Senin, 11 Februari 2013

Bhagavatam Part 42 : Tercapainya Mukti dalam kerajaan Tuhan.

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Rsi Shuka mulai menceritakan peristiwa paling mulia yang mengungkap kenyataan penjelmaan Krishna. Beliau berkata:” pada waktu itu Devaki dan Vasudeva melewatkan hari-hari mereka di penjara tak ubahnya seperti orang gila karena tekanan bhatin yang teramat. Mereka duduk dengan rambut sembrautan, badan mereka menjadi kurus kering karena tidak ada selera makan dan juga kurangnya makanan. Mereka tidak bisa makan atau tidur dengan baik karena selalu teringat peristiwa keji yang telah menimpa keenam anaknya. Ketika kehidupan mereka di penjara memasuki tahun kedua, Devaki mengandung untuk kedelapan kalinya. Oh sungguh menakjubkan sekali. Alangkah besar perubahan yang ditimbulkannya! Wajah mereka yang tadinya kusam dan kusut oleh penderitaan dan rasa putus asa, tiba-tiba menjadi berseri bagaikan teratai yang sedang mekar-mekarnya. Mereka bersinar dengan kemuliaan dan keindahan yang gaib. Tubuh mereka yang dulunya tinggal kulit pembalut tulang  dan seakan-akan mongering, mulai berisi, menjadi padat dan mulus. Sel tempat Devaki dikurung menjadi harum dari aroma yang menyenangkan. Bilik penjara yang kecil itupun memancarkan cahaya yang menakjubkan dan dipenuhi suara music yang tidak dapat dijelaskan serta gemerincing gelang kaki seolah-olah ada orang yang sedang menari. Benar-benar suatu pemandangan dan suara yang mengherankan serta mengagumkan! Devaki dan Vasudeva mulai menyadari kejadian ini, tetapi mereka takut memberitahu Kamsa kalau tiba-tiba dalam kegilaannya untuk membalas dendam nanti ia akan mencincang rahim adiknya. Mereka khawatir memikirkan bagaimana masa depan putra yang akan lahir ini dan gelisah karena adanya berbagai pertanda gaib. Lalu bagaimana dengan Kamsa? Ia tahu waktunya berlalu cepat sekali mendekati akhir. Ia menderita karena serakah dan ingin tetap memerintah kerajaannya sebagai penguasa yang tidak dapat diganggu gugat; ia menjadi bingung karena raja-raja bawahannya cenderung bersekongkol secara rahasia. Maka diserbunya wilayah kerajaan Yadu,Vrshni,Bhoja, serta Andaka lalu dimasukkannya dalam wilayah kekuasaannya. Ia begitu ingin memperkokoh rezimnya yang bengis dan memerintah dengan sewenang-wenang sehingga ayahnya sendiri yang sudah lanjut usia. Ungrasena, dijebloskan ke dalam penjara. Setelah itu ia menjadi penguasa yang adikara.

Ketika Rsi Shuka memaparkan kisah ini, Parikshit menyelanya, “Aduh! Bukankah ini amat bodoh? Walaupun ia sudah tahu bahwa ajalnya sudah dekat dan sadar bahwa dalam kehamilan kedelapan, tokoh yang akan menghabisinya sedang tumbuh pesat, ia tahu bahwa suara gaib yang mempermaklumkan peristiwa itu tidak mungkin keliru, tapi Kamsa malah terus bersikeras melakukan perbuatan serakah yang melampaui batas dan kekejian yang tidak terkatakan ini. Sungguh sesuatu yang tidak bisa dipercaya!. Mendengar perkataan ini, Rsi Shuka tertawa sambil berkata “Maharaja! Jelas tuanku mengira bahwa semua orang yang tahu ajalnya sudah dekat akan berbuat seperti tuanku, menggunakan waktu yang tersisa untuk berusaha memperoleh penampakan Tuhan yang merupakan perwujudan waktu! Meskipun demikian, kerinduan seperti itu hanya dapat timbul dalam hati lantaran banyaknya pahala yang diperoleh dalam berbagai kehidupan yang lampau. Kerinduan itu tidak dapat timbul secara mendadak. Pikirkanlah perbedaan yang sangat besar antara hal yang tuan lakukan ketika tuanku tahu bahwa masa hidup tuan hampir habis dengan kegiatan yang dilakukan Kamsa ketika ia tahu bahwa ajal sudah mendekati. Kedua sifat ini disebut deva – yang bersifat kedewataan surgawi, sedangkan yang satunya adalah asura- yang bersifat keraksasaan. Jika seseorang memiliki berbagai kebajikan suci dan hasrat untuk melakukan perbuatan baik, memiliki pikiran yang baik, iman kepada Tuhan, belas kasihan kepada semua mahluk, menyesal jika menyimpang dari jalan yang benar dan jujur, tidak melakukan kekerasan (baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan), dan penuh cinta kasih, maka pada hari-hari terakhirnya hanya akan timbul pikiran mengenai Tuhan dan keinginan untuk melakukan perbuatan yang mengkuduskan. Sebaliknya, mereka yang tenggelam dalam sifat mementingkan diri sendiri, egoism, ketamakan, kejahatan, kekerasan, dan ketidak adilan, maka pada hari-hari akhirnya hanya akan menderita karena kecondongan buruk dari berbagai dorongan jahat yang membinasakan dirinya sendiri. Orang-orang akan melihat penyelesaian yang sama, yakni ajal. Tetapi tujuan yang dicapai keduanya sangatlah berbeda. Tujuan itu ditentukan oleh gagasan yang timbul dalam pikiran orang yang akan meninggal. Binasa atau berakhirnya kehidupan merupakan hal yang lazim, tetapi dharsan atau penampakan Tuhan merupakan hal yang harus diraih dan diperoleh dengan usaha. Itu unik karena terdapat pepatah ‘Vinaasha kaalee, vipariita budhih’ yang artinya bila malapetaka mendekat, budhi akan melawan.

Ketika Rsi Shuka mengatakan hal itu dengan sungguh-sungguh, Maharaja Parikshit berkata :’Bukan! Ini bukan hasil usaha saya atau akibat pahala yang saya peroleh dari kehidupan terdahulu saya. Buah kebaikan para kakek dan ayah sayalah yang mengarahkan saya pada jalan yang benar terutama sekali penerangan yang dipancarkan oleh para permata kebijaksanaan seperti Maharsi, dan amanat Sri Krishna dengan pengaruhnya yang menyucikan, semua ini meningkatkan bhakti dan pengabdian yang timbul dalam diri saya. Tentu saja pergaulan yang diperoleh seseorang karena hak istimewa atau karena terpaksa mempunyai pengaruh yang meluhurkan atau merugikan. Untungnya sejak lahir, rahmat Tuhan telah menjadi pembimbing dan pelindung saya. Saya telah dibina dan didukung oleh pergaulan dengan orang-orang baik, persahabatan dengan para pribadi yang adil dan bermoral, perkenalan dengan para cendikiawan besar, dan inspirasi dari kedermawanan para kakek saya yang sangat tersohor. Saya juga harus mengakui pertolongan para menteri yang mengabdi sebagai tangan kanan saya, mereka bijak, memiliki pertimbangan yang baik, dan memperoleh serta menikmatai kasih dan hormat rakyat saya. Tidak mungkinlah semua ini merupakan hasil usaha saya saja. Betapapun unggul bibitnya, jika tanahnya tidak subur, dapatkah panennya melimpah? Betapapun tingginya cita-cita saya, jeka kerajaan saya tidak memiliki tradisi adi luhung yang digariskan oleh nenek moyang saya, tidak memiliki kaum bijak dan cendikiawan untuk mengajar dan member inspirasi, tidak memiliki menteri guna melakukan tugas dan menjabarkannya dalam tindakan, tidak memiliki rakyat yang menghargai dan melaksanakan cita-cita itu, maka bukankah kerajaan itu hanya akan seperti tempayan susu yang dicemari oleh beberapa tetes yogurt asam?. Kalau bukan karena mereka, pastilah cita-cita saya sudah menghilang dan saya pasti sudah menyerap kejahatan orang-orang yang menjilat saya, lalu menjadi orang kejam seperti Kamsa! Karena itu saya menyimpulkan bahwa perbuatan Kamsa yang penuh dosa, hingga batas-batas tertentu, harus dianggap berasal dari kejahatan yang berada dalam para sesepuh, para cendikiawan, menteri, dan rakyat kerajaan Kamsa’. Tentu saja dalam hal ini, Rsi-lah yang paling berwenang memberikan pendapat mengenai kebenaran dugaan saya ini. Yah, mengapa saya menyia-nyiakan beberapa jam sisa hidup saya yang singkat ini untuk mencari kesalahan orang lain atau menganalisis penyebab dan akibatnya. Yang paling baik sekarang adalah saya focus menyucikan setiap detik yang masih tersisa. Oleh karena itu mohon ceritakan kembali kepada saya mengenai saat-saat menakjubkan ketika bhumi ini disucikan oleh kedatangan Sri Krishna. Sambil memohon seperti itu, Parikshit bersujud di kaki Rsi Shuka kemudian duduk dengan mata terpejam, ingin sekali mendengarkan dan membayangkan misteri menakjubkan kemunculan Gopala Krishna yang menjadi nafas hidupnya.

Rsi Shuka menceritakan kisah itu sebagai berikut:” Maharaja! Janin pada kehamilan ketujuh sebenarnya telah diambil dan dipindahkan oleh kekuatan Tuhan ke dalam rahim rohini, yang merupakan istri lain dari Vasudeva yang berada di Gokula dalam perlindungan Nanda. Itulah sebabnya pada kehamilan yang ketujuh Devaki tampak seperti keguguran. Hal ini dilakukan dalam rencana Tuhan agar janin itu nantinya dapat lahir dan tumbuh menjadi saudara dan kakak Gopala. Bayi yang nantinya lahir dari rahim Rohini itu oleh pendeta keluarga, Rsi Garga dinamai Balarama karena tubuhnya yang luar biasa kuat, dan anak itu mempesonakan setiap orang dengan keluguan dan kecerdasannya. Dan karena ia dipindahkan dari rahim Devaki ke rahim Rohini, ia juga dikenal dengan nama Sangkarsana yang berarti ia yang ditarik. Sementara itu, setelah kehamilan Devaki yang kedelapan telah genap Sembilan bulan, Devaki dan Vasudeva ibarat memegang hidupnya dalam telapak tangan karena mereka tersiksa kembali memikirkan apa yang mungkin terjadi dengan bayi itu jika diketahui oleh Kamsa bila persalinan berlangsung. Mereka duduk dengan amat sedih dan takut tanpa makan atau tidur. Ketika Kamsa mendengar bahwa kandungan itu sudah lewat Sembilan bulan, dilakukannya tindakan pencegahan tambahan agar anak itu tidak lolos dari tangannya. Diperintahkannya agar Vasudeva dan Devaki dirantai tangan dan kakinya. Dikuncinya pintu penjara dengan berbagai alat yang lebih hebat lagi. Ditempatkannya prajurit penjaga yang lebih banyak dan terlatih di sekeliling penjara. Kemudian diaturnya agar setaip lima menit, sipir harus memeriksa dan meyakinkan diri bahwa Devaki dan Vasudeva masih berada dalam penjara. Kamsa terus menerus cemas dan khawatir memikirkan kelahiran itu dan akibat apa yang mungkin akan terjadi padanya. Meskipun demikian, siapa yang dapat menghalangi cara kerja kehendak Tuhan yang gaib? Dapatkah misteri Tuhan dimengerti dan diungkapkan? Orang-orang bodoh tidak dapat memahami kebenaran, tidak dapat mengenali Tuhan, dan mengukur kekuatan Tuhan, mereka tidak percaya kepada Tuhan dan hidup dalam khayal. Mereka mengira rencananya yang remeh akan dapat menyelamatkan dirinya. Kenyataannya, sukses yang paling kecilpun tidak dapat diperoleh tanpa rahmat Tuhan. Namun walaupun ini benar, kita tidak boleh duduk berpangku tangan dan percaya bahwa segala sesuatu akan terjadi dengan sendirinya bial dan pada waktu yang telah dikehendaki Tuhan. Usaha manusia tetap diperlukan dan manusia harus mencoba serta berusaha. Ia harus menggunakan segala kekuatan dan kemampuan yang telah dianugrahkan kepadanya dan bertekad terus bekerja sambil menyerahkan tanggung jawab sukses kepada Tuhan, karna tanpa rahmat beliau, segala usaha tidak akan ada hasilnya.

Pada suatu malam ketika sedang berbaring di lantai bilik penjara, Devaki mulai merasa sakit hendak bersalin, dipusatkan pikirannya kepada Tuhan sambil menatap nyala pelita kecil kemudian dengan cemas ia bertanya kepada dirinya sendiri ‘Apa yang akan terjadi kepadaku? Dan apa yang akan menimpaku kelak? Tiba-tiba nyala pelita padam dan bilik penjara itu diliputi kegelapan. Paa saat itu Devaki melihat wujud yang cemerlang, memancarkan cahaya gaib, berdiri di hadapannya. ia heran, siapa gerangan wujud itu. Lalu dipanggilnya Vasudeva karena takut jangan-jangan Kamsa muncul dalam wujud tersebut. Ia sangat bingung dan ragu mengenai identitas penampakan dihadapannya. Perlahan wujud itu menjadi semakin jelas! Beliau dipersenjatai dengan Shangka atau kulit lokan, Cakra, Gada, dan bunga lotus yang terhimpit di tangan-Nya keempat dalam sikap Abhaya mudra (sikap tangan memberkahi dan memberikan perlindungan serta meyakinkan agar tidak merasa takut). Dengan lemah lembut dan menyenangkan beliau berkata “Jangan sedih. Aku Narayana. Dalam beberapa detik lagi, Aku akan lahir sebagai putramu dengan maksud melenyapkan rasa sakit persalinanmu. Kelahiran ini merupakan pemenuhan janji yang kuberikan ribuan tahun lalu ketika engkau memperoleh penampakan-Ku sebagai hasi tapa yang kalian lakukan dengan sungguh-sungguh di ketika itu. Sekarang jangan mencemaskan Aku. Saksikan saja drama yang sebentar lagi akan kumainkan. Di keempat belas loka, tiada seorangpun yang sudah lahir atau akan dilahirkan yang dapat mengganggu ataupun melukai-Ku. Yakinlah tentang hal ini. Meskipun demikian, jika engkau merasa agak cemas karena rasa sayang pada anak yang engkau lahirkan dan karena kekaburan bhatin, engkau akan dapat langsung menyaksikan mujizat yang mengungkapkan sifat-Ku. Begitu Aku lahir, rantai besi yang membelenggu tangan dan kaki kalian akan terlepas, sementara pintu penjara akan terbuka dengan sendirinya, para prajurit jagapun tidak akan sadar, maka pada saat itu, bawalah Aku dari sini ke rumah Nanda di Gokula, dan letakkan Aku di sisi istrinya Yasoda yang pada saat ini juga sedang menunggu persalinan. Setibanya disana bayi perempuan akan lahir, lalu ambillah bayi itu dan bawalah dia kemari, selanjutnya berikan kabar kepada Kamsa bahwa Devaki telah melahirkan. Sebelum kabar itu sampai kepadanya, tidak seorangpun baik di Mathura atau Gokula akan melihat dan menangkapmu, akan kumulai drama itu demikian. Narayana bersinar dengan cahaya surgawi dan setelah memberkati Devaki serta Vasudeva, dalam wujud bola cahaya beliau masuk kedalam rahim Devaki dan beberapa menit kemudian sang bayi lahir. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 03.30 pagi. Saat Brahmamuhuurtham yang bertuah. Vishnu maya atau kekuatan Tuhan untuk memperdayakan, membuat semua sipir penjara, pengawal dan penjaga tiba-tiba tidur nyenyak sekali. Mereka rebah di tempatnya masing-masing dan terlelap. Rantai besi tebal yang membelenggu kaki dan tangan mereka jatuh dalam sekejap mata. Pintu dan gerbang penjara mendadak terbuka. Walaupun saat itu malam sangat gelap, burung kukuk tiba-tiba berkicau riang, dan burung kakak tua menyatakan sukacita yang dirasakannya. Bintang-bintang berkedip-kedip karena setiap bintang tersenyum dalam kebahagiaan bhatin. Dewa hujan menebarkan tetes-tetes bunga hujan ke bhumi. Dan disekitar penjara, sekawanan burung berkumpul dan berkicau dengan riang mencicitkan lagu merdu. Vasudeva sadar bahwa semua itu memperlihatkan daya pikat Tuhan. Dipalingkannya pandangannya kepada bayi yang baru lahir itu dan ia takjub oleh hal yang dilihatnya. Benarkah itu? Ataukah hanya khayalan? Tanyanya pada diri sendiri. Ia tertegun di tempatnya bagaikan tiang memandangi bayi surgawi itu. Di sekeliling bayi itu tampak cahaya yang sangat cemerlang! Ketika melihat ayah dan ibunya bayi itu langsung tersenyum, tampaknya bayi itu akan mengatakan sesuatu dan benar mereka mendengar perkataan “Sekarang bawalah Aku ke Gokula”

Mendengar ini, Vasudeva segera bergegas. Dibentangkannya sehelai sarung tua pada keranjang bamboo yang seketika ada disana lalu dibaringkannya sang bayi disitu. Disobeknya bagian atas sari tua milik Devaki dan diselimutinya sang bayi dengan kain itu. Kemudian ia keluar dari pintu dan gerbang penjara yang terbuka. Melewati para penjaga yang tidur lelap. Dilihatnya hujan rintik-rintik tercurah dari langit dan Vasudeva sedih karena bayi yang baru lahir itu akan basah kehujanan. Tetapi mendadak setelah ia berpaling, didapatinya seekor naga besar Adi-Shesa telah mengikuti langkahnya sambil mengembangkan kepalanya yang banyak sebagai tudung agar sang bayi tidak kehujanan. Pada setiap langkah disepanjang jalan, Vasudeva memperhatikan berbagai tanda yang membawa harapan baik dan menguntungkan, sebab walaupun matahari belum terbit, bunga teratai telah bermekaran di semua telaga dan waduk yang dilaluinya lalu mencondongkan tangkainya kea rah Sang bayi. Walaupun pada saat itu cahaya bulan tidak bisa diharapkan tetapi mungkin karena sangat ingin melihat sang bayi surgawi itu, bulan purnama menjenguk diantara awan. Sinarnya yang sejuk hanya menyinari keranjang bamboo tempat berbaringnya sang bayi. Bayi yang menimbulkan semua pertanda baik itu diletakkan disamping Yasoda yang tertidur kelelahan sehabis melahirkan, lalu ditukarnya bayi perempuan itu dengan bocah Surgawi Krishna. Selanjutnya Vasudeva kembali dengan membawa bayi perempuan yasoda lalu meletakkannya di tangan Devaki.
. begitu hal ini selesai dilakukannya, air mata Vasudeva bercururan. Ia tidak dapat menghentikan tangisnya karena harus berpisah dengan putra tercintanya. Ketika Rsi Shuka sedang mengucapkan perkataan ini, Parikshit berseru dengan suara nyaring “Krishna..! Krishna…!’ setiap orang berpaling ke arah raja dan bergegas mendekatinya. Mereka melihat seekor ular kecil menjalar pergi cepat sekali setelah menggigit ibu jari kaki kanan maharaja.

Jelaslah bagi semua bahwa saat terakhir telah tiba. Setiap orang mengulang perkataan Parikshit dan berseru, “Krishna..! Krishna..!, Oh Dvarakavasa. Vrndavana-vihara. Himpunan orang yang sangat banyak itu tidak dapat memikirkan hal yang lain selain suasana khusyuk dalam ketuhanan. Maharaja Parikshit rebah dan mengakhiri hidupnya sambil mengucapkan nama suci Sri Krishna. Mereka yang ahli dalam Veda segera mengidungkan do’a-do’a. para bhakta bersama-sama menyanyikan kemuliaan Tuhan, sedangkan para pertapa dan kaum bijak waskita tenggelam dalam japa dan meditasi kepada Sri Hari.

Rsi Shuka menitikkan air mata kebahagiaan bhatin. Beliau berkata “Tujuan akhir Maharaja telah didapatkannya dalam mencapai Sri Shyamasundar, Gopala Krishna!’ beliau menghendaki agar upacara perabuan dilangsungkan, kemudian pergi tanpa diketahui oleh siapapun.

Kata Shuka berarti ‘Kakak tua’ Ya! Beliaulah burung kakak tua pemetik buah Bhagavata yang ranum penuh nectar dari pohon Veda sehingga memungkinkan dunia mengetahui rasanya serta memperoleh makanan yang bergisi darinya. Semoga dunia menikmati buah ini, dikuatkan olehnya dan memperoleh kebahagiaan atma yang dapat diberikannya.
Semoga umat manusia menyadari asal kelahirannya, tujuan hidup, serta akhir yang harus dicapainya yakni mencapai Nanda-Nandana (Krishna putra Nanda)

Tidak ada komentar: