiri; ubahlah saya menjadi seorang yang diam dan tenang.”

Jumat, 04 Januari 2013

Bhagavatam Part 30 : Jalan yang ditempuh para Bhagavata



Resi Shuka membetulkan duduknya dan mulai bercerita, “Tuhan Yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa mewujudkan diri sebagai Brahma, Vishnu, dan Maheshvara karena dorongan keinginan pramula (moha) dan sibuk mencipta, memelihara, serta melebur manca loka. Dalam segala yang mereka ciptakan, selalu ada prinsip dualisme. Ada perbedaan dan kelainan antara yang satu dengan yang lain. Bila perbedaan dan kelainan ini diselaraskan dengan bijaksana, dunia akan memiliki kebahagiaan dan kedamaian. Sebaliknya, jika makhluk hidup bertingkah laku tidak benar, dunia akan tenggelam dalam kecemasan, kesengsaraan, dan kekacauan. Bila ini terjadi, Tuhan mengambil wujud yang sesuai dan memberikan perlindungan serta perbaikan yang diperlukan. Beliau membenahi dunia yang rusak dan kacau, menyingkirkan kekuatan jahat yang menyebabkan kerusakan itu, dan mengajar umat manusia cara-cara untuk memelihara yang benar dan baik.”
“Tidak mungkinlah membatasi kebebasan Tuhan dalam mengambil wujud. Dengan tiada putusnya Beliau mengenakan aneka wujud untuk mengejawantah di dunia dan menyelamatkannya. Inkarnasi Beliau disesuaikan dengan kebutuhan dan krisis pada masa itu. Ketika bumi mengerang menderita ketidak adilan Hiranyaaksha, Beliau harus muncul sebagai babi hutan jantan. Tuhan mengambil wujud itu lengkap dengan sifat-sifatnya, walaupun pada hakikatnya Beliau tidak berwujud dan tidak bersifat. Kehendak Tuhan bersifat misterius, tidak dapat dijelaskan dengan sistem penggolongan atau (dianggap) sebagai akibat. Kehendak Tuhan berada di atas dan di luar jangkauan pemikiran serta imajinasi manusia. Kehendak Tuhan hanya dapat dipahami oleh mereka yang sudah mengenal Beliau, dan bukannya oleh mereka yang berpendidikan tinggi atau berotak tajam. Sebab dan akibat sepenuhnya saling terkait.”

Rabu, 02 Januari 2013

Bhagavatam Part 29 : Petuah Kehidupan



Ketika melukiskan tahap-tahap penciptaan, Resi Shuka berkata, "Shataruupaa dan Manu bersama-sama menghadap Tuhan Sang Pencipta dan bertanya apa yang harus mereka kerjakan. Brahma menjawab sambil tersenyum, 'Berjodohlah satu dengan yang lain, beranakpinaklah dan penuhi bumi ini.' Dengan wewenang yang mereka peroleh dari perintah ini, mereka memenuhi bumi dengan manusia."

Mendengar ini Raja menyela, "Resi Yang Agung! Dari pengalaman saya sendiri saya telah mempelajari bahwa asal segala kesedihan di dunia ini adalah kama atau moha 'kelekatan'. Saya tidak ingin mendengarkan tentang hal ini; mohon ceritakan kepada saya bagaimana cara mengatasi kama, maya, dan kelekatan. Dalam hari-hari terakhir ini, apakah tepatnya yang harus dilakukan manusia. Nama manakah yang harus diingatnya terus menerus agar ia dapat menghindari lingkaran kelahiran dan kematian ini untuk selama-lamanya? Beritahukanlah hal-hal semacam ini kepada saya," ia memohon.

Selasa, 01 Januari 2013

Bhagavatam Part 28 : Proses Penciptaan



Resi Shuka memulai amanatnya yang penting kepada raja. Beliau berkata, "Maharaja, pohon agung Bhaagavata sungguh menimbulkan rasa hormat dan takjub. Di dalamnya telah dirangkum segala sumber kebaikan dan suka cita yang dapat dibayangkan manusia. Tuhan, Sri Naaraayana, merupakan benih asal pertumbuhannya. Tunasnya Brahman. Batang pohon itu Dewaresi Naarada. Maharesi Vyaasalah cabang-cabangnya. Buahnya yang manis adalah kisah Sri Krishna yang selezat nektar. Jiwa-jiwa yang tulus sangat mendambakan nektar itu dan merana sedih merindukannya tanpa mengindahkan kesenangan jasmani atau tahun-tahun yang berlalu hingga mereka memperoleh buah itu dan menghirup sarinya; orang-orang semacam itulah orang suci dan yogi yang sejati"

"Oh kalian para pertapa dan kaum bijak waskita! Hari ini saya kisahkan Bhaagavata Shaastra kepada Anda sekalian, kisah Sri Krishna yang menawan hati, simpanlah dalam kenangan dan selamatkan diri Anda dari khayal serta kesedihan. Kalian telah mendengarkan pembacaan semua kitab-kitab Shaastra. Kalian juga telah menguasai segala latihan rohani. Tetapi kalian belum mengetahui yang terhebat di antara semuanya. Sekarang akan saya berikan nama suci Sri Krishna dan kemanisan yang dipancarkannya. Inilah nama paling manis yang dapat dibayangkan manusia. Hati orang yang mendengarnya akan dipenuhi suka cita. Bila Anda kenang nama itu dalam ingatan, aliran kasih suka cita. Bila Anda kenang nama itu dalam ingatan, aliran kasih timbul dari lubuk hati. Bhaagavata menimbulkan dan meningkatkan bakti yang mendalam kepada Sri Krishna."

Senin, 31 Desember 2012

Bhagavatam Part 27 : Kedatangan Sukadeva Gosvami



Beberapa pertapa yang mendengar raja menuturkan kisah kutukan itu menjadi sangat marah kepada putra Shamiika sehingga mereka berkata bahwa dia pasti gadungan, tidak pantas menjadi putra resi, karena tidak ada anak yang lahir dari seorang resi dengan bobot seperti Shamiika akan mengucapkan kutuk membinasakan seperti itu untuk kesalahan yang demikian ringan. Mereka pastilah seseorang yang tolol atau sinting. Bagaimana mungkin kutuk yang timbul dari lidah orang semacam itu dapat terlaksana, tanya mereka. Tidak mungkin raja celaka akibat kutukannya, demikian mereka tegaskan. Mereka berusaha meyakinkan raja bahwa beliau tidak perlu merasa takut karena hal itu.

Sabtu, 29 Desember 2012

Bhagavatam Part 26 : Kutukan ataukah Rahmat ?



Utusan dari pertapaan itu berkata, "Oh Maharaja, guru kami mempunyai seorang putra; walaupun ia masih remaja, prestasi spiritual yang dicapainya besar sekali. Ia menghormati ayahnya sebagai dewata dan tujuan utama hidupnya adalah melayani ayahnya serta menjaga kemasyhuran beliau. Nama anak itu Shringii. Baginda datang ke pertapaan itu; tergerak oleh suatu dorongan yang tidak dapat dijelaskan, Baginda kalungkan bangkai ular pada leher ayah Shringii yang juga guru saya. Beberapa anak melihat kejadian itu; mereka berlari menemui Shringii yang sedang bermain dengan kawan-kawannya dan memberitahunya. Mula-mula ia tidak percaya dan melanjutkan permainannya. Tetapi anak-anak dari pertapaan mengulang berita itu berkali-kali secara mendesak. Mereka mengejeknya karena terus bermain dengan gembira sementara ayahnya dihina demikian kasar. Bahkan teman sepermainannya menertawakan ketidakpeduliannya. Karena itu, ia berlari secepat mungkin menuju ke pondoknya dan mendapati bahwa laporan anak-anak itu ternyata benar."

Bhagavatam Part 25 : Belas Kasihan Sang Pertapa



Perkataan ayahnya yang tajam menimbulkan kepedihan tak terhingga di hati Shringii, putranya yang lembut hati. Perkataan itu terasa bagaikan tusukan sembilu atau pukulan gada; bocah malang itu tidak sanggup lagi menahannya. Ia merebahkan diri di lantai, merengkuh kaki ayahnya sambil meratap, "Ayah, ampunilah saya. Saya dilanda rasa marah karena raja bertingkah laku demikian keterlaluan, begitu kasar dan sombong, begitu tidak sopan dan tidak berperikemanusiaan. Saya tidak dapat menahan rasa dendam atas penghinaan yang dilontarkannya kepada Ayah. Tidak pantas bukan, seorang raja bertingkah laku seperti itu, dengan cara yang demikian tidak layak, setelah ia memasuki suatu pertapaan?"

Melihat keadaannya yang menyedihkan, Shamiika sang pertapa, membimbing bocah itu ke sampingnya lalu berkata, "Nak, paksaan keadaan saat itu tidak dapat dielakkan. Orang sering mengesampingkan petunjuk akal budinya karena desakan keadaan semacam itu. Renggutan takdir akan menghancurkan kendali akal sehat. Paksaan keadaan saat itu menghadapi manusia dengan segenap kekuatannya dan tak dapat tidak, ia menyerah. Raja ini adalah abdi Tuhan yang taat dan amat saleh. Ia telah meraih kecemerlangan spiritual. Ia selalu teguh dalam tingkah laku yang bersusila. Ia adalah penguasa seluruh kawasan; kemasyhurannya telah tersebar di tiga loka. Ia selalu dilayani dengan tulus hati oleh ribuan abdi yang setia. Bila ia meninggalkan istana untuk bepergian, banyak pengawal mengiringi dan menatapnya dengan tangan terkatup menyembah, menanti perintah yang paling remeh sekalipun, agar mereka dapat menyenangkan hatinya dengan melaksanakan perintah itu sebaik-baiknya. Begitu ia memasuki suatu kerajaan, penguasa wilayah itu memberikan sambutan yang megah, mempersembahkan segala yang terbaik, dan menyampaikan hormat bakti dengan penuh khidmat. Seseorang yang terbiasa dengan acara harian semegah itu tentunya sangat terkejut ketika ia tidak mendapat sambutan sama sekali di tempat ini; ia bahkan tidak dikenal dan tidak dihormati. Pengabaian ini demikian serius hingga segelas air untuk melenyapkan dahaga pun tidak diperolehnya. Ia tersiksa rasa lapar dan terhina karena tidak mendapat tanggapan walaupun ia telah memanggil berulang-ulang. Karena tidak mampu menanggung penderitaan dan pengalaman yang mengejutkan ini, ia terdorong melakukan perbuatan yang tidak patut itu. Tentu saja itu merupakan kesalahan, tetapi jika engkau bereaksi demikian keras untuk kekhilafan kecil semacam itu, engkau membawa nama buruk yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi seluruh komunitas rahib dan pertapa. Aduh! Alangkah mengerikan bencana yang kau datangkan ini!"