Jumat, 25 Januari 2013

Bhagavatam Part 37 : Nasib para Iblis.

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Sesungguhnya mengenang senda gurau Sri Krishna semasa kanak-kanak dan memberikan kesempatan orang untuk mendengarkan kisah permainan itu merupakan tugas yang sangat menyenangkan bagi Rsi Sukha. Karena itu segera setelah diminta, beliau mulai bercerita “Oh Maharaja, selama beberapa hari yang tersisa dalam hidup tuanku ini, tidak ada kegiatan yang lebih luhur bagi tuan selain membaktikannya untuk merenungkan Tuhan. Kegiatan Tuhan merupakan nectar. Setiap tindakan yang dilakukan-Nya merupakan sumber kebahagiaan. Katakana kepada saya, kisah mana yang ingin tuan dengarkan. Akan saya ceritakan kepada tuanku kebenaran setiap perbuatan itu dan kemuliaan-Nya yang telah saya saksikan sendiri.

Mendengar hal ini, raja Parikshit berkata :”Rsi yang agung, saya ingin mendengarkan kegiatan Gopala yang menakjubkan ketika beliau ada diantara para bocah angon lugu di Vrndavan. Ini akan memberikan saya sukacita sedemikian rupa sehingga saya dapat membebaskan diri dari belenggu kematian dan kelahiran.

Rsi Sukha berkata “Maharaja, Gopala Krishna biasa bangun dini hari pada saat Brahmamuhuurtam (antara pukul 04.00 – 06.00 sebelum matahari terbit). Beliau mandi cepat sekali kemudian pergi ke kandang sapi. Beliau pilih dan bagi sapi-sapi dan anaknya yang hari itu harus dibawa ke lapangan rumput penggembalaan. Kemudian beliau beri air minum, beliau onggokkan rumput di hadapan ternak yang akan ditinggal sehingga mereka dapat makan sekenyangnya. Lembu yang akan beliau bawa dilepaskan dari tambatan kemudian digiring keluar dari kandangnya menuju halaman depan rumah beliau. Setelah itu beliau masuk ke dalam rumah untuk mengambil bungkusan nasi dingin dengan yogurt dan sedikit acar. Beliau akan ingatkan kakak beliau Sri Balaram bahwa sudah waktu untuk berangkat menggembalakan sapi dan untuk menyiagakan teman-teman beliau agar siap bergabung. Sri Gopala Krishna meniup sebuah tanduk sambil berdiri di tengah jalan. Mendengar panggilan itu, para bocah angon akan segera bergegas. Tugas-tugas di rumah mereka selesaikan dengan cepat. Mereka membawa bungkusan bekal makan siang, kemudian tergesa-gesa pergi ke rumah Yasoda, sang ibu siap melaksanakan tugas panggilan Krishna.

Selanjutnya bocah-boca itu berangkat sambil meniup suling dan menyanyikan lagu-lagu merdu. Beberapa diantara mereka menjawab kicau burung kokil di atas pepohonan dengan suara nyanyian mereka sendiri. Lainnya berlari di bawah bayangan burung yang terbang di atas. Beberapa anak berbaring di punggung sapid an menyanyikan lagu kegemarannya dengan riang sambil mengamati dengan penuh rasa ingin tahu, apa yang dilakukan Gopala dan dimana beliau berada. Demikianlah mereka berjalan terus menuju hutan untuk menggembalakan ternak sapi. Gopala menyisipkan suling beliau erat-erat di pinggang memegang bungkusan bekal untuk makan siang di tangan kiri, berjalan pelan-pelan sambil menyanyikan lagu-lagu yang menawan hati dengan suara merdu yang sangat menyenangkan. Kawanan sapi-pun melangkah seiiring dengan nyanyian seakan-akan kaki mereka ditegakkan untuk mendengarkan nada surgawi. Kepala merekapun tegak diam dalam rasa kagum dan kasih yang mendalam. Akhirnya mereka tiba di tepi telaga. Ketika waktu sudah tiba untuk makan, mereka duduk di bawah pohon rindang dan membuka bungkusan kain berisi nasi dingin yang dicampur yogurt, krim, susu, serta lauk lain sesuai dengan selera dan kebutuhan masing-masing. Anak-anak itu menunggu hingga Gopala membuka bungkusan beliau dan mulai makan barulah mereka mulai dengan suapan pertama. Segera setelah Gopala makan sesuap, setiap anak mulai makan. Kadang-kadang Gopala memberi teman-teman beliau segenggam makanan dari bekal beliau dan menerima dari setiap anak. Segenggam dari bekal mereka masing-masing.beliau pergi ke setiap anak dan minta agar diberi sebagian dari bekal mereka. Bocah-bocah itu enggan dan merasa tidak pantas memberi Gopala segenggam makanan yang beliau minta dari bungkusan mereka karena menurut peraturan adat, makanan yang sudah dimakan sudah tidak murni lagi. Menyadari hal ini, Gopala meyakinkan mereka bahwa Tuhan yang maha esa dan yang sama bersemayam dalam diri mereka semua, karena itu mereka tidak boleh merasa terpisah dari beliau. Bagaimana ketidak murnian itu bisa timbul jika semuanya adalah satu? Demikian Tanya beliau. Kemudian buah acar yang telah digigit dan diletakkan di samping, beliau ambil dan beliau gigit sedikit untuk dimakan. Lihat bagaimana mungkin Tuhan yang makan dengan lahap dalam piring Shabari ketika beliau muncul dalam wujud Sri Rama menolak makan sisa bekal para bocah angon teman-teman beliau? Dalam hal ini keduanya memiliki bhakti dan cinta yang mendalam kepada beliau.

Pada suatu hari mereka duduk pada batu-batu dalam naungan banyangan perbukitan, makan bekal mereka kemudian membasuh tangan. Pada waktu itu Gopala berlari kea rah kawanan sapi yang sedang merumput di padang terbuka. Kawan-kawan beliau bertanya-tanya dalam hati, ada apa gerangan. Diantara kawanan sapi itu, mereka melihat seekor anak sapi yang tidak wajar, besar, dan molek. Sri Gopala langsung pergi kearah binatang itu, beliau tangkap kedua kaki belakangnya, beliau putar-putar dengan cepat lalu dibanting ke tanah. Binatang itu mengeluarkan suara yang mengerikan dan berubah menjadi raksasa yang muntah darah lalu mati. Para bocah penggembala itu terperanjat; mereka bergegas lari menemui Gopala dan bertanya kepada beliau agar diberi tahu misteri kejadian dimaksud. Gopala hanya tersenyum berseri-seri dan berkata :”Seorang raksasa yang jahat telah mengambil wujud sapi itu dan datang kesini untuk membunuh-KU atas perintah raja Kamsa. Sapi jadi-jadian ini menyelinap diantara kawanan sapi kita dan memainkan siasat yang telah disusunnya. Sekarang dia sudah kujatuhi hukuman yang setimpal. Mendengar hal ini, anak-anak tersebut memuji kewaksitaan, keberanian, dan kekuatan Gopala. Mereka berseru..Gopala! Engkau sudah memberinya ganjaran yang setimpal. Para bocah angon itu melompat-lompat dengan sangat gembira di sekeliling beliau. Kawanan ternak itu mereka periksa kalau ada lagi anak sapi atau sapi yang aneh; mereka curiga jangan-jangan ada raksasa lain yang menyamar menjadi sapi jadi-jadian.mereka juga khawatir kalau sapi-sapi mereka cedera atau mungkin ditelan hidup-hidup oleh raksasa jahat dalam wujud lain. Dengan waspada mereka memeriksa kawanan sapinya masing-masing untuk mencari-cari kemungkinan buruk sebelum terlambat.

Sementara itu pada tengah hari mereka tiba di bukit yang penuh rumput. Kawanan sapi digiring ke tempat yang teduh di bawah batu-batu yang menjorok ke depan agar tidak kepanasan, dan para bocah angonpun beristirahat sebentar serta berbaring di rerumputan. Saat hari mulai senja, seorang anak lelaki bangkit mendekati kawanan sapi untuk digiring kembali ke desa. Disitu dilihatnya seekor bangau raksasa sedang mematuki sapi dan menelannya ke dalam perutnya yang besar. Bocah itu berteriak…Gopala….!, Krishna….!. mendengar teriakan itu Gopala segera tiba di tempat tersebut. Beliau langsung tahu bahwa burung bangau raksasa itu merupakan jadi-jadian dari iblis Bakasura. Maka dengan sangat cekatan Sri Krishna melompat dan mengejar burung bangau itu lalu ditangkap. Beliau tarik bagian atas dan bawahnya hingga bangau itu terbelah dua lalu sapi-sapi di dalam perutnya dibebaskan dan dihidupkan kembali. Dengan cara demikian Gopala membinasakan para raksasa yang diutus oleh Kamsa untuk membunuh Gopala Krishna. Setiap hari ada mujizat baru, keajaiban yang tidak pernah terjadi sebelumnya! Para anak gembala itu mulai merasakannya sebagai permainan Ilahi. Sehingga mereka tidak merasa heran lagi. Jauh dalam lubuk hatinya mereka sadar bahwa kecekatan, kemampuan, dan kekuatan Krishna bersifat adikodrati dan tidak dapat dipahami. Karena itu setiap saat mereka selalu siap menyertai beliau kemana saja tanpa rasa takut.
Sementara itu, mendengar bahwa Bakasura yang merencanakan akan mendekati Krishna dengan menelannya bulat-bulat telah dihabisi oleh Sri Krishna, kakak raksasa itu menjadi sangat marah sehingga ia bersumpah untuk membalas dendam. Ia datang ke padang rumput dimana biasanya Krishna dan para bocah angon lainnya menggembalakan ternaknya lalu menyamar sebagai ular sanca raksasa. Ia berbaring melintang pada jalan setapak di hutan sambil membuka mulutnya lebar-lebar seperti sebuah goa agar para bocah itu tertarik masuk lalu dapat menelannya seketika. Rencana ini ternyata tampak seperti berhasil, para bocah dan para sapi yang digembalakannya masuk ke dalam mulut ular yang dikiranya sebuah goa. Namun Krishna sudah dapat mengenalinya sebagai raksasa jahat lain yang ingin membunuh-Nya. tetapi apa yang bisa diketahui dari rencana Tuhan? Pada waktu itu, Sri Krishnapun ikut masuk ke dalam mulut ular sanca raksasa itu, tapi ini hanyalah trik untuk dapat membelahnya lalu membinasakannya dari dalam sekaligus menyenangkannya karena mengira siasatnya telah berhasil.

Sejak saat itu, para bocah penggembala sedikitpun tidak merasa gentar; mereka percaya bahwa Gopala pasti akan melindungi mereka dari segala bahaya karena beliau maha kuasa. Mereka tidak memperdulikan apapun di jalan, mereka tidak pernah mengawasi tepian jalan, tetapi berjalan terus dengan penuh keyakinan mengikuti Krishna. Permainan bocah Krishna ini setiap saat merupakan keajaiban, mukjizat, suatu keadaan yang luar biasa, suatu petualangan yang gagah perkasa. Apa yang dapat saya lukiskan mengenai hal itu, dapatkah manusia biasa melakukannya? Orang-orang yang tidak memiliki keyakinan, tidak akan tersentuh kasih ketuahannya walaupun telah menyaksikan berbagai peristiwa semacam itu. Orang-orang semacam ini hanyalah beban bagi bhumi, mereka merupakan buah yang hambar dan tidak berguna. Ketika mengatakan hal itu, wajah Rsi Sukha menjadi cerah dengan senyum yang timbul dari lubuk hati. Mata beliau berseri-seri seakan-akan melihat penampakan Krishna yang maha cemerlang. Sementara beliau memusatkan pandangan hingga lama ke suatu arah, Parikshit bertanya kepadanya :”Rsi yang agung, bila para Dhanava / raksasa yang berkelakukan seperti para binatang-pun menjadi percaya kepada Tuhan dan memuja beliau, bagaimana manusia dapat melupakan dan lalai tidak memuja beliau ? mereka lebih mempercayai telinga yang mendengar (Fitnahan mengenai sang Avatar) daripada mata yang menyaksikan. Saya anggap ini diakibatkan oleh sejumlah dosa besar yang telah mereka perbuat atau mungkin akibat suatu kutukan.
Mendengar hal ini, Rsi Sukha berkata :”Oh Maharaja, perkataan tuanku benar. Manusia-manusia iblis seperti Kamsa, Jaraasandha, Salya, dan Sishupala telah menyaksikan sendiri bukti-bukti dari kekuasaan adi kodrati Sri Krishna, namun dusta bahwa beliau hanyalah bocah penggembala sapi bergema demikian kuat di telinga mereka sehingga mereka hanya menyadari aakashavaanii “Suara” dan tidak memperhatikan hal yang mereka saksikan sendiri. Akibatnya mereka kehilangan hidupnya secara tercela. Mereka mengabaikan berbagai mukjizat, peristiwa luar biasa, prestasi menakjubkan yang telah mereka saksikan, dan rangkaian kekalahan yang diderita oleh utusan mereka di tangan Sri Krishna. Mereka tidak mengindahkan kewajiban kepada Tuhan di hadapannya. Penjelasan apa lagi yang dapat kita berikan untuk hal ini selain bahwa mereka telah dikutuk agar bertingkah laku seperti itu? Kutukan itu pasti telah menimpa mereka akibat suatu dosa.

Gopala adalah lokapaala dan bukan anak gembala. Go berarti sapid an paala berarti Ia yang memelihara dan melindungi sedangkan Loka berarti dunia. Lokapaala adalah beliau yang memelihara dan melindungi dunia. Wujud yang beliau ambil adalah wujud manusia bocah angon, itu saja. Sesungguhnya beliau adalah wujud yang paling membawa kebaikan, yang membebaskan jiwa-jiwa dari perbudakan, karena di tangan beliau terdapat shakti atau kekuasaan, yukthi atau cara pencapaian, dan juga Mukthi atau moksa pembebasan.
Parikshit senang mendengar perkataan sang Rsi ini. Para kakek saya benar-benar mendapatkan kemujuran yang unik karena hidup dalam persahabatan yang suci dengan Gopala. Mereka bermain dengan beliau, bercakap-cakap dengan beliau, mereka menikmati kebahagiaan karena bersama-sama dengan beliau dan berada dalam kehadiran beliau. Saya dapat mendengarkan setidaknya sekelumit kisah tentang kebesaran Sri Krishna dan mendapat kebahagiaan dari hal itu, inipun merupakan kemujuran yang sangat besar” kata parikshit dengan air mata mengalir di pipinya.

Tidak ada komentar: