Jumat, 08 Februari 2013

Bhagavatam Part 41 : Amanat kedatangan Sri Krishna

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Raja sudah berhasil melenyapkan keresahan yang disebabkan oleh keinginan, dengan demikian ia dapat melenyapkan (kegiatan) pikiran. Hanya dengan satu keinginan terakhir yang mendorongnya, ia menangkupkan kedua tangan dan memohon ;”Rsi yang agung! Sejauh berkaitan dengan tubuh ini, waktu berlalu dengan cepat mendekati saat terakhir. Puncak kutukan dari anak Rsi Samika akan segera mendekati saya. Bagaimanapun saya sudah siap menerimanya dengan senang hati. Meskipun demikian, selama hayat masih dikandung badan, saya telah bersumpah bahwa saya akan menggunakan waktu untuk memikirkan Tuhan, mengulang dan merenungkan lagi hal hal penting dalam berbagai kisah Tuhan; semoga sumpah ini tidak terlanggar sedikitpun juga. Semoga sisa usia saya yang tidak lama lagi ini dapat dilewatkan untuk mengukirkan rupa menawan Sri Nandanandana (secara harfiah berarti Krishna putra Nanda Maharaj) bocah surgawi yang patut dikasihi, yang mencerahkan tempat tinggal Nanda dan Yasoda. Semoga wujud yang penuh canda dan riang gembira itu memenuhi kesadaran saya dan meluap, menganugrahkan kebahagiaan jiwa yang tidak terkira kepada saya. Mohon ceritakan kepada saya berbagai hal yang baik dan menguntungkan yang pasti telah menandai saat kelahiran beliau. Apakah peristiwa ajaib dan kejadian luar biasa yang menyatakan kepada dunia bahwa masa itu Tuhan telah mewujudkan diri-Nya ke dunia. Bagaimana Kamsa memiliki keputusan kejam untuk membunuh bocah surgawi itu, dan sementara hari demi hari berlalu, bagaimana tekad itu bisa membesar bagaikan nyala api yang semakin berkobar ? mohon ceritakan kepada saya kisah Kelahiran Krishna. Semoga saat terakhir saya bisa dikuduskan dengan kisah suci ini. Pasti kisah itu akan membuat nafas saya menjadi demikian suci sehingga dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam Gopala.

Mendengar ini, Resi Shuka bahkan lebih senang lagi. “Maharaja! Saya sengang sekali karena akan melewatkan beberapa jam yang tersisa dengan menceritakan kelahiran Sri Krishna yang menakjubkan dan permainan surgawi beliau. Gopala lahir untuk menegakkan dharma. Hal ini penuh dengan misteri agung. Hanya mereka yang telah matang dalam kebijaksanaan, melalui proses kegiatan suci yang menguduskan, akan dapat mengungkapkan misteri itu serta memahami maknanya. Dunia ini merupakan pusaran dosa busuk yang memuakkan bagi orang-orang lainnya. Mereka bersuka ria di dalamnya, tenggelam, dan mengapung lalu meluluhkan diri di dalam kegiatan material yang sangat memabukkan. Maharaja! Jaman dahulu dunia ini diperintah oleh seorang maharaja dari dinasti Yadu, namanya Ahuka. Sekelompok besar raja taklukkan serta abdi mengelilingi tahtanya menanti setiap perintah yang akan diberikan. Semua orang menyampaikan bhakti hormat padanya dan mencari ketentraman serta kesejahteraan dibawah kepemimpinannya yang dermawan. Ia mempunyai dua putra yang bernama Devaka dan Ungrasena. Ketika mereka sudah cukup dewasa untuk mengemban tugas pemerintahan, raja menikahkan mereka dan membagikan segaian beban tugasnya kepada mereka. Tahun demi tahun berlalu. Devaka mempunyai tujuh putri sedangkan Ungrasena mempunyai Sembilan putra. Devaki adalah putra sulung Devaka, dan Kamsa adalah Putra sulung Ungrasena. Kedua orang ini memainkan peran penting dalam kisah yang dimintai. Pada saat itu kerajaan Mathura merupakan ibukota dinasti Yadu. Dalam kawasan kota ini tinggallah seorang penguasa bawahan maharaja, seorang pangeran Yadu bernama Shurasena. Ia mempunyai sepuluh putra dan lima putrid. Putra tertuanya bernama Vasudeva. Kunti adalah putrid sulungnya. Kedua keluarga bangsawan ini hidup berdampingan dan putra putrid merekapun tumbuh. Aliran waktu berlalu dengan cepat dan didorong oleh kekuatan yang menimbulkan kejadian penting, timbullah berbagai akibat yang bersejarah.


Devaki, anak sulung dari Devaka yang juga adalah paman Kamsa, dinikahkan dengan Vasudeva. Pernikahan ini dirayakan besar-besaran. Banyak sekali penguasa, raja, Maharaja, cendikiawan, kaum bijak, dan juga orang-orang suci datang menghadirinya. Kota itu penuh dengan para pangeran dan tokoh kenamaan. Kamsa memperhatikan secara khusus agar setiap orang disambut dan dijamu secara mewah dan megah. Ia sendiri tidak mempunyai saudara perempuan sehingga Devaki sudah dianggapnya sebagai adik kandungnya sendiri yang sangat disayangi. Karena itu sebagai mas kawin dan hadiah bagi kedua mempelai itu, diberikannya berbagai busana yang mahal, perhiasan berharga, dan segala perlengkapan yang patut untuk keluarga kerajaan. Setiap orang merasa senang dan menikmati kemegahan perayaan itu. Pada hari ketiga, mempelai wanita harus dikirim ke rumah mempelai pria dengan segala hadiah dan pemberian resmi yang merupakan kelaziman. Karena itu Kamsa sendiri mengantarkan mempelai wanita dalam kereta yang megah. Ketika mereka sedang melaju dalam prosesi yang meriah melewati jalanan kota yang dihias indah, tiba-tiba kilatan halilintar menyambar di atas kereta, disusul dengan suara ledakan dahsyat yang mengerikan seakan-akan dunia sedang dibinasakan dengan air bah dalam sekali telah. Kilat dan ledakan ini membuat semua orang yang ikut mengarak prosesi itu tercengang, dan tertegun mematung. Pada saat itu semua music dihentikan. Segera keheningan itu dipecahkan oleh suara dari angkasa yang berbicara dengan jelas. Suara itu mengatakan, “Wahai raja Kamsa, engkau bertingkah seperti orang pander, tidak menyadari peristiwa yang akan terjadi! Adik perempuan yang sangat engkau kasihi ini, yang sekarang dengan rasa saying sedang engkau antarkan dengan segala kemegahan dan kesenangan, akan melahirkan maut bagimu sebagai anaknya yang kedelapan. Pikirkanlah bencana yang akan menimpamu itu. Setelah mengatakan hal itu, wujud cemerlang yang menanamkan benih kekhawatiran dan ketakutan di hati Kamsa itu lenyap dari langit. Rakyat, para pangeran, dan cendikiawan yang mendengar berita sial menakutkan itu langsung lenyap segala kegembiraannya. Kamsa, di dalam kereta, dipenuhi dengan kobaran angkara murka. Ia tidak dapat menguasai diri lagi, kebingungan dan kendali kereta terlepas dari tangannya. Hatinya dipenuhi api kemarahan. Pikirannya berlari kencang membuat ia dilanda rasa takut yang hebat. Akhirnya dalam kebingungan dan kepanikan itu, diambilnya suatu keputusan. Bila adik perempuannya hidup, maka malaikat maut pembunuhnya akan lahir tapi bila adik perempuannya dihabisi, ia tidak akan melahirkan orang yang akan membinasakan dirinya. Dengan pikiran seperti itu, ditariknya Devaki dari kursinya di bagian belakang kereta dengan cara dijambak rambutnya! Dipaksanya gadis itu berdiri, kemudian dihunusnya pedang yang tajam dari sarungnya dengan niat keji untuk memenggal kepala Devaki. Pada saat itu, bahkan orang yang paling tegarpun tidak sampai hati melihat pemandangan menakutkan ini. Betapa mengerikan kejadian itu. Usahanya untuk membunuh adik perempuan yang selama ini sangat dikasihinya yang diantarkannya dengan riang dan penuh semangat, tiba-tiba berubah menjadi situasi yang sangat menakutkan gara-gara suara dari langit itu. Sementara itu, Vasudeva mempelai pria, bangkit dan memegang kuat-kuat tangan Kamsa sambil berucap :” Kakak ipar yang terkasih, saya juga mendengar suara dari angkasa barusan. Jika ada bahaya yang menimpa tuanku raja, kamipun ikut terkena. Kami juga tidak suka jika ada bencana yang menimpa tuanku. Kami mendoakan kesejahteraan tuan dengan tiada putusnya. Kami tidak akan pernah berusaha mencelakakan tuan. Sebagai seorang kakak seperti tuanku raja, tidak patutlah jika tuan terbawa emosi dan menyebabkan bencana mengerikan ketika setiap orang sedang berpesta dengan riang gembira. Lepaskanlah adik tuanku. Jika tuan begitu percaya pada suara gaib yang menyatakan bahwa tuan akan menemui ajal karena anak kedelapan kami yang akan lahir, dengan sungguh-sungguh saya yakinkan tuanku bahwa setiap anak yang dilahirkan akan saya serahkan kepada tuan. Saya bersumpah akan melakukan hal ini. Biarlah saya katakana kepada tuanku bahwa janji ini akan melenyapkan kekhawatiran tuan. Sebaliknya jika tuanku menjadi orang yang membantai adik perempuan sendiri, padahal saya sudah menawarkan janji ini, maka perbuatan itu sudah pasti akan mendatangkan bencana bagi tuan sebagai reaksi dosa yang sangat besar itu.

Ketika Vasudeva memohon dengan sangat memilukan seperti itu, Kamsa merasa agak lega karena sadar bahwa ada kebenaran dalam hal yang dikatakan saudara iparnya. Dilepaskannya jambakan rambut Devaki lalu dibiarkannya ia jatuh di tempat duduknya lagi dengan rambut acak-acakkan dan gerai kesedihan. Kamsa berkata “Ya, kuingatkan, tepati janji yang hari ini telah engkau buat. Kemudian ia melompat turun dan menyuruh adik lelakinya mengambil alih tali kendali kereta pengantin itu. Kamsa kemudian pulang keistananya dengan hati tercabik antara rasa takut ajal dan rasa sayang kepada adik perempuannya. Walaupun tempat tidurnya terbuat dari bulu burung yang lembut, ia menderita seakan-akan berbaring diatas bara pai yang sedang menyala. Ia kehilangan selera makan dan tidak dapat tidur. Ia merasa sangat takut mati. Kamsa melewatkan waktu setahun penuh dalam keadaan seperti ini. Ia selalu mengontrol keberadaan adiknya setiap saat untuk memastikan kebenaran suara gaib dimaksud.

Sementara itu Devaki mengandung dan bulan kesembilan mulai berakhir, ia melahirkan seorang putra. “Kanda sudah berjanji bahwa demi menyelamatkan hidup Dinda, kanda harus menyerahkan setiap anak kita kepada raja Kamsa “ ucap Vasudeva kepada Devaki yang dipenuhi duka cita ketika menyerahkan bayi yang baru lahir dan dibungkus kain hangat itu guna mendapatkan belas kasihan Kamsa. Meskipun demikian, Kamsa tidak berniat menghabisi bayii yang lembut itu, ia senang karena saudara iparnya memenuhi janji yang telah diberikan kepadanya. Kamsa berkata :”saudara iparku yang baik, bayi ini tidak membahayakan saya. Suara dari langit itu hanya memperingatkan saya agar berhati-hati dan waspada kepada anak kalian yang kedelapan. Karena itu bawalah kembali anak ini” Demikianlah anak itu diperoleh kembali oleh Vasudeva dalam keadaan hidup dan diletakkannya di pangkuan Devaki. Sang ibu merasa sangat berbahagia karena putra pertamanya dikembalikan. Ia mengucapkan syukur dengan sepenuh hati kepada Tuhan atas anugrah ini. Hari berlalu dan pada tahun selanjutnya Devaki mengandung lagi dan ketika masa persalinan tiba, mereka begitu khawatir karena takut kepada Kamsa dan hal yang mungkin akan diperbuatnya kepada si anak. Mereka ingin mempunyai anak tetapi takut sekali pada nasih buruk yang mungkin menimpa anak-anaknya. Sementara Devarsi Narada yang berkelana jauh dari loka ke loka sambil menyanyikan pujian kepada Tuhan, muncul di kerajaan Kamsa. Ditanyanya keadaan maharaja dan keadaan wilayah kekuasaannya. Dalam percakapan itu, diungkapkannya kepada raja Kamsa bahwa kaum Yadava adalah para dewa yang telah datang sebagai manusia. Dan Kamsa adalah penjelmaan Kaalanemi, asura atau iblis yang sangat terkenal. Juga dikatakan oleh Narada bahwa putra yang akan lahir sebagai anak Devaki yang kedelapan akan merongrong anak-anak asura dan juga menghabisi hidup Kamsa sendiri. Informasi ini ibarat menuangkan minyak atau bahan bakar ke dalam kobaran api. Belum cukup dengan itu, pada waktu berpamitan pada Kamsa, Narada kembali berkata :”anggaplah setiap hari ketika anda masih bisa hidup sebagai seabad atau mungkin lebih. Jangan mengabaikan maut sebagai kemungkinan yang masih jauh dan lama.” Mendengar peringatan ini, Kamsa menjadi semakin cemas. Ia takut jangan-jangan bayi kecilpun akan mendatangkan bencana baginya oleh karena itu ia memanggil Vasudeva. Vasudeva yang malang datang seraya gemetar ketakutan, khawatir kalau-kalau suatu bencana dahsyat akan menimpanya. Ketika ia muncul di pendopo, Kamsa sudah terlihat begitu murka dan meneriakkan pertanyaannya keras sekali kepada Vasudeva, “Berapa anakmu sekarang?” Vasudeva tidak mampu menjawab, takut bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi jika jawabannya menimbulkan emosi Kamsa. Bibirnya gemetar ketika ia menjawab, “Sekarang kami memiliki enam anak: mendengar ini Kamsa kembali menghardik dengan suara keras, “Besok pagi, dini hari keenam anak itu harus kau bawa dan serahkan padaku!” seketika tubuh Vasudeva terasa lemas, ia tidak bisa menjawab apa-apa sebab ia harus menepati janjinya. Tetapi rasa saying kepada anak-anak itu membuatnya ingin menarik kembali janji yang telah diucapkannya. Ia berjalan bagaikan mayat hidup ke tempat Devaki yang sedang menimang anaknya. Ketika diberitahukannya Devaki tentang permintaan Kamsa, penderitaan bhatin Devaki tidak dapat dibayangkan.

Maharaja, lihatlah, untuk memperpanjang satu kehidupan, berapa banyak kehidupan yang tidak berdosa harus dikorbankan. Mungkin tuanku heran mengapa dosa mengerikan ini bisa terjadi! Tetapi siapakah yang dapat mengungkapkan seluk beluk misteri Tuhan. Pandangan lahiriah akan menilai hal ini sebagai akibat dosa yang dilakukan oleh anak-anak yang tidak dapat dimaafkan. Pandangan bhatin mungkin melihatnya sebagai akibat dosa yang pernah dilakukan anak-anak itu pada kelahirannya terdahulu atau sebagai puncak suatu kutuk yang dilontarkan kepada mereka. Mungkin itu merupakan cara meninggalnya mereka untuk dapat masuk ke dalam kelahiran yang lebih tinggi. Siapa tahu, kejadian apa yang tersembunyi dalam masa lalu mereka atau apa yang akan terjadi pada mereka kelak? Siapa yang tahu mengapa dan untuk tujuan apa mereka dilahirkan begitu singkat, mengapa mereka hidup dan mengapa mereka harus mati dengan cara terbunuh? Dunia hanya bisa melihat masa diantara kelhiran dan kematian, mereka hanya memperlihatkan dan berurusan dengan masa yang terbatas itu. Meskipun demikian, Tuhan, Guru dan penguasa seluruh alam semesta, penguasa masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, tidak demikian. Belas kasihan beliau jauh lebih besar daripada semua manusia. Beliau melimpahkan karunia dengan mempertimbangkan ketiga masa itu (masa lalu, sekarang, dan yang akan datang); ketiga tingkat semesta (alam wadak, astral, dan kausal) dan juga ketiga sifat (Satvam, Rajas,Tamas). Beliau mahatahu yang terbaik. Oleh karena itu satu-satunya jalan yang menolong manusia yakni dengan mempercayai dan meyakini bahwa segala sesuatu merupakan kehendak beliau untuk memberikan kebaikan buat manusia, karenanya kita harus tetap merasa tentram dan menyibukkan diri dalam merenungkan kebesaran serta karunia-Nya.

Maharaja! Keesokan harinya, begitu matahari merangkak naik ke atas cakrawala, Vasudeva dengan sanggat enggan membawa keenam anaknya dengan bantuan beberapa pelayan. Diserahkannya mereka kepada Kamsa dengan mata terpejam erat, kemudian meledaklah tangisnya. Maniak yang mementingkan diri sendiri itu memegang kaki setiap anak, kemudian membanting mereka pada lantai yang keras hingga remuk dan binasa. Semua yang menyaksikan kejadian mengerikan itu tidak bisa menahan diri, kaki mereka seketika lemas melihat pemandangan yang biadab demikian. Setelah kejadian itu, Vasudeva dan Devaki merasakan siksaan lahir bhatin oleh keadaannya yang sangat tidak menentramkan hati. Mereka menjadi kurus kering karena penderitaan bhatin yang luar biasa dan mereka menanggungnya besama dengan diam. Bagaimanapun, kehendak Tuhan harus terjadi, manusia harus hidup sampai kehidupannya berakhir. Demikian mereka menghibur diri dan ditabahkan oleh perasaan ini, tetapi kekuatan dan badan mereka luluh dalam air mata dukacita. Sementara itu kehamilan ketujuh sedang terjadi, tetapi aneh bahwa kandungan itupun gugur pada bulan ketujuh. Perlukah memberitahu kamsa? Kalau ya, bagaimana? Mereka tidak menemukan jawabannya. Ketika Kamsa mengetahui hal ini, ia curiga jangan-jangan adiknya membuat siasat untuk memperdayakannya. Maka Devaki dan Vasudeva akhirnya dijebloskan ke dalam penjara yang dijaga ketat.

Tidak ada komentar: