Jumat, 18 Januari 2013

Bhagavatam Part 36 : Gopala Krishna

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Rsi yang Agung!, Setelah (Bayi) Krishna dibawa dari penjara Mathura-yang beliau pilih sebagai tempat kelahiran—menuju ke Vrndavan, dan tinggal disana selama sebelas tahun, Beliau melewatkan masa kanak-kanak sebagai bocah penggembala sapi. Saya ingin mendengar tentang senda gurau, permainan dan petualangan beliau bersama teman-teman beliau dari Vraja, di hutan-hutan kecil dan belukar Vrndawana.

Ketika Pariskshit memohon seperti itu, Resi Shuka merasa senang. Beliau tersenyum dan berkata, “Tidak mungkinlah saya menceritakan kepada tuanku semua permainan Gopala yang suci “Bocah angon’ yang luar biasa itu. Setiap permainan beliau memenuhi pikiran dengan keindahan. Bocah-bocah penggembala sapi di Vraja yang ikut mengalami suka cita itu benar-benar terberkati. Avatar tidak memperhatikan perbedaan lahiriah, nama, individu, kebangsaan, kasta, profesi, atau sikapnya. Apapun sikap orang yang akan menemui beliau, Beliau akan menyambutnya. Orang itu akan ditarik ke dekat beliau, dipenuhi keinginannya dan dianugrahi kebahagiaan. Itulah sifat Gopala (Sebutan untuk Sri Krishna-yang secara harfiah berarti seorang penggembala sapi – Leela atau permainan Ilahi yang melambangkan bahwa Tuhan berperan sebagai pembimbing bagi jiwa-jiwa)

Sejak ditinggalkan di rumah Nanda dan Yashoda oleh Vasudeva, ayah beliau, Krishna kecil menganugrahkan sukacita yang tidak terhingga kepada Nanda. Seruan ‘jaya…jaya…’sebagai tanda pemberkatan selalu berkumandang berulang-ulang di rumah itu karena keberanian dan kegagahan si anak yang luar biasa itu. Hari demi hari beliau tumbuh makin menawan. Beliau bersinar cemerlang sebagai harta berharga yang sangat disayang ibunya dan selalu bermain-main dipangkuan ibu Yasoda. Beliau berjalan tertatih-tatih melewati ambang pintu. Beliau memegang jari ayah atau ibu beliau dan berjalan beberapa langkah dengan berani. Walaupun orang tua Krishna berusaha sedapat mungkin menyembunyikan beliau dan pandangan agar utusan matu yang selalu dikirim Kamsa tidak dapat menemukan-Nya, entah bagaimana Krishna selalu membuat diri beliau dapat ditemui. Beliau biasa maju menemui mereka dan memperkenalkan diri. Siapa yang dapat menyembunyikan Gopala (Tuhan pemelihara dan pelindung alam semesta? Dan dimana ? siapa yang dapat menculik beliau, dan bagaimana?” Oh Parikshit, semua permainan Ilahi ini begitu indah namun sulit dimengerti.


Hari demi hari beliau terus bertumbuh. Beliau mulai pergi ke tempat yang agak jauh di tepian sungai Yamuna yang suci serta bermain bersama anak-anak sebayanya dari keluarga penggembala sapi. Orang tua beliau berusaha mencegah, tetapi tidak mampu. Seperti teman-teman beliau, Krishna juga menggembalakan ternak sapi menuju padang rumput. Sesungguhnya mata yang melihat pemandangan mempesonakan itu, ketika Gopala berada di tengah kawanan sapid an anak-anak sapi yang mulus dan riang, sangatlah beruntung, karena mereka pernah melihat kejadian yang luar biasa. Bayangkan Oh Maharaja! Kawanan sapi dan anaknya yang putih mulus, dan bocah Avatar yang berkulit gelap!.sapi-sapi itu selalu tertarik kepada beliau dan selalu berada di dekat-Nya. mereka tidak mau pergi berkeliaran meninggalkan Gopala Krishna. 

Demikian pula Sri Krishna begitu mencintai mereka bagaikan saudara beliau sendiri atau bagaikan anak beliau sendiri. Bila Sri Krishna menyentuh punggung sapi-sapi itu dengan lembut,anak sapi dan induknya lupa akan segalanya. Mereka membuka mulutnya, menegakkan ekor, menjulurkan lidah, dan menjilati wajah serta tangan beliau penuh kasih. Gopala pun sering merangkul leher mereka dan berayun kian kemari dengan sangat gembira sambil memejamkan mata dan tersenyum dengan wajah berseri-seri. Anak sapi sering bermain menggosokkan tanduk mereka yang mulai tumbuh pada badan beliau yang lembut. Tanpa mengindahkan siang dan malam, beliau bermain kian kemari dengan manis, anggun, dan riang bersama teman-teman beliau. Kawanan sapi dan para bocah angon di tepi sungai Yamuna yang selalu segar, sejuk, dan pasirnya yang gembur. Orang tua beliau sering harus mengutus para pembantu untuk menjemput dan mencari mereka lalu membawa pulang beliau beserta semua rekan-rekan sepermainannya.

Sementara hari-hari berlalu seperti itu di rumah dan di luar rumah, beliau tumbuh menjadi bocah yang menawan hati. Walaupun orang tua beliau tidak menghendakinya. Beliau melepaskan ternak sapi dan anak-anaknya dari tambatan mereka di kandang, menggiring mereka sepanjang jalan yang biasa dilewati sapi-sapi desa, lalu menggembalakan mereka di lapangan rumput hijau yang terhampar luas. Sebagaimana anak-anak gembala yang lain, beliau juga menyandang tongkat di bahu dan mengikatkan sehelai kain di kepala. Beliau berjalan dengan rasa percaya diri yang luar biasa, tampak sangat gagah dan rupawan bagaikan anak singa kerajaan.

Krishna bermain riang gembira bersama teman-teman beliau. Beliau menyanyikan lagu-lagu yang paling merdu dengan suara nyaring sambil menutup telinga kiri dengan telapak tangan kiri. Mendengar ini, sapi-sapi yang tadinya mengunyah rumput hijau dengan lahap, lalu berhenti seakan-akan terlalu mempesona untuk melanjutkannya; mereka menatap dengan senang mendengarkan music surgawi. Hewan-hewan itu berdiri dengan telinga yang waspada agar tidak kehilangan amanat yang memanggil mereka menuju kebahagiaan jiwa; mata mereka setengah terpejam, seolah-olah mereka sedang berada dalam meditasi yang dalam!. Anak-anak sapi yang sedang menggosok-gosokkan hidung mencari ambing induknya ingin menetek lalu berdiri terdiam dan sebagai gantinya mereguk lagu surgawi nyanyian Krishna. Pemandangan itu mengharukan siapa saja yang melihatnya. Oh Maharaja! Saya tidak dapat menceritakan kepada Tuanku jumlah atau sifat permainan Krishna Gopala. Semua menakjubkan, mempesona,dan membangkitkan rasa hormat; semuanya penuh kebahagiaan. Kadang-kadang Krishna menantang teman-teman beliau untuk melakukan permainan anak-anak. Beliau memutar tongkat ditangan beliau dengan begitu cepat sehingga tongkat itu tidak kelihatan lagi! Melihat ini, kawan-kawan beliau berkerumun dan minta agar diajarkan cara memutar tongkat seperti itu. Beliaulah yang memutar dunia dengan segala isinya dengan begitu cepat, maka bagi beliau memutar tongkat bukanlah sebuah prestasi istimewa; itu adalah kecakapan yang tidak bisa diajarkan. Anak-anak yang malang itu tidak menyadari kenyataan (Ketuhanan) di balik wujud bocah teman bermain mereka. Seringkali pula beliau bermain mengejar pencuri di atas pohon. Ketika teman yang mengejar memanjat pohon untuk menangkap beliau, beliau naik terus hingga ke puncak batang yang dahannya demikian kecil, tipis, dan lemah sehingga jika diinjak seekor tupaipun akan berayun. Beliau sama sekali tidak dapat ditangkap oleh siapapun kecuali ia yang memiliki kwalitas kemurnian hati yang mampu menangkap Gopala.


Kelihatannya Gopala berada bersama kawan-kawan beliau di hutan dan belukar; Beliau bermain dengan mereka, menggembirakan mereka dengan berbagai lelucon jenaka dan permainan yang riang gembira; beliau berjalan bersama mereka dan merangkul bahu mereka dengan penuh kasih, tetapi dalam sesaat tiba-tiba beliau menghilang dan lenyap tidak terlihat lagi. Setelah itu beliau akan menemui teman-teman beliau dengan samaran yang cerdik. Penyamaran itu demikian sempurna sehingga mereka menganggap beliau sebagai orang yang tidak dikenal dan mereka tidak mau berbicara dengan beliau, tetapi beliau akan membuat mereka tercengang dan ledakan tawa dan seruan, ‘Ini Aku…Ini Aku..; kalian tidak akan dapat menemukan Aku. ‘ hal ini membuat bocah-bocah itu takjub, atau kadang ketakutan dengan permainan-Nya yang jenaka. Pagi hari dilewatkan seperti itu. Bila senja tiba, beliau kembali ke desa bersama teman-teman beliau, dengan lugu seakan-akan tiada kejadian apapun yang mengganggu ketenangan beliau.
Pada hari-hari tertentu Yashoda mendesak bahwa Krishna harus tinggal di rumah dan tidak boleh pergi ke tepian hutan untuk menggembalakan ternak. Maka disaat demikian para bocah penggembala ternak yang lain akan berjalan gontai dan berat karena tidak ditemani oleh Gopala Krishna. Langkah-langkah mereka menjadi demikian berat dibebani rasa sedih dan sepi tanpa kehadiran bocah Krishna. Mereka bahkan tidak mengindahkan kawanan ternak, mereka tidak ingin makan dan minum. Mereka hanya menginginkan Krishna ada bersama mereka sebagai semangat hidup.

Seringkali Kamsa, Paman beliau yang jahat, mengirimkan utusan-utusannya yakni para raksasa. Mereka menyamar sebagai penjual mainan dan kue-kue manis yang lezat. Anak-anak mengerumuni mereka menanyakan harga barang-barang yang mereka inginkan. Namun raksasa dalam penyamaran itu selalu mengintai Krishna agar dapat menangkapnya. Ia mengawasi dan menanti saat-saat Krishna datang mendekat. Sepintaspun Krishna tidak memandang mainan dan kue-kue manis itu. Krishna biasa menunggu hingga senja kemudian orang jahat itu beliau dekati. Beliau biarkan mereka yakin bahwa beliau telah terjebak dalam perangkap yang dibuatnya. Tetapi kenyataannya beliau datang hanya untuk menghancurkan kejahatan para raksasa itu. Pada hari lain, desa itu penuh dengan kereta-kereta yang sarat dengan buah mangga. Krishna tahu bahwa itu hanyalah tipu muslihat dan rencana jahat lain yang telah disusun oleh raksasa utusan raja Kamsa. Maka buah mangga itu beliau ambil lalu pembawanya beliau ungkap identitas sebenarnya sebagai raksasa lalu dihancurkannya. Beliau merasa tidak pantas menolak buah-buahan yang telah dikirim sang paman, maka beliau terima, tetapi tidak seorangpun raksasa utusan Kamsa yang beliau kirim kembali dalam keadaan masih hidup untuk melaporkan kejadian yang telah terjadi. ‘

Oh Maharaja! Sejak sang Avatar tinggal di wilayah Vraja, tempat itu seketika berubah menjadi pembendaharaan Laksmi (Dewi kekayaan dan kesejahteraan). Tampak seolah-olah dewi Laksmi menebarkan senyum manis-Nya di seluruh tempat itu. Lembunya ribuan tiada kekurangan yogurt,susu, ataupun mentega. Bahkan segalanya terkesan sangat berlimpah sehingga mereka hampir tidak tahu bagaimana cara menghabiskan semua yang mereka miliki atau bagaimana cara menyimpan dan mengawetkannya sebagai persediaan. Gopala demikian mencintai sapi-sapi itu sehingga beliau tidak dapat membiarkan gagasan untuk membuang pemberian yang berharga tersebut. itulah sebabnya mengapa beliau senang menerimanya dalam perut beliau sendiri. Perbuatan baik inilah yang menyebabkan beliau juga dijuluki sebagai bocah pencuri mentega atau Navanitachora.

Ketika mengetahui Krishna dijuluki seperti itu, Indra memutuskan akan memperlihatkan kepada dunia bahwa sesungguhnya Beliau adalah Tuhan penguasa semesta raya yang telah turun ke dunia. Karena itu dewa Indra merekayasa situasi sehingga puja kepadanya dibatalkan oleh penduduk Vraja lalu dewa Indra membalas dendam dengan mencurahkan hujan lebat yang disertai kilat dan Guntur maha dahsyat. Pada waktu itu, Krishna kecil harus mengangkat bukit Govardhana untuk melindungi para penggembala dan ternak sapi dari curahan hujan yang mematikan itu. Namun semua itu hanyalah bagian dari lakon sandiwara sebab dewa Indra tidak mempunyai rasa marah, ia juga tidak memiliki gagasan untuk membalas dendam. Krishna juga tidak akan menasehati orang-orang untuk menghentikan puja kepada dewa Indra. Mujizat seperti itu diputuskan hanya agar orang-orang mengenali Tuhan yang telah mewujud di antara mereka. Kejadian semacam itu menguatkan pandangan bahwa tiada apapun yang dapat terjadi tanpa tujuan jelas yang mendasarinya. Semua tindakan yang dilakukan Tuhan bahkan yang terkesan paling remehpun selalu mempunyai nilai dan maknanya yang khusus.

Sementara itu Parikshit menyela dengan seruan gembira dan berkata “Oh. Alangkah manisnya permainan dan senda gurau Gopala, bocah sorgawi itu. Semakin saya mendengar-Nya, terasa semakin saya merasakan kehausan untuk bisa menikmati nectar suci permainan Ilahi yang telah beliau lakukan di muka bumi ini oleh karena itu, mohon ceritakan lebih banyak lagi leela itu agar saya bisa mencapai moksa.

Tidak ada komentar: