Rabu, 06 Februari 2013

Bhagavatam Part 40 : Pencerahan Spiritual, dari Mrita menuju Amrta

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Raja yang sedang mendengarkan kisah yang menggetarkan mengenai rasa terima kasih Krishna kepada guru beliau, tiba-tiba membuka matanya dan ketika melihat Rsi Sukha dihadapannya, ia berkata “Ah, permainan Krishna! Aneka perbuatan beliau yang penuh keajaiban, satu sama lain sering melampaui dalam kemujizatan dan misterinya. Tuhan bersedia menanggung beban apapun untuk memperbaiki dan memajukan dunia; dengan cara ini beliau menyatakan kebesaran dan kekuasaan beliau. Tetapi asap gelap maya melekat erat pada mata manusia dan membuatnya tidak mampu mengenali Tuhan. Karena itu ia tidak memahami makna rohani yang tersembunyi dalam aneka permainan Tuhan ini.

Rsi Sukha memahami hal yang dipikirkan raja. Beliau menjawab, “Maharaja! Pengaruh maya yang membingungkan itu disebabkan oleh kumpulan kegiatan dalam berbagai kehidupan yang lampau. Seseorang dapat melepaskan diri dari maya melalui akibat perbuatannya yang bersifat merusak. Jika kehidupan yang lampau ditandai oleh berbagai kegiatan baik, maka kecenderungan buruk yang ada akan dikalahkan oleh berbagai kecenderungan baik dalam kehidupan sekarang dan orang itu akan percaya kepada Tuhan. Ia akan mengikatkan diri kepada Tuhan, dan melewatkan hidupnya pada landasan ketuhanan. Sebaliknya jika dalam kehidupan yang lampau seseorang telah melakukan kejahatan yang mengerikan, ia akan memiliki kekaburan bhatin yang menakutkan sehingga tidak dapat melihat Tuhan. Orang semacam itu tidak pernah mengingat Tuhan. Mereka melihat segala sesuatu dari sudut pandangan yang keliru; ia bersukaria dalam kejahatan, dan asyik menikmati perbuatan keji. Kepercayaan kepada Tuhan merupakan hasil panen dari benih yang ditanamkan dalam berbagai kehidupan yang lampau. Hal itu dtidak dapat ditumbuhkan dan dipanen begitu saja dalam sesaat.

Mendengar perkataan ini, Raja makin ingin mengetahui lebih banyak menyenai punya ‘pahala yang diperoleh dari perbuatan baik maupu papa atau dosa yang timbul dari akibat karma buruk serta akibatnya dalam kehidupan manusia. Karena itu Raja memohon agar Rsi Shuka mau menceritakan suatu kejadian lagi dalam kehidupan Sri Krishna yang berkaitan dengan kutuk dan pembatalannya, untuk menjelaskan prinsip nasib. Rsi Shuka tersenyum mendengar permohonan ini! Oh maharaja, tidak terbilang banyaknya pertolongan yang diberikan Sri Krishna kepada mereka yang terkena kutuk! Para raksasa yang beliau habisi pada waktu beliau masih kecil dan kemudian pada masa kanak-kanak, seperti yang telah saya ceritakan, semuanya terkena kutuk untuk lahir seperti itu sebagai ganjaran atas sejumlah perbuatan buruk yang telah dilakukannya dikehidupan terdahulu. Ketika para raksasa itu menemui ajal di tangan Sri Krishna, mereka otomatis sudah dibebaskan dari kutukan. “sampai disana, Raja menyela…:”Saya telah mendengar bahwa penumbangan 2 pohon kembar raksasa oleh Sri Krishna pada saat masih bayi merupakan peristiwa menakjubkan dan sangat tersohor. Jika maharsi menceritakannya secara rinci, saya akan senang sekali. 


Mendengar hal ini, Rsi Shuka yang selalau siap membantu dan memenuhi permintaan sang raja mulai bercerita : “Maharaja! Walaupun tidak kekurangan pembantu, Yashoda tetap melakukan semua pekerjaan rumah tangganya sendiri sesuai dengan kebiasaan tradisional. Mendidihkan susu, membuat yougurt, mengocoknya dan menyiapkan mentega. Semua kegiatan ini dilakukannya dengan senang hati. Pada suatu hari, seperti biasa ia bangun pada awal Brahmamuhuurtam (pukul 4.30 pagi), mandi kemudian melakukan tugas hariannya pada pagi hari. Diletakkannya periuk berisi yogurt di hadapannya lalu dikocoknya. Tali yang menahan tongkat pengocok di tengah susu asam ditariknya kuat-kuat sambil menyanyikan kidung suci yang merdu. Sementara itu Gopala datang dengan langkah-langkah yang lambat tetapi pasti menuju ke tempat ibunya yang sedang mengocok yogurt. Secara mendadak Beliau menarik ujung sari sang ibu. Yashoda terkejut karena tarikan yang tidak terduga ini. Ia berpaling dan merasa heran serta senang mendapati si mungil Krishna, putranya yang nakal! Dihentikan pekerjaannya kemudian diangkat dan dibelainya beliau. Anakku saying! Fajar belum tiba! Mengapa engkau bangun begitu cepat? Tidurlah lagi sebentar’ kata Yashoda . meskipun demikian, bocah sorgawi itu dengan suaranya yang masih pelat dan sangat menawan hati mengatakan bahwa ia lapar, sedu sedannya yang memelas menunjukkan keinginannya untuk diberi minum. Luluhlah hati sang ibu. Diletakkannya tongkat pengaduk di suatu sisi dan dipasangnya penutup belanga, kemudian dipangkunya Krishna sambil duduk di tempat itu. Sementara bocah itu disusuinya, kepala beliau diusap-usapnya dengan lembut dan penuh kasih saying. Pada waktu itu, didengarnya suara belanga jatuh dari tungku di dapur. Yashoda menduga pasti itu ulah kucing yang nakal. Diangkatnya anak itu dari pangkuannya dan diletakkannya di lantai karena ia harus berlari untuk memeriksa apa yang terjadi di dapur! Ketika Yashoda menghilang ke ruang lain, Krishna beracting seolah-olah kesal diabaikan demikian, diturunkan ketika asyik menyusu. Dilihatnya belanga yang ada didepannya dan diarahkannya segenap kekesalannya pada bentda itu. Dipukulnya belanga itu keras-keras dengan tongkat pengaduk dan ketika yogurtnya mengalir keluar, diambilnya mentega itu lalu dimasukkannya kemulut, kemudian beliau berlari keluar supaya tidak ditegur dan dimarahi. Ketika Yashoda kembali ke tempat itu, dilihatnya belanga yang pecah. Yogurt tumpah di lantai, dan menteganya telah habis sedangkan Krishna sudah tidak kelihatan lagi. Karena tahu hal ini adalah perbuatan Gopala, dicarinya bocah itu ke segala penjuru tetapi Krishna tidak diketemukan dimanapun juga. Yashoda akhirnya pergi ke rumah tetangga dan ditanyakannya kalau-kalau Krishna ada disana. Setiap orang mengatakan bahwa mereka tidak melihat bocah itu; mereka tidak tahu dimana beliau berada. Yasodha benar-benar ketakutan dan menduga pasti Krishna lari karena takut dihukum lantaran memecahkan belanga dan menumpahkan isinya! Anak yang malang Ia telah lari keluar dalam kegelapan ‘pikirnya. Dicarinya Krishna dari rumah ke rumah dan di jalanan. Akhirnya dipergokinya Krishna ketika sedang menurunkan belanga yang penuh berisi susu, yogurt, dan mentega dari sebuah rak gantung. Di rak itu nyonya rumah meletakkan deretan belanga yang penuh beisi susu, yogurt dan mentega. Krishna berdiri di sebuah lesung yang dibalik sehingga beliau dapat menurunkan belanga yang berisi mentega itu dengan aman untuk dibagikan kepada teman-teman beliau.

Melihat anak itu, yasoda berteriak : Krishna, apa yang engkau lakukan, apakah engkau berbuat seperti ini di setiap rumah? Kepada para gopi yang malang mengadu kepadaku tentang pencurian yang kamu lakukan, ibu biasa menyalahkan mereka tanpa memeriksa tuduhan itu, dan ibu suruh mereka pergi. Sekarang ibu telah melihatnya dengan mata ibu sendiri! Meskipun demikian, sulit rasanya mempercayai penglihatan mata ibu! Oh betapa kelirunya penilaian ibu selama ini. Mulai sekarang ibu tidak akan membiarkan engkau lolos. Tidak. Bila ibu lepaskan engkau dengan alasan, engkau masih bocah, kelak ini akan membuat engkau melakukan kejahatan yang mendatangkan bencana. Ibu harus menghukum-Mu sampai kapok dan tidak mengampunimu sama sekali. Bila putra keluarga yang terhormat menjadi pencuri, hal itu akan membawa aib kepada seluruh marga. Nama buruk tidak dapat dilenyapkan dengan mudah. Reputasi keluarga kita akan tercemar. ‘kepedihan hati yasoda sudah tidak tertahankan lagi. Sebelumnya tidak pernah ia merasa demikian terhina. Ia terbawa oleh luapan rasa marah. Diambilnya seutas tali yang tebal dan panjang, kemudian didekatiya Krishna dengan maksud akan diikatkan erat-erat pada lesung yang berat.

Gopala mengetahui niat itu dan menyelinap masuk serta keluar dari setiap pintu, menghindari sang ibu yang berusaha menangkap-Nya. yasoda mengejar-Nya di sepanjang lorong dan jalan. Wanita itu sebelumnya tidak pernah berlari demikian cepat, maka ia segera kehabisan tenaga dan langkahnya menjadi lambat, ia mulai terengah-engah. Para lelaki, waita, dan anak-anak mulai tertawa geli melihat usahanya yang sia-sia mengejar boah mungil itu. Mereka menikmati kelucuannya dan bahkan lebih gembira lagi melihat senda gurau Krishna serta usaha sia-sia sang ibu untuk mengikat beliau. Gopala mahatahu, tiada apapun yang tidak diketahui. Beliau mengertri dan dapat membaca pikiran sang ibu bahwa yasoda sudah terlalu lelah untuk melangkah lebih jauh, maka dibiarkannya diri beliau ditangkap. Yasoda tidak dapat mengangkat tangan untuk memukul beliau. Dipegangnya beliau erat-erat sambil berkata, “pulang ke rumah!, engkau pencuri. Tidak baik bila ibu memukulmu di luar. Nanti akan ibu beri pelajaran kamu di rumah. Lalu ditariknya beliau ke samping sebuah lesung batu yang sangat besar agar beliau dapat diikat disitu dengan seutas tali yang kuat. 

Ternyata tali yang dibawanya terlalu pendek, maka ia masuk ke rumah dan mengambil tali lain untuk disambungkan pada tali pertama.namun tetap saja tali yang sudah disambung itu tidak cukup untuk mengikat badan Krishna.  Hal ini dilakukannya berulang-ulang karena betapapun panjang tali itu, tampaknya Krishna tumbuh demikian besar sehingga tali itu tidak cukup untuk dilingkarkan ke tubuh beliau. Tali itu selalu tampak kurang panjang sedikit untuk dapat mengikat beliau, namun setelah disambung ternyata tetap masih kurang. Sang ibu heran dan kesal melihat kejadian ini. 
Ia tidak mengerti apa yang menyebabkan keajaiban itu. Melihat jerih payahnya itu, Krishna bermaksud mengakhiri permainannya. Entah bagaimana akhirnya Yasoda dapat mengikatkan satu simpul, lalu ditinggalkannya Krishna terikat pada lesung itu, kemudian ia kembali ke rumah dan diteruskannya pekerjaan rumah tangganya sehari-hari. Sementara itu Krishna merangkak ke kebun sambil menyeret lesung yang menggelinding di belakang-Nya. disitu terdapat dua batang pohon kembar yang tumbuh berdekatan satu dengan yang lainnya. Krishna merangkak melalui sela-sela diantara dua pohon itu sehingga lesungnya tertahan diantara 2 pohon kembar itu. Ketika bocah surgawi ini menariknya sedikit untuk mengatasi halangan, pohon itu tumbang dan rebah dengan suara yang amat keras. Kegaduhan itu menarik perhatian setiap orang untuk datang melihat ke pekarangan rumah Yasoda, tempat robohnya pohon kembar itu walaupun tiada hujan ataupun badai. Yasoda-pun segera bergegas melihat apa yang terjadi. Ia sangat terkejut dengan pemandangan di hadapannya. Dilihatnya Gopala di tengah dedaunan pohon yang tumbang itu, diantara dahan-dahan yang saling terkait. Ia menjerit prihatin dan segera berlari mendekati anaknya. Dilepaskannya tali yang dipakai mengikat tubuh Krishna lalu digendongnya anak itu dengan sangat prihatin, tetapi akhirnya ia bisa bernafas lega ketika mendapati anak kesayangannya tidak kenapa-napa.


Anakku sayang, apakah engkau ketakutan? Oh alangkah jahatnya ibumu ini. Yasoda menangis terisak-isak membayangkan keteledorannya mengawasi sang anak. Pada waktu Yasoda meratapi diri seperti itu, dua wujud sorgawi yang keduanya pria, muncul dari pohon yang roboh itu. Mereka bersujud pada kaki Gopala Krishna. Kemudian berdiri dengan tangan terkatup dalam sikap hormat dan berkata :”Oh Bhagavan, kami berdua adalah putra dewa Kuvera, kami saudara kembar! Naalakubara dan Manigriiva. Karena melakukan kesalahan, kami dikutuk oleh Devarsi Narada agar menjadi pohon kembar. Hari ini paduka telah mengakhiri kutukan tersebut dengan berkat karunia paduka. Jika paduka ijinkan, kami akan kembali ke tempat kami. Setelah berkata demikian dua wujud sorgawi itu menghilang. Melihat wujud kedewataan yang gaib itu, penduduk gokula tercengang keheranan dan mereka sangat gembira. Pada saat itu, walaupun mereka mendengar Gopala dimuliakan sebagai Tuhan, walaupun mereka menyaksikan sendiri bukti nyata ketuhanan Sri Krishna dalam wujud bocah mungil Gopala, mereka jatuh lagi ke dalam pengaruh maya dan mulai lagi memperbincangkan Gopala hanya sebagai putra Nanda dan Yasoda. Mereka merasa bahwa beliau adalah bocah angon teman sepermainan mereka. Mereka terperangkap dalam ilusi maya.

Ketika Rsi Shuka mengatakan hal itu, Raja menyela dan bertanya : “Rsi yang agung, bagaimana maya dapat memiliki kekuatan yang demikian besar ? siapa yang memberinya kemampuan untuk menyembunyikan kemuliaan Tuhan? Apakah sifat maya yang sebenarnya ? mohon ceritakan kepada saya. Rsi Shuka menjelaskan. Maharaja, Maya bukanlah sesuatu yang terpisah dan memiliki wujud tersendiri. Tuhan hanya dapat dilihat dengan selubung maya. Beliau menjadi kasat mata karena mengenakan perlengkapan maya. Itu merupakan Upaadhi wahana beliau. Dengan kata lain, maya menutup kenyataan sifatnya adalah menyembunyikan kenyataan dan membuatnya tampak sebagai hal yang tidak nyata. Hanya orang yang menyingkirkan, menghalau, mengabaikan, dan menghancurkannya yang dapat mencapai Tuhan. Maya membuat manusia merasa bahwa Tuhan  tidak ada. Ia memperlihatkan air dalam fatamorgana; maya yang membuat manusia melihat hal yang dibayangkan dan diinginkannya sebagai kebenaran. Maya tidak dapat mempengaruhi manusia bila ia dapat melepaskan keinginan, imajinasi, dan perencanaan. Sebab jika tidak, bagaimana mungkin Yasoda yang sudah menyaksikan ketuhanan Krishna dengan mata kepalanya sendiri dalam berbagai kesempatan, lagi-lagi merasa bahwa beliau adalah anak laki-lakinya? Imaginasi dan keinginan itulah penyebab khayal ini. Tubuhnya adalah tubuh putra dan tubuh ibu, tetapi inti sejatinya, penghuninya, tidak mempunyai putra dan ibu. Tubuh ibu bertalian dengan tubuh putra, tetapi tidak ada penghuni ibu atau penghuni putra. Jika manusia memiliki keyakinan yang teguh mengenai hal ini, tidak akan ada lagi keinginan untuk kesenangan lahiriah. Selidiki dan periksalah. Tuanku akan mengetahui kebenaran ini. Tanpa penyelidikan bhatin, delusi atau ‘kekeliruan persepsi’ akan tumbuh dan lambat laut dapat mengalahkan budhi.

Ah peran yang dikenakan sendiri oleh Tuhan membawa hasil yang benar-benar penting! Vedanta mengajarkan bahwa kita harus melihat kenyataan dibalik peran (yang dimainkan). Inilah makna spiritualnya. Karena terperdaya oleh peran, manusia mengejar pemenuhan keinginan! Sebabnya, tubuh yang dipakai dianggap sesuatu yang benar dan nyata. Manusia jatuh dalam cengkraman maya. Mereka yang perhatiannya terpusat pada tubuh, tidak akan dapat melihat pribadi di dalamnya. Bila terselubung abu, bara yang merah tidak akan tampak. Bila awan tebal berkumpul, matahari dan bulan tidak kelihatan. Lumut yang mengapung rapat pada permukaan air menyebabkan sebuah danau tampak sebagai tanah yang keras yang ditumbuhi tanaman. Bila biji mata tertutup katarak, orang yang bersangkutan tidak dapat melihat apa-apa. Demikian pula bila seseorang memiliki anggapan kuat bahwa tubuh itu merupakan diri sejati, maka yang menghuni tubuh sama sekali tidak akan mendapat perhatiannya.

Rsi yang agung! Sesungguhnya hari ini selubung yang menutup pikiran saya sudah tanggal. Ajaran Maharsi seperti tiupan angin kencang yang menerbangkan abu yang menutupi nyala bara api. Anggapan keliru bahwa gabungan kelima unsure (Panca maha bhuta yang terdiri dari tanah, air, api, udara, dan ether) yang disebut tubuh ini merupakan kenyataan sejati sudah meledak dan dilenyapkan dari diri saya sekarang. Saya terberkati. Saya benar-benar telah tercerahkan dengan penjelasan Rsi. Setelah mengatakan hal itu, Parikshit bersujud di kaki sang guru, Rsi Shuka. Sementara itu kumpulan para rsi, kaum bijak, dan rakyat jelata terlibat dalam pembicaraan yang penuh semangat. “Bila waktu berdetik dengan cepat menuju saat akhir, tubuhpun harus siap ditinggalkan bukan? Tubuh akan roboh jika prana tidak mengalir lagi di dalamnya, tetapi pikiran tidak akan berhenti. Oleh sebab itu, tubuh demi tubuh baru dalam berbagai kelahiran harus dikenakan terus menerus sampai pikiran menjadi kosong, tidak ada isi dan keinginannya lagi. Hari ini maharaja kita telah membedakan pikiran dengan tubuh! Kini beliau berada dalam kebahagiaan sedemikian rupa sehingga pranapun tidak mempengaruhi beliau. Bila pikiran selalu manunggal ke dalam wujud Sri Krishna, tubuh akan dipenuhi oleh sifat ketuhanan; sehingga sisi kemanusiaannya sudah tidak bisa dikenali lagi” demikian kata mereka yang berkumpul di sekeliling raja. Wacana yang disampaikan Rsi Shuka hari ini tidak hanya ditujukan bagi maharaja Parikshit, melainkan bagi kita semua. Wejangan ini ditujukan kepada semua yang menderita khayal dan mengira bahwa mereka adalah tubuh yang sebenarnya hanya wahana. Kesan atau pandangan yang keliru inilah yang menyebabkan perbudakan (pada keinginan indera) namun keyakinan bahwa kita adalah atma, merupakan sarana yang tepat guna mencapai kebebasan. Inilah yang dicanangkan oleh Veda dan sastra. Pikiranlah yang menyambut khayal dengan gembira. Pikiran jugalah yang mempertimbangkan dan merenungkan gagasan kenyataan sejati, karena itu pikiran merupakan alat, baik untuk perbudakan maupun untuk kebebasan. Mana eva manusyanaam kaaranam bandha mokshayoh “Pikiranlah yang membuat manusia terbelenggu atau justru mencapai moksa; pernyataan sruti Veda ini merupakan kebenaran. Setelah merenungkan hal itu selama beberapa waktu, orang-orang duduk dengan mata terpejam, tenggelam dalam do’a. ketika matahari akan terbenam, pra rsi berjalan ke tepi sungai gangga yang suci sambil menjinjing kendi (Kamandalu) dan tongkat (danda) sehingga mereka dapat melakukan upacara doa senja hari.

Tidak ada komentar: