Sabtu, 20 Juni 2015

Persamaan Hindu dan Islam




Dalam sebuah diskusi di media sosial ada sebuah komentar yang cukup menarik perhatian bagi saya, walaupun opini ini tetap tidak bisa dikatakan sebagai mewakili sikap dan pernyataan dari umat muslim secara keseluruhan.
Dalam komentarnya disampaikan bahwa Tuhan Allah yang ia puja tak akan pernah bisa dipersamakan dengan Tuhan orang lain. Allah adalah satu-satunya nama Tuhan yang dibenarkan menurut wahyu yang pernah diturunkan. Jadi kalau ada yang menganggap bahwa Allah yang disembah umat Islam sama dengan reka-rekaan Tuhan agama lain yang mewujudkan Tuhan mereka dari tanah, batu, atau kayu, tentulah hal itu merupakan sebuah hayalan semata.

Opini ini sontak membuat banyak pertanyaan muncul di kepala saya. Sebab jika hal tersebut diurai secara lebih rinci, tidakkah itu berarti bahwa Tuhan itu bukan lagi Esa atau satu, tetapi menjadi pribadi yang banyak, karena akan ada Tuhan bagi orang Islam yang disebut Allah. Tuhan bagi orang Kristen yang disebut Roh Kudus, maupun Tuhan bagi orang Hindu yang disebut-Nya dengan beragam nama. Bagi umat hindu yang tidak mau membatasi kemahakuasaan Tuhan hanya pada satu nama dan rupa saja, tentu mereka tetap akan bisa terima jika Tuhan yang mereka puja sesungguhnya adalah Tuhan yang sama yang umat lain puja. Namun keuniversalan ini ternyata tidak bisa diterima begitu saja oleh beberapa umat yang memang telah dikotomi dengan sebuah pemahaman bahwa agama mereka adalah agama penyempurna terakhir yang hadir untuk menyempurnakan agama-agama lain sebelumnya. Maka untuk meminimalisir sikap arogan dan fanatisme sempit demikian, melalui tulisan ini saya mencoba memberikan gambaran singkat tentang beberapa hal yang sesungguhnya bisa dipakai persamaan dalam agama Islam dan Hindu yang bisa dijadikan pedoman untuk mempererat persaudaraan antar agama dan bukan untuk meninggikan agama sendiri sambil merendahkan keyakinan orang lain.

Bahasan ini akan kita mulai dari sebuah Teks inskripsi Vikramaditya yg ditemukan dlm piring emas yg digantung didalam kuil Kabah di Mekah, dicatat pada halaman 315 dari buku yg berjudul 'Sayar-ul-Okul' (kata-kata berkesan) yg disimpan dalam perpustakaan Makhtab-e-Sultania di Istanbul, Turki. Sebagian manuskrip tersebut berbunyi sebagai berikut;
'Itrashaphai Santu Ibikramatul Phahalameen Karimun Yartapheeha Wayosassaru Bihillahaya Samaini ElaYundan blabin Kajan blnaya khtoryaha sadunya kanateph netephi bejehalin Atadari bilamasa-rateen phakef tasabuhu kaunnieja majekaralhada walador. As hmiman burukankad toluho watastaru hihila Yakajibaymana balay kulk amarena phaneya jaunabilamary Bikramatum. Motakabberen Sihillaha Yuhee Quid min howa Yapakhara phajjal asari nahone osirom bayjayhalem' (Halaman 315 Sayar-ul-okul).
 Yang artinya; ' Beruntunglah mereka yg lahir (dan hidup) selama kuasa raja Vikram. Ia seorang penguasa penuh kasih, terhormat dan berbakti pada penduduknya. Namun pada saat itu, kami Arab, tidak peduli pada Tuhan, tenggelam dalam kenikmatan sensual. Komplotan dan penyiksaan merajalela. Kami, Arab, terjerat dalam kegelapan (jahiliyah) namun pendidikan yang disebar raja Vikramaditya tidak mencampakkan kami, orang-orang asing.Ia menyebarkan agama sucinya diantara kami dan mengirimkan ahli-ahli yang kepintarannya bersinar seperti matahari dari negaranya ke negara kami

Tanskript ini seakan menjabarkan bahwa sesungguhnya agama Islam dan Hindu itu memiliki banyak historical atau sejarah yang hamper mirip. Yang paling menarik ialah koleksi Terkenal di Perpustakaan yg disebut Makhatab-e-Sultani yg mana koleksi antologi tsb tersusun lebih awal dari 1742 A.D sultan Salim Turki. Antologi itu dikenal sebagai Sayar-ul-Okul. yg memberikan titik terang peradaban Arab, buku yg berisi gambaran rumit mengenai Arab Kuno. juga berisi gambaran mengenai kegiatan tahunan yg disebut OKAJ yg dulu di pegang sebagai kegiatan setiap tahun di seluruh bangunan kabbah Mekkah. inilah yg meyakinkan bahwa kegiatan haji telah terdapat jauh sebelum Islam. namun juga diperkirakan bahwa OKAJ telah berlaku untuk kegiatan perkumpulan diskusi sosial, agama. pendidikan dan budaya yg telah dibentuk atas pengaruh Tradisi Hindu India. Bulan sabit (Chandrasekara) yang selalu menghias rambut Dewa Shiva juga menjadi penanda dalam ujung Kubah dan bendera bagi umat Islam. Sebagaimana halnya Mrdangga / tambura yang dibawa Dewa Shiva menjadi Media bagi umat Islam dalam wujud Bedug.
Tradisi Hindu lainnya yg masih berhubungan dgn kabbah adalah sungai gangga, menurut tradisi Hindu gangga tidak dapat dipisahkan dari lambang Siva sebagai bulan Sabit, kemanapun lambang Siva berada ganga selalu hidup bersama, fakta dari persatuan tsb terdapat di dekat kabbah. Airnya dianggap keramat karena secara tradisional sudah dianggap sebagai gangga sebelum Islam (yaitu  mata air Zam-zam). Bahkan  hingga hari ini, para peziarah Muslim yg menyaksikan kaabah untuk haji memandang Zam-zam ini dengan penghormatan hingga menaruhnya kedalam botol sebagai Air keramat bagi mereka. Selain itu, kebiasaan mengelilingi Kabbah 7 kali adalah juga sama dengan tradisi Hindu untuk mengelilingi kuil tempat Ista dewata yang mereka puja. Yang mana kegiatan ini dikenal dengan nama Nagarasankirtan.       

Dalam pemujaan, Umat islam biasanya menggunakan Tasbih yang bijinya berjumlah 99 untuk melakukan pengulang-ulangan nama suci Tuhan. Hal yang sama juga dilakukan oleh umat hindu dengan menggunakan Japamala / Genitri yang jumlah bijinya 108 guna melakukan Namasmaranam. Genitri atau Japa ini juga merupakan atribut dari Dewa dewi Hindu semisal Dewi Sarasvati dan juga Mahadeva Shiva.     

Mungkin bahwa penggungkapan Rahasia wahyu yg menarik dari kata "Allah" itu sendiri berasal dari Sanskrit (sebuah ungkapan dlm bahasa Hindu India (yg mungkin dalam kata sanssekerta)), dibahasa Sanskrit kata Allah, Akka dan Amba adalah satu sinonim, Mereka mengartikan Dewi atau Ibu, Kata "Allah" bentukan bahasa sanskrit julukan untuk Dewa Durga, yg juga diketahui sebagai Bhavani, Chandi dan Mahishasurmardini. Kata Tuhan bagi agama Islam adalah belum mengalami perubahan tapi masih dari bahasa sanskrit yg masih terus dipertahankan oleh Islam hingga kini. Allah arti awalnya adalah Ibu atau Dewi atau Ibu dewi yang mengacu kepada Durga dewi saktinya Dewa Shiva.       

Hindu memiliki 33 Dewa, sebagian kecil orang asia juga memuja 33 dewa sebelum pengaruh islam. Kalender Bulan yg sesuai aturan India dikenal di Asia barat. Bulan safar Muslim menandakan Bulan Ekstra (Adhik Maas) dalam kalender Hindu, Bulam Rabi Muslim juga merupakan pelencengan dari Ravi yg artinya matahari, karena Sanskrit V diubah ke Prakit "B" (Pakrit adalah versi populer dari bahasa sankrit). serta masih banyak lagi persamaan2 arti maupun kata2nya.

Panchmahayagna (lima pemujaan setiap hari- Panch-Maha-Yagna) yang sebagian Vedic tentukan sebagai ritual sehari-hari bagi semua individu. Hamper mirip dengan keharusan Orang Muslim membersihkan lima bagian badan sebelum memulai doa. juga keharusan untuk berdoa sebanyak lima kali sehari.  

Kata dalam Islam ‘Eed-ul-Fitr’ berasal dari ‘Eed of Piters’ artinya dalam di bahasa Sanskrit adalah tradisi pemujaan kepada leluhur atau nenek moyang, bersinergi dengan kebiasaan orang Hindu yang memperingati pelaksanaan Pitra Puja atau Pitr -         Paksha selama dua minggu. Persamaan lainnya adalah Kebiasaan Islam mengamati kenaikan bulan sebelum menentukan perayaan Idul Fitri juga sama dengan apa yang dilakukan umat Hindu saat menentukan Hari Ganesha Caturiti.

Dengan mengetahui berbagai persamaan ini, tentu kita berharap agar masing-masing pemeluk agama kembali menyadari bahwasannya Tuhan yang satu menurunkan kitab suci yang tampak berlainan, sesungguhnya memiliki eksistensi dan intisari yang sama, pun dengan tujuan yang sama yakni memberikan petunjuk bagi umatnya agar menjadi manusia yang baik yang dipenuhi dengan prinsip kemanusiaan yakni mencerminkan Sathya atau Kebenaran, Dharma atau Kebajikan, Santhi atau kedamaian, Prema atau Kasih sayang dan Ahimsa atau tindakan tanpa kekerasan. Maka tanpa memperdulikan apapun agama dan keyakinan yang seseorang anut, Ia akan berhak disebut sebagai manusia sejati yang beragama jika bisa menampilkan pribadi sebagaimana dijabarkan sebagai sisi utama kemanusiaan itu. Sebab Agama yang tidak mengajarkan kelima prinsip dasar itu sesungguhnya bukan agama Tuhan yang diturunkan bagi masyarakat manusia.

Rabu, 17 Juni 2015

SEBAGIAN KECIL BUKTI BAHWA VEDA ADALAH IBU BAGI PERADABAN DUNIA



Ini bukan klaim yang didasari atas fanatisme dan kebanggaan semu. Kalau saja sejarawan mau objektif terhadap data - data temuan mereka, dan arkeolog mau menelusuri fakta sampai ke akar - akarnya, sepenuhnya kebenaran ini akan terungkap dengan jelas.

Lihatlah secuil saja dari keseluruhan nama - nama tempat di dunia, misalnya. Kita mulai dari tempat yang berakhiran 'Sthan' – Hindustan, Pakistan, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan, Kazakstan, Kirgizstan.. Bahkan British/English nama aslinya adalah Brihatsthan/Ingalayam... dan Arab nama lampaunya adalah Arvasthan. Sthan sendiri berarti negara.
Kanada diambil dari nama salah seorang Maharshi Hindu, dan Roma akar katanya adalah Rama! Asthralaya berubah nama seiring waktu berjalan menjadi Australia! Parameshwari menciut menjadi Paris!
Buenos Aires (Argentina) diambil dari kata orisinil Bhuvaneshwara, Borneo(Kalimantan) adalah Varuna.    
Bukti-bukti peninggalan sejarah memberikan konklusi bahwa Hindu pernah menyebar ke seluruh dunia. Sebagai contoh,di Mesir ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 1280 SM. Prasasti itu memuat perjanjian antara Rameses II dan Hittite dengan disaksikan oleh Maitravaruna (Dewa Kembar dalam Weda). Selain itu, ada orang menduga bahwa nama Rama ada hubungan dengan nama Rameses (raja-raja Mesir purba). Kurawa terhadap Kuraisi (bangsa Arab), Krishna terhadap Kristen. Ahli-ahli Geologi memperkirakan gurun Sahara di Afrika Utara merupakan dasar samudra yang mengering. Diperkirakan nama Sahara berasal dari kata Sagara. Lalu bagaimana kaitan nama ibu kota Simbaque (Harare) dengan pujian buat Dewa Siwa Harare. Di Madagaskar, agak jauh dari pantai Timur Afrika Selatan, kebanyakan nama-nama tempatnya memiliki hubungan erat dengan nama Rama. Di Mexico terdapat perayaan yang disebut Rama-Sita. Penggalian purbakala di negara tersebut juga banyak menemukan patung-patung Ganesha. Penduduk asli Mexico disebut Astika (orang yang percaya kepada Weda) dan sekarang disebut sebagai bangsa Aztec. Di Peru terdapat perayaan untuk memuja Dewa Matahari, pada saat matahari terletak di titik deklinasi Utara dan Selatan. Para pemuja Dewa Matahari di Peru dikenal sebagai bangsa Inca, yang berasal dari kata Ina (berarti matahari) Di Kalifornia terdapat cagar alam Taman Gunung Abu (Ash Mountain Park) dan sebuah pulau yang disebut pulau kuda (Horse Island) di Alaska. Keadaan ini mengingatkan kita dengan kisah dalam Purana tentang Raja Sagara dan tentang 60 ribu putranya yang menggali bumi menuju Patala Loka untuk mencari kuda persembahan (Aswameda). Mereka sampai pada pertapaan Rsi Kapila. Karena dirasakan mengganggu, ke 60 ribu ksatria tersebut dibakar dengan pandangan mata gaib Sang Rsi sampai menjadi abu. Patala Loka berarti Negeri di balik India, yaitu Amerika. Dengan demikian, ada dugaan bahwa Kalifornia berarti Kapila Aranya dan erat kaitannya dengan nama Kota Kapilawastu? Di Australia terdapat tarian yang umum berlaku bagi penduduk aslinya. Tari itu dikenal sebagai Tari Siwa. Para penari ini memakai gambar "mata ketiga". Di kepulaun Nusantara banyak terdapat bukti-bukti sejarah penyebaran agama Hindu. Bukti-bukti tersebut berupa prasasti, tempat pemujaan, patung-patung dan juga budaya. Dan ternyata, walaupun mereka tidak lagi menganut Hindu, budaya Hindu tidak bisa mereka lepaskan, termasuk dalam pemberian nama tempat kenegaraan, nama penghargaan, nama kampung dll. Bahkan di pantai timur pulau Halmahera, yang kini mayoritas penduduknya beragama Islam terdapat sebuah kampung bernama Kampung Weda. Selain itu ibu kota Brunnei Darusslam bernama Bandar Seri Begawan (sebutan orang suci Hindu. Jadi BANGGALAH jadi HINDU....

Sabtu, 06 Juni 2015

SISA PENINGGALAN HINDU DI IRAQ



Sisa peninggalan peradaban Hindu di Iraq         
6000 year old Lord Rama and Hanuman carvings in Silemania, Iraq.

Nama-nama Irak dan Iran diturunkan dari Sanskrit. Akar katanya yang umum adalah “Ir”, seperti yang ditemukan dalam kata Sungai Irawati di Myanmar (Burma). Nama “Iranam” dalam Sanskrit, darimana nama Iran diturunkan, dipakai untuk menunjukkan daerah bergaram dan tandus. Ini adalah nama wilayah yang diberikan oleh para penguasa atau administratur yang berbicara Sanskrit. Ibukota Irak, Baghdad, juga memiliki sebuah nama yang didasarkan atas Sanskrit, Bhagwad atau Bhagwan Nagar, yaitu merujuk pada Nagar (sebuah kota) yang dipersembahkan kepada Bhagwan (Tuhan). Itu kemudian disingkat menjadi Bhagdad, yang berarti “Kota Tuhan”.
Satu hal yang menarik adalah bahwa kelurga kerajaan Iran, Pehlavi, memiliki akarnya dalam tradisi Kshatriya. Sebutan gelar “Shah” juga adalah nama Vedic dan juga adalah nama belakang yang umum untuk orang Hindu. Raja Hindu Nepal juga memiliki gelar “Shah”. Raja Kshatriya dari Gwalior yang dipecat oleh Muslim adalah Ram Shah. Seorang patriot kaya-raya yang menyumbangkan seluruh hartanya kepada Rana Pratap untuk membantu mempertahankan India adalah Bhama Shah. Oleh sebab itu, gelar “Shah” di Iran hanya mengingatkan kita kepada tradisi para Kshatriya India yang pernah memerintah wilayah Iran. Kenyataannya, ketika Iran mulai diserang oleh invasi tentara Islam, banyak orang-orang biasa melarikan diri ke India. Sejarah juga mencatat bahwa keluarga kerajaan pada waktu itu juga diperkirakan melarikan diri meninggalkan Iran untuk mencari perlindungan di India. Jadi dengan adanya bukti bahwa orang-orang umum dan penguasa Iran berpikir untuk datang ke India selama masa penaklukan oleh tentara Islam membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang Hindu, bagian dari peradaban Veda.
Rig-veda, karena merupakan pustaka suci yang paling tua, dan bahasanya adalah Sanskrit, menyediakan bukti bahwa Sanskrit adalah nenek moyang dari semua bahasa yang diketahui. Bahasa Persia juga, karenanya merupakan sebuah dialek turunan Sanskrit. Sebagai contoh, banyak kota di Iran memiliki nama Sanskrit. Tempat kelahiran Omar Khayam, sastrawan Persia terkenal, adalah Nishapur, yang adalah murni sebuah nama Sanskrit. Tentara India yang ditugaskan di Asia Barat selama Perang Dunia I dan II melaporkan telah melihat kuil-kuil deity India seperti Ganesha dan Shankar (Shiva) dalam kondisi rusak di suatu daerah terpencil di Iran, Afghanistan, dan negara-negara lain. Mytologi penduduk Iran juga memiliki kaitan dengan cerita-cerita Veda.
Satu hal yang lebih menarik adalah bahwa penduduk Iran juga mengetahui tentang Lord Rama, sebagaimana disebutkan oleh Koenraad Elst dalam bukunya, Indigenous Indians: Agastya to Ambedkar (Voice of India, New Delhi, 1993). Ia menulis bahwa menurut Ghosh, nama Rama muncul pada bagian paling awal Avesta sebagai dewa perdamaian, ditemani oleh Vayu, dewa angin. Penyebutan tentang Vayu ini sepertinya yang dimaksud adalah Hanuman, pemuja dan kawan terdekat Rama, putra dewa Vayu. Vasistha, gurunya Rama, juga disebut sebagai Vahista, yang memiliki Gatha-nya sendiri yang dipersembahkan untuknya, Vahishte-Ishti-Gatha. Ini adalah sebelum revolusi Zoroastrian. Juga, banyak ritual penduduk Iran mirip dengan tata cara Veda, seperti pemakaian benang suci. Jadi ini mencerminkan migrasi penduduk Iran permulaan keluar India sejak jaman dahulu, pada sekitar 1900 atau 1800 B.C.
Bukti lebih jauh lagi adalah bahwa demon utama dalam Avesta adalah Angra Mainyu, yang adalah Angira dan Manyu dari Rigvedic. Keluarga Angira adalah salah satu keluarga besar rishi dalam Rig-veda, sementara Manyu adalah Indra dalam wujud sebagai perusak di dalam Rig-veda (10.83 & 10.84). Nama-nama dewa penduduk Iran mirip dengan di Veda:
IRANIAN——— —–VEDIC
Ahura —————–Asura
Mithra———– ——Mitra
Naonhaithya (demon)—Nasatya
Thrita & Athvya——–Trita/Aptya
Aspina—————–Ashvina
Yima——————-Yama
Vivanhant————–Vivasvat
Indra (demon)———-Indra (demigod)
Yashna—————–Yajna (diucapkan Yagya, ritual)
Athravan (pendeta)—–Atharvan
Haoma—————–Soma