Jumat, 15 Mei 2015

MENGENAL LEBIH JAUH SOSOK KHARISMATIK ARJUNA

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini



Arjuna adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai anggota Pandawa yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam Mahabharata diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu Pandu, raja di Hastinapura dengan Kunti atau Perta, putri Raja Surasena, raja Wangsa Yadawa di Mathura. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa. Ia lahir di lereng gunung Himawan, di sebuah tempat yang disebut Satsringa pada hari saat bintang Utara Phalguna tampak di zenith. Mahabharata mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat Kresna, yang disebut dalam kitab Purana sebagai awatara (penjelmaan) Dewa Wisnu. Arjuna dianggap sebagai tokoh protagonis utama Mahabharata dengan Krishna dan memainkan peran penting dalam Bhagavad Gita.Arjuna dianggap sebagai pemanah terkemuka dan terkuat dari semua prajurit pada masanya. Secara harfiah kata Arjuna berarti "bersinar terang", "putih" , "bersih". Dilihat dari maknanya, kata Arjuna bisa berarti "jujur di dalam wajah dan pikiran". Saat Arjuna menjalani masa penyamaran (tercatat dalam kitab Wirataparwa), ia berperan sebagai pelatih tari di kerajaan Raja Virat, dan bersedia menjadi kusir kereta Pangeran Utara saat terjadi invasi Kerajaan Kuru. Untuk meyakinkan sang pangeran bahwa ia adalah Arjuna putra Pandu yang sedang menyamar, maka Arjuna membeberkan sepuluh namanya: • Arjuna : yang tak ternoda dan bersinar keperakan. • Palguna: yang lahir ketika bintang Uttarā Phālgunī berada di zenith. • Jisnu: yang hebat ketika marah. • Kiriti : yang bermahkota indah (kiriti) pemberian Dewa Indra. • Swetawahana : yang memiliki wahana berwarna putih. • Bibatsu : yang tidak pernah bertarung secara curang. • Wijaya : yang berjaya, merujuk kepada prestasi Arjuna yang selalu memenangkan pertempuran yang dihadapinya. • Part a : matronim dari Perta, secara harfiah berarti "anak Perta" (nama lain Kunti). • Sawyasaci : yang bisa menggunakan kedua tangannya untuk menembakkan anah panah. • Dananjaya : yang mahir menguasai busur panah (dhanu). Di samping nama lain Arjuna yang disebutkan dalam Wirataparwa, ada sejumlah nama lain yang ditemui dalam kitab Bhagawadgita yang merupakan bagian dari Bhismaparwa. Beberapa nama lain yang dapat ditemui yaitu sebagai berikut: • Anaga : yang tak tercela. • Barata : keturunan Bhārata. • Baratasresta : keturunan Bharata yang terbaik. • Baratasatama : keturunan Bharata yang utama. • Baratasaba : keturunan Bharata yang mulia. • Gandiwi : pemilik Gandiwa (busur panah sakti). • Gudakesa : penakluk rasa kantuk. • Kapidwaja : yang memakai panji berlambang monyet. • Kurunandana : putra kesayangan wangsa Kuru. • Kuruprawira : perwira wangsa Kuru. • Kurusatama : keturunan wangsa Kuru yang utama. • Kurusresta : keturunan wangsa Kuru yang terbaik. • Mahabahu : yang berlengan perkasa. • Parantapa : penakluk musuh. • Purusaresaba : yang terbaik di antara manusia. Masa Muda Arjuna dididik bersama dengan saudara- saudaranya yang lain (para Pandawa dan Korawa) oleh Drona. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak senjak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar Maharathi atau "kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar. Arjuna mendapatkan Dropadi Pada suatu ketika, sekelompok brahmana berkumpul di tempat para Pandawa melarikan diri. Mereka membicarakan sebuah sayembara yang akan diadakan di Kerajaan Panchala. Para Pandawa datang ke tempat sayembara dengan menyamar sebagai kaum brahmana. Raja Drupada dari Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan Dropadi, putrinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Aturan menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, maka ia berhak mendapatkan Dropadi. Berbagai kesatria mencoba melakukannya, namun tidak berhasil. Ketika Karna yang hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di kasta rendah. Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai Brahmana, turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan Dropadi. Ketika para Pandawa pulang membawa Dropadi, mereka mengaku telah membawa sedekah. Kunti—ibu para Pandawa—yang sedang berdoa, menyuruh mereka untuk membagi rata apa yang sudah mereka dapatkan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka para Pandawa bersepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri mereka. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pengasingan. Lima anaknya, masing-masing dari Pandawa bersaudara, dikenal sebagai Upapandavas. Srutakarma adalah putra Arjuna dari Dropadi. Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di Indraprastha, Taksaka, mencuri sapi-sapi kerajaan, Arjuna terpaksa melanggar privasi Yudhistira dan Drupadi, karena ia telah meninggalkan Gandiva di kamar mereka. Meskipun Arjuna telah diampuni oleh Yudhistira dan Drupadi, Namun Arjuna tetap menerima hukuman pengasingan. Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau daratan India Kuno. Ketika sampai di sungai Gangga, Arjuna bertemu dengan Ulupi, putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan Himalaya. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama Manipura. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama Citrānggadā. Arjuna jatuh cinta kepada putri tersebut dan hendak menikahinya, namun Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila putrinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak putrinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama Babruwahana. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura. Setelah meninggalkan Manipura, ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit Bharatawarsha di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat Dwaraka, yang kini dikenal sebagai Gujarat. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa. Saat itu Subadra akan menikah dengan Duryodana. Krishna tau adiknya sangat mencintai Arjuna. Maka Krishna merencanakan untuk menyuruh Subadra menculik Arjuna.Baladewa marah setelah mendengar kabar bahwa Subadra telah kabur bersama Arjuna. Kresna meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan bukan Arjuna. Akhirnya Subadrapun menikah dengan Arjuna diDwaraka. Arjuna dan Subadra memiliki seorang putra yang diberi nama Abimanyu . Penaklukan untuk Rajasuya Kemungkinan rute yang diambil oleh Arjuna untuk penaklukan Rajasuya. Arjuna dikirim ke utara oleh Yudistira untuk menundukkan kerajaan untuk Rajasuya Yagya, agar ia bisa dinobatkan sebagai Kaisar Indraprastha. Mahabharata menyebutkan beberapa kerajaan yang ditaklukkan oleh Arjuna. Beberapa di antaranya adalah: -Bhagadatta dari Pragjyotisha- Dia menolak Arjuna selama delapan hari berturut-turut tapi terkesan dengan keterampilanArjuna. Arjuna setuju untuk membayar upeti. Bhagadatta juga teman baik Pandu. -Vrihanta, raja Uluka -Modapura, Vamadeva, Sudaman, Susankula, yang Ulukas Utara, dan raja- raja negara-negara dan masyarakat -Devaprastha, kota Senavindu -Viswagaswa ras Puru -Tujuh suku yang disebut Utsava-sanketa -Ksatria Kashmir dan juga raja Lohita bersama dengan sepuluh kota kecil -Trigartas, yang Daravas, yang Kokonadas, dan berbagai Ksatria lainnya di kota Avisari -Rochamana berkuasa di Uraga -Singhapura adi -Daerah Suhma dan Sumala -Valhikas -Daradas bersama dengan Kambojas -Suku perampok yang diam di daerah utara-timur -Lohas, Kambojas timur, dan utara Rishikas -negara dari Limpurushas diperintah oleh Durmaputra -Harataka -Berbagai danau dan tank suci bagi Resi -daerah yang diperintah oleh para Gandharva yang terletak di sekitar wilayah Harataka. Di sini penakluk mengambil, sebagai penghargaan dari negara, banyak kuda yang sangat baik disebut Tittiri, Kalmasha, Manduka. -utara Harivarsha -kota Sakraprastha. Pertapaan Arjuna Dalam kitab Wanaparwa diriwayatkan kejadian setelah para Pandawa—yang dipimpin Yudistira—kalah bermain dadu melawan para Korawa yang dipimpin Duryodana. Sesuai ketentuan permainan tersebut, maka para Pandawa besertaDropadi mengasingkan diri ke hutan (wana dalam bhs. Sanskerta). Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Dewa Siwa. Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan, Siwa datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian dewa, kedua anak panah yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu. Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, namun hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu, Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang dan menampakkan wujud aslinya sebagai Siwa. Arjuna meminta maaf karena ia telah berani melakukan tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia merasa kagum. Atas keberaniannya, Dewa Siwa memberkati Arjuna dengan pasupati. Dewa lain seperti Kubera, Yama, Varuna dan Indra mengikuti dan memberkati setiap senjata ampuh untuk Arjuna. Indra juga mengundang anaknya ke istananya. Arjuna takjub melihat kemegahan istana ayahnya di Amaravati. Penari seperti Urvashi, Tilottama, Rambha dan Menaka menghibur dia. Ada perjamuan besar yang melayani varietas yang berbeda dari hidangan surgawi. Arjuna belajar lagu dan tarian dari Gandharva, Chitrasena. Indra sendiri mengajarkan dia untuk memegang senjata ilahi dan juga memberinya Vajra sendiri. KUTUKAN URVASHI Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari Urvashi. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urvashi, Karena Arjuna telah mendengar tentang hubungannya dengan Pururava leluhurnya, dan karenanya ia memiliki status ibu, sama dengan Kunti., maka Urvashi kesal dan mengutuk Arjuna agar kelak menjadi banci (peran Arjuna sebagai banci diceritakan sebagai dalam buku Wirataparwa). Atas permintaan Indra, dan menyesali kemarahannya, Urvashi mengurangi kutukan dia jangka waktu satu tahun pilihan Arjuna. MEMBUNUH RAKSHASAS di KAHYANGAN Arjuna mendapat kesempatan untuk menguji keterampilan dengan senjata ilahi di istana Indra sendiri. Arjuna dibawa ke istana Nivatakavachas, suku Rakshasas yang memiliki istana megah di bawah lautan. Arjuna menggunakan mohini-astra dan Madhava-astra untuk menghancurkan asura ini. Dia juga dibawa ke Hiranyapuri, sebuah istana di langit yang diciptakan oleh penyihir Puloma dan suku asura nya dari Kaalakeyas. Di sini Arjuna menggunakan PashupatI dan menihilkan setan. PERTEMUAN DENGAN HANUMAN Melanjutkan pencariannya, Arjuna mengunjungi situs Rama Setu di Dhanushkodi. Di sana, ia secara terbuka mempertanyakan mengapa, jika Rama telah menjadi pemanah besar, ia tidak membangun jembatan dari panah. Mendengar ini, Hanuman marah dan menantang Arjuna untuk membuktikan superioritasnya dengan membangun jembatan tersebut, yang Hanuman akan mencoba untuk menghancurkannya. Ketegangan meningkat sampai Arjuna berjanji untuk mengalahkan Hanuman atau bunuh diri, Arjuna sembarangan menggunakan senjata ilahi untuk membangun jembatan, sementara Hanuman menggunakan kekuatan dewanya dan kemampuan untuk meningkatkan ukuran tubuhnya untuk menghancurkan jembatan Arjuna. Akhirnya, Krishna mengintervensi, mengkritik Arjuna untuk kebanggaan yang berlebihan dan Hanuman karena membiarkan cintanya Rama untuk mengatasi pasifisme nya. Mendapatkan kembali rasa, Hanuman berjanji untuk berada dalam bendera Arjuna selama perang Kurukshetra. BRIHANNALA KASIM KERAJAAN VIRATA Seiring dengan saudara-saudaranya, Arjuna menghabiskan tahun terakhirnya dalam pengasingan di kerajaan Virata, Hastinapura. Ini adalah tempat di mana kutukan Urvashi ini diimplementasikan dan Arjuna menjadi seorang kasim bernama Brihannala (dalam diri mereka Pandawa memanggilnya Vijaya). Di istana, dia mengajarkan lagu dan tarian, yang telah Arjuna pelajari dari Chitrasena,kepada putri Raja Wirata ini , Uttara. Mendengar tentang kematian Kichaka, Duryodana menduga bahwa Pandawa bersembunyi di Matsya. Sejumlah prajurit Korawa menyerang Wirata, mungkin untuk mencuri ternak mereka, tetapi dalam kenyataannya, yang ingin menembus persembunyian Pandawa. Penuh keberanian, putra Wirata ini Uttar mencoba untuk membawa tentara sendiri sementara sisa tentara Matsya telah menjauh untuk melawan Susharma dan Trigartas. Atas saran dari Dropadi, Uttar membawa Brihannala dengan dia, sebagai kusir nya. Ketika ia melihat tentara Korawa, Uttar kehilangan keberaniannya dan mencoba melarikan diri. Di sana, Arjuna mengungkapkan identitasnya dan saudara-saudaranya '. Berganti tempat dengan Uttar, Arjuna memakai Gandiva dan Devadatta. Ingin mempertahankan tanah yang telah memberinya perlindungan, Arjuna berpakaian seperti Brihannala menemui prajurit Korawa. Hanya Bisma dari sisi Korawa, Arjuna yang berpakaian seperti Brihannala sendiri mengalahkan Karna, Drona, Bhisma, Aswathama, Kripacharya dan sejumlah prajurit Kuru dalam satu lawan satu.Arjuna kemudian menggunakan senjata, yang diperoleh dari surga, untuk menempatkan musuh agar tertidur. Astra ini disebut sammohana menempatkan musuh dalam tidur dan memberi Arjuna waktu untuk membawa kembali ternak. Meskipun Bisma tahu bertentangan dengan senjata ini dia tidak membalas menggunakan senjata, sehingga ia berpikir perang dengan demikian akan berakhir. Arjuna menerima Bhagawadgita Dalam Mahabharata, peran Kresna sebagai kusir bermakna pemandu atau penunjuk jalan, yaitu memandu Arjuna melewati segala kebimbangan hatinya dan menunjukkan jalan kebenaran kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang diuraikan Kresna kepada Arjuna disebut Bhagawadgita. Hal itu bermula beberapa saat sebelumperang di Kurukshetra dimulai. Saat Arjuna melakukan inspeksi terhadap pasukannya, ia dilanda pergolakan batin ketika ia melihat kakeknya, guru besarnya, saudara sepupu, teman sepermainan, ipar, dan kerabatnya yang lain berkumpul di Kurukshetra untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Arjuna menjadi tak tega untuk membunuh mereka semua. Dilanda oleh masalah batin, antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertekad untuk mengundurkan diri dari pertempuran. Kresna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota-anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering... (Bhagawadgita, I:28) Kita akan dikuasai dosa jika membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putra Drestarastra dan kawan-kawan kita. O Kresna, suami Dewi Laksmi, apa keuntungannya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri? (Bhagawadgita, I:36) Untuk mengatasi kebimbangan Arjuna, Kresna menguraikan ajaran-ajaran kebenaran agar semua keraguan di hati Arjuna sirna. Kresna menjelaskan apa yang sepantasnya dilakukan Arjuna sebagai kewajibannya di medan perang. Selain itu Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang dijabarkan Kresna tersebut dikenal sebagai Bhagawadgita. Kitab Bhagawadgita yang sebenarnya merupakan suatu bagian dari Bhismaparwa, menjadi kitab tersendiri yang sangat terkenal dalam ajaran Hindu, karena dianggap merupakan intisari dari ajaran-ajaran Weda. >Arjuna dalam Bharatayuddha Arjuna adalah kunci dari kesatria Pandawa dan memainkan peran besar dalam perang Kurukshetra. Bendera Arjuna menggunakan simbol Hanuman. -ARjuna mengalahkan Bisma di Hari ke sepuluh Di awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih sayang Bisma sehingga ia masih segan untuk membunuhnya. Hal itu membuat Krishna marah berkali-kali, dan Arjuna berjanji bahwa kelak ia akan mengakhiri nyawa Bisma. Pada pertempuran di hari kesepuluh, Arjuna berhasil membunuh Bisma, dan usaha tersebut dilakukan atas bantuan dari Srikandi. -Pembunuhan Trigartas: Mencoba untuk mengalihkan perhatiannya sehingga Dronacharya bisa menangkap Yudhistira, Susharma dan Trigarthas menantang Arjuna untuk bertarung sampai mati. Pada hari-hari kedua belas dan ketiga belas pertempuran, Arjuna membunuh mereka. -Kekalahan dari Jayadrata: Arjuna marah pada Jayadrata karena dialah yang bertanggung jawab atas kematian Abimanyu pada hari ketiga belas perang. Dia bersumpah untuk membunuhnya pada hari berikutnya sebelum matahari terbenam, jika gagal Arjuna akan bunuh diri dengan melompat di tumpukan kayu yg dibakar. Korawa menyembunyikan Jayadrata dari Arjuna, mengetahui bahwa kematian Arjuna akan menghasilkan kemenangan Korawa. Namun, Krishna menciptakan sebuah gerhana buatan dengan Sudarshana Chakra untuk menyembunyikan matahari, membuat Korawa untuk percaya hari itu berakhir dan kematian Arjuna sudah dekat. Korawa mengejek Arjuna, Jayadrata pergi ke tempat pertempuran dalam sukacita, namun tiba-tiba matahari muncul dari gerhana. Arjuna melepaskam panahnya untuk memenggal kepala Jayadrata. Ini karena Jayadrata memiliki keuntungan dari ayahnya bahwa siapa pun yang akan bertanggung jawab memenggal kepalanya,bila kepalanya jatuh ke tanah maka kepalanya akan meledak. Itulah sebabnya Arjuna menerbangkan kepala terpenggal dari Jayadrata kepada ayahnya, yang terbangun dari meditasinya dengan pendaratan tiba-tiba kepala terpenggal di tubuhnya dan karena ia akhirnya menjatuhkannya ke tanah, maka kepalanya meledak. -Kekalahan Karna: Karna dan Arjuna menjadi musuh dalam epik, masing-masing telah mengambil sumpah untuk membunuh satu sama lain dalam pertempuran. Pada hari keenam belas perang, pertempuran berimbang, Karna meluncurkan Nagastra kepada Arjuna, yang dihuni oleh Taksak, ular mematikan yang ingin membalas dendam pada Arjuna. Krishna menyelamatkan Arjuna dengan menurunkan kereta enam inci dari tanah. Pada hari ketujuh belas pertempuran kedua musuh saling berhadapan sekali lagi. Pertempuran ini antara Arjuna dan Karna mungkin yang paling dahsyat dan mengagumkan dari epik besar. Para prajurit di medan perang dan para dewa di surga menyaksikan pertempuran ini dengan takjub terdiam dalam kekaguman takut kekuatan dan keterampilan prajurit terbesar ini. Kemudian kereta Karna rodanya terjebak di lumpur. Selanjutnya, karena kutukan Karna diterima dari gurunya Parasurama, Karna lupa mantra untuk memohon Brahmastra. Epik menyatakan bahwa Arjuna, selalu benar, Arjuna ragu-ragu untuk menyerang musuhnya pada saat itu. Mengingatkan Arjuna semua kekejaman yang dilakukan Karna terhadap Pandawa, seperti dorongan dan partisipasi dalam penghinaan istri mereka Dropadi dihadapan publik dan andil dan partisipasinya dalam pembunuhan putra Arjuna Abimanyu, Krishna memerintahkan Arjuna untuk menyerang. Krishna mengingatkan Arjuna bahwa Karna memihak adharma dan tidak tepat dalam hidupnya bersembunyi di balik ketidak benaran. sehingga Arjuna diminta oleh Krishna memenggal Karna menggunakan senjata Anjalika. Kemudian, ketika Arjuna tau bahwa Karna sebenarnya kakak Arjuna, Gandiva Arjuna terlepas dari genggamannya untuk pertama kalinya. Arjuna menjadi dihantui oleh pembunuhan Karna, dan Arjuna bersumpah pada dirinya untuk menjaga dan melatih Vrishakethu, anak Karna yang tersisa, dengan baik >Penaklukan untuk Ashvamedha Tak lama setelah Bharatayuddha berakhir, Yudistira diangkat menjadi Raja Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Untuk menengakkan dharma di seluruh Bharatawarsha, sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan Aswamedha-yadnya. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor kuda dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah Kerajaan Kuru. Daerah2 yang dilaui adalah: - Uttarapatha, termasuk orang-orang dari Pragjyotisha, Uluka, Modapura, Vamadeva, Sudaman, Susankula, Northern Uluka, Puru kerajaan Viswagaswa, Utsava-Sanketa, Lohita, Trigarta, Darava, Abhisara, Kokonada, Ursa, Simhapura, Suhma, Sumala, Balhika, Darada , Kamboja. - Wilayah Transoxiana (Sakadvipa atau Scythia), Lohas, Param Kambojas, Rishikas Utara (atau param Rishikas), Limpurushas, Haratakas, Gandharva dan Uttarakurus. - Trigarta: Ketuvarman dan Dhritavarman -Vajradatta Raja, putra Bhagadatta -Saindhava - Manipura dan mati oleh Babruvahana: Ketika Arjuna sampai di Manipura, ia bertemu dengan Babruwahana, putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan Ulupi dari negeri Naga, menggunakan Mritasanjivani, anugerah dari Ganga Devi untuk membawa Arjuna hidup kembali. - Magadha, Rajagriha dan Raja Meghasandhi -Chedi dan kerajaan lainnya -Kasi, Angga, Kosala, Kirata dan Tanga kerajaan. Arjuna menerima penghargaan dari penguasa masing-masing. -Dakarna -Nishada: Arjuna mampu mengalahkan Raja Nishada, putra Eklavya. -Orang Andhra dipimpin oleh Mahishaksha, suku bukit Kolwa -Saurashtra, kota Gokarn dan Prabhaska -Dwarvati dan Vrishni ras -Punjab -Gandhara Perjalanan terakhir dan kematian Perjalanan terakhir yang dilakukan oleh para Pandawa diceritakan dalam kitab Prasthanikaparwa atau Mahaprasthanikaparwa. Dalam perjalanan sucinya, para Pandawa dihadang oleh api yang sangat besar, yaitu Agni. Ia meminta Arjuna agar senjata Gandiwa beserta tabung anak panahnya yang tak pernah habis dikembalikan kepada Baruna, sebab tugas Nara sebagai Arjuna sudah berakhir pada zaman Dwaparayuga tersebut. Dengan berat hati, Arjuna melemparkan senjata saktinya ke lautan, ke kediaman Baruna. Setelah itu, Agni lenyap dari hadapannya dan para Pandawa melanjutkan perjalanannya. Ketika para Pandawa serta istrinya memilih untuk mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka, Arjuna gugur di tengah perjalanan setelah kematian Nakula, Sahadewa, dan Dropadi.

Tidak ada komentar: