Rabu, 30 Januari 2013

Bhagavatam Part 38 : Naga Kaaliya

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Oh Maharaja, dengarkan peristiwa penting ini, “Kata rsi Sukha. Bocah surgawi Gopala, tidak lain adalah Tuhan sendiri yang telah mengambil wujud manusia untuk leela beliau. Sri Krishna tumbuh seperti anak manusia biasa. Pada usia lima tahun. Tidak ada seorangpun yang dapat memahami makna gerak gerik beliau. Permainan beliau kepada orang lain sebelum atau sesudahnya. Orang-orang hanya harus memperhatikan dan mentaati. Tidak seorangpun yang  dapat menerka sifatnya atau menduga maknanya betapapun besar prestasi keduniawiannya.
Pada suatu waktu, beliau kumpulkan ternak sapi sehingga orang tua beliaupun tidak tahu menahu tentang hal itu. bahkan sang kakak (Balaram) yang biasanya paling sering mengetahui dan menyertainya, pada hari itu tidak mengetahui apa yang terjadi. Sebagaimana biasa, Krishna mengumpulkan teman-teman beliau lalu mengajaknya menggembalakan ternak di lapangan rumput perbukitan yang hijau. Namun pada hari itu, Krishna justru mengajak teman-temannya beserta ternak sapi mereka ke sungai Yamuna, tempat yang sangat dihindari oleh masyarakat sekitarnya. Sebab bagian sungai Yamuna yang dalam itu mempunyai riwayat menakutkan. Biasanya tempat yang dalam semacam itu airnya mandeg dan berlumpur, tetapi air sungai Yamuna pada waktu itu berwarna biru dan panas mendidih. Air yang senantiasa menggelegak itu mengeluarkan uap yang membumbung ke udara. Akibatnya terbentuk kabut di atasnya. Siapa saja yang bernafas dalam udara yang tercemar uap itu akan tewas sehingga menimbulkan kegemparan dan ketakutan. Burung-burung yang kebetulan terbang di atas tempat itu terkena uap racun yang mematikan sehingga dalam keadaan puts asa mereka mengepak-ngepakkan sayapnya sekuat tenaga kemudian jatuh mati dan tenggelam ke dalam sungai.


Perangkap maut atau keanehan yang mematikan ini diketahui oleh setiap orang di Gokul sehingga tempat itu dihindari dengan hati-hati dan mereka tidak mau pergi ke dekatnya.anak-anakpun telah diperingatkan tentang bahaya dimaksud. Ternak sapi dijaga dan dicegah agar tidak merumput di dekat aliran sungai Yamuna. Oleh karena itulah ketika Sri Krishna mengajak kawanan bocah gembala itu pergi ke sungai Yamuna, semua dari mereka protes dan memelas supaya Krishna membatalkan niat-Nya itu. Namun semua permohonan itu diabaikan oleh Gopala, entah apa yang direncanakan-Nya. Sri Krishna menyatakan bahwa beliau memang harus pergi ke sungai Yamuna, dan itulah ketetapan yang harus dilakukan-Nya pada hari itu. Para bocah gembala yang lugu berusaha menarik dan menjauhkan beliau dari tempat mengerikan itu, mereka berusaha sedapat-dapatnya agar bencana itu dapat dielakkan, tapi Krishna berontak dan melepaskan diri dari mereka, ditanggalkan-Nya pakaian beliau dan berkata bahwa Ia akan senang berenang dalam bagian sungai yang beracun itu.
Para bocah gembala tidak mempunyai cukup keberanian untuk memperingatkan Krishna dengan suara keras mengenai bahaya tempat mengerikan itu; protes mereka yang halus beliau kesampingkan dan dengan kehendak yang tegar, Krishna memanjat sebatang pohon di tepi sungai kemudian terjun ke dalam sungai yang menakutkan itu. Setelah itu, beliau tidak muncul untuk beberapa lama sehingga para bocah gembala yang menganggap Krishna sebagai nafas hidupnya begitu merasa cemas dan bahkan ada yang sampai tidak sadarkan diri. Mereka panic dan berkerumun sambil memanggil beliau dengan penderitaan bhatin yang tak tertahankan. Mereka menangis terisak-isak dengan sangat mengibakan.

Selang beberapa lama, akhirnya Gopala muncul di atas permukaan air dengan gerakan renang-Nya, bagian sungai yang dalam itu beliau goyangkan seakan-akan diguncang gempa. Tiba-tiba mereka melihat seekor naga yang sangat besar mengejar beliau sambil menyemburkan racun dan memuntahkan api seperti gunung berapi yang menyala-nyala dari matanya. Teman-teman beliau tidak sanggup melihat pemandangan yang mengerikan itu. Mereka berteriak dalam kesedihan yang tidak tertahankan “Krishna ayo menepi….!  Cepat ketepian sini!”. Tetapi Krishna justru asik berenang kian kemari seakan tidak mendengarkan teriakan teman-teman-Nya, beliau seakan tidak perduli dengan bahaya yang mendekatinya. Akhirnya naga itu berhasil mengejar Krishna setelah mengelilingi sungai itu dengan gelombang yang tinggi. Dibelitnya tubuh Sri Krishna lalu perlahan-lahan dikuatkannya untuk meremukkan mangsa. Melihat hal ini beberapa anak segera berlari ke Gokul secepatnya untuk menyampaikan berita itu kepada orang tua beliau di rumah. Ketika memberitakan kejadian itu mereka menangis keras-keras seperti sudah kehilangan hartanya yang paling berharga.


Segera setelah mendengar kejadian itu, masyarakat Gokul gempar, Nanda,Yasodha, semua gopa dan gopi bahkan hampir seluruh masyarakat desa berlari menuju bagian sungai yang beracun itu terdorong oleh rasa cemas dan khawatir kalau suatu bencana mengerikan telah menimpa Sri Krishna, permata indah bagi kehidupan mereka. Balarama, Kakak Sri Krishna juga ada diantara mereka. Ia tahu kekuatan dan kecekatan Krishna. Karena itu ditenangkannya para penduduk Gokul terutama orang tuanya agar tidak terlalu resah. Mereka diyakinkan bahwa tiada ada bencana apapun yang mampu menimpa Krishna. Balarama menghibur dan menyakinkan mereka dengan berbagai cara. Tidak lama kemudian, tepian sungai Yamuna sudah penuh dengan penduduk Gokul. Seruan sedih dan putus asa “Krishna…Krishna! Bergema dari segala arah, diteriakkan oleh setiap orang yang tenggelam dalam kesedihan. Banyak yang jatuh pingsan ketika melihat Krishna dibelit oleh naga raksasa itu. Itu benar-benar pemandangan yang sangat menyedihkan. Banyak gopi tidak tahan melihat Krishna terjerat dalam belitan monster yang sangat besar dan kuat itu, ditarik kebawah permukaan air yang merah darah pada suatu saat dan muncul ke permukaan pada saat berikutnya. Berjuang dengan gagah berani melawan naga yang menyemburkan percikan racun bernyala-nyala. Yasodha dan beberapa gopi jatuh pingsan tak sadarkan diri, mereka dirawat dan disadarkan oleh yang lainnya. Ketika sadar, mereka menangis, meratap sedih, memanggil Krishna yang sangat mereka kasihi. “Anakku saying dimana naga mengerikan ini bersembunyi, kenapa sekarang ia muncul?” demikian Yasodha meratap dalam keputus asaan. Beberapa teman Krishna menangis tersedu-sedu sambil berkata “Tidak dapatkah naga itu menggigit kami saja daripada harus melukai Sri Krishna? Tidak dapatkah ia melepaskan Gopala?. Diantara mereka, beberapa gadis penggembala sapi bahkan telah bersiap-siap menceburkan diri ke dalam sungai agar naga itu mau melepaskan Krishna lalu menyerang mereka sebagai ganti-Nya. kami akan menyerahkan hidup kami sebagai gantinya agar Krishna selamat” demikian pernyataan mereka. Namun meskipun demikian, Balarama mencegah mereka dan meyakinkannya bahwa Krishna akan keluar dengan selamat dan bahwa beliau pasti akan mampu memenangkan pertarungan hebat itu.

Banyak Gopi khusyuk berdoa agar Krishna menang. Karena keselamatan Krishna merupakan keselamatan seluruh dunia. Krishna kita adalah satu-satunya penguasa seluruh jagat raya, karena itu semoga beliau segera membebaskan diri dari belitan naga raksasa itu. Doa mereka ditujukan kepada Sri Krishna sendiri yang hendak mereka selamatkan dengan do’a itu! Pada waktu berdoa, mereka membuka mata untuk melihat apakah beliau melepaskan diri beliau sendiri. Kumpulan orang yang sangat banyak di tepi sungai itu memandang tanpa berkejap, menanti lepasnya Krishna yang dapat terjadi setiap saat. Mereka dilanda rasa takut dan cemas, harapan, serta keyakinan yang tercampur baur.

Pada saat itu,….”Oh bagaimana saya dapat merenungkan dan menceritakan pemandangan itu kepada tuanku?” Rsi Sukha tidak dapat meneruskan bicaranya; beliau tidak dapat menahan luapan rasa bahagia, sedih, takjub, hormat, dan kasih yang timbul di hatinya. Beliau demikian terharu membayangkan peristiwa itu seakan-akan kejadian yang sama sedang berlangsung di depan matanya. Sang Rsi tenggelam dalam cinta bhakti yang mendalam sehingga ditutupinya wajahnya dengan kedua telapak tangan dalam usaha sia-sia untuk menahan air mata agar tidak merebak. Melihat hal ini, Parikshit berseru, “Oh Maharesi, Maharesi! Keajaiban apa ini ? apa yang terjadi kemudian? Bencana apa yang terjadi sehingga Rsi sedih seperti ini? Tolong segera ceritakan kepada saya.

Mendengar hal ini, Rsi Sukha menenangkan diri lagi, sambil menyeka air matanya dengan ujung jubahnya. Beliau berkata “ Maharaja, tidak ada bencana apapun yang terjadi. Tetapi keajaiban itu berlangsung. Krishna tumbuh dengan cepat sekali, setiap saat bertambah sangat besar dan tinggi sehingga naga itu terpaksa melepaskan lilitannya. Lingkaran demi lingkaran ketika semua melihat Krishna kecil bertumbuh besar dalam hitungan detik di hadapan mereka, ,erela tercengang, heran, takjub, bercampur suka cita. Walaupun Sri Krishna telah melepaskan diri dari belitan naga itu, namun kemarahan sang naga justru semakin membesar. Disemburkannya racun ke dalam air dan udara. Setiap saat diangkatnya kepala-kepalanya (Naga ini memiliki banyak kepala) lalu dipelototinya Krishna dengan mata yang merah menyala seakan-akan keinginannya untuk menghabisi beliau masih belum terpuaskan.

Sementara itu, ditangkapnya ekor sang naga oleh Krishna lalu diputar-putar dengan cepat sekali, kemudian dibanting ke permukaan air. Tindakan ini memaksa naga tersebut menundukkan kepala, tetapi ia berusaha mati-matian agar kepalanya tetap tegak di atas permukaan air. Kemudian Sri Krishna melompat ke atas kepalanya dan sambil memegang ekornya di satu tangan, beliau memutuskan untuk menari di atas deretan kepala sang naga. Naga kaliya yang besar itu tidak mampu menahan berat sang Avatar yang melangkah dengan riang dari kepala ke kepala. Darah mengucur banyak sekali dari hidung dan mulut sang naga. Ia mendengking memilukan karena kesakitan dan malu oleh kekalahan. Ia nyaris tidak dapat bernafas dan hampir mati. Melihat kejadian ini, orang banyak yang berkumpul di tepi sungai berteriak dengan senang dan penuh keyakinan, “Krishna, ayo segera menepi. Engkau telah menang dan menyelamatkan kami semua dari naga raksasa menakutkan ini. Keadaan bahaya telah lewat. Doa kami sudah engkau kabulkan, dan kami telah memperoleh hasil dari perbuatan baik yang pernah kami lakukan.

Sementara para penggembala sedang bersuka ria atas perubahan keadaan yang menakjubkan itu, banyak naga betina, para istri monster tersebut muncul dari dasar danau sambil menangis tersedu-sedu keras dan sangat sedih. Mereka bersujud di kaki Sri Krishna dan memohon; “Bhagavan, Paduka telah menjelma ke dunia dengan tujuan yang sudah diikrarkan untuk menghukum yang jahat dan bengis, karena itu, tindakan paduka yang menginjak-injak naga raksasa yang menjadi suami kami ini, kami rasa sangat adil untuk mengekang kesombongannya. Kami sadar bahwa Paduka hanya melaksanakan tugas demi misi Paduka. Namun meskipun demikian, betapapun kejamnya suami kami, kami yakin sifatnya sudah diubah ketika kaki Paduka diinjakkan di atas kepalanya. Ampunilah ia Oh Sri Krishna, dan kembalikan suami kami dengan berkah kasih saying Paduka. Selamatkan dan berkahilah agar ia tidak lagi mencelakakan mahluk hidup apapun.

Mendengar permohonan itu, Tuhan Sri Krishna mengabulkan doa mereka, beliau mengampuni naga Kaliya dengan peringatan “ Wahai naga kuampuni segala kesalahanmu selama ini karena bhakti dan kasih para istrimu, dan mulai sekarang jangan menyakiti siapapun tanpa provokasi; bersifalah Sattvika. Kuberkati engkau agar tidak ada yang mencelakakan, menjahati, atau membuatmu membalas dendam. Di kepalamu terdapat jejak kaki-Ku, karena itu bahkan musuh pemangsamu, Garuda tidak akan membahayakanmu lagi karena Ia akan mengenali tapak kaki sebagai milik-KU.

Tidak ada komentar: