Selasa, 01 Januari 2013

Bhagavatam Part 28 : Proses Penciptaan

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Resi Shuka memulai amanatnya yang penting kepada raja. Beliau berkata, "Maharaja, pohon agung Bhaagavata sungguh menimbulkan rasa hormat dan takjub. Di dalamnya telah dirangkum segala sumber kebaikan dan suka cita yang dapat dibayangkan manusia. Tuhan, Sri Naaraayana, merupakan benih asal pertumbuhannya. Tunasnya Brahman. Batang pohon itu Dewaresi Naarada. Maharesi Vyaasalah cabang-cabangnya. Buahnya yang manis adalah kisah Sri Krishna yang selezat nektar. Jiwa-jiwa yang tulus sangat mendambakan nektar itu dan merana sedih merindukannya tanpa mengindahkan kesenangan jasmani atau tahun-tahun yang berlalu hingga mereka memperoleh buah itu dan menghirup sarinya; orang-orang semacam itulah orang suci dan yogi yang sejati"

"Oh kalian para pertapa dan kaum bijak waskita! Hari ini saya kisahkan Bhaagavata Shaastra kepada Anda sekalian, kisah Sri Krishna yang menawan hati, simpanlah dalam kenangan dan selamatkan diri Anda dari khayal serta kesedihan. Kalian telah mendengarkan pembacaan semua kitab-kitab Shaastra. Kalian juga telah menguasai segala latihan rohani. Tetapi kalian belum mengetahui yang terhebat di antara semuanya. Sekarang akan saya berikan nama suci Sri Krishna dan kemanisan yang dipancarkannya. Inilah nama paling manis yang dapat dibayangkan manusia. Hati orang yang mendengarnya akan dipenuhi suka cita. Bila Anda kenang nama itu dalam ingatan, aliran kasih suka cita. Bila Anda kenang nama itu dalam ingatan, aliran kasih timbul dari lubuk hati. Bhaagavata menimbulkan dan meningkatkan bakti yang mendalam kepada Sri Krishna."


"Tuhan yang mutlak, universal, tidak dilahirkan, tidak berwujud, tidak kasat mata, dan tidak terbatas, mengenakan batasan nama serta rupa dan mewujudkan diri sebagai Avatar 'inkarnasi Tuhan' pada berbagai kesempatan. Beliau memperlihatkan contoh campur tangan serta rahmat yang tidak terhitung banyaknya. Melalui (pengejawantahan sebagai Avatar), sifat-sifat yang Beliau kenakan, dan amanat yang Beliau sebar luaskan, Tuhan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. Mereka yang menyanyikan kisah kemuliaan Tuhan ini, mereka yang mendengarkan pembacaannya dengan penuh minat, mereka yang mencamkan dan mencernakan pelajaran yang diberikan, merekalah bakta sejati. Mereka merupakan para Bhaagavata, yaitu orang-orang yang mengikuti jalan yang dipaparkan dalam Bhaagavata. Bhaagavata mengikat bakta dengan Bhagawan, dengan kata lain, kisah ini memenuhi pikiran Anda dengan Tuhan dan mengubah anda sehingga memilki sifat-sifat ketuhanan."

"Tuhan mengejawantah bukan hanya untuk menghancurkan mereka yang jahat; itu hanya sekedar alasan, salah satu sebab yang jelas. Sesungguhnya Tuhan mengejawantah demi para bakta (abdi yang setia). Sapi betina mengeluarkan susu terutama untuk memberi makan anaknya, tetapi digunakan oleh manusia untuk memelihara kesehatan dan kekuatannya. Demikian pula Tuhan mengejawantah terutama untuk menopang mereka yang beriman, berbakti, bajik, dan baik. Meskipun demikian, mereka yang tidak beriman dan jahat menggunakan kesempatan itu untuk tujuan pribadinya. Karena itu, dalam Bhaagavata ada beberapa kisah orang-orang jahat semacam itu di antara penuturan mengenai kemuliaan dan rahmat Tuhan. Hal ini tidak mengurangi kesucian Bhaagavata. Bila tebu telah diperas sarinya, ampasnya dapat dibuang. Tebu mengandung gula dan ampas; tidak bisa hanya gula semata. Demikian pula bakta harus berada di antara mereka yang tidak beriman; mereka tidak bisa berada tanpa yang lain."

"Tuhan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Segala makhluk sama bagi Beliau. Beliaulah penguasa baik bagi yang hidup maupun yang tidak mengandung kehidupan. Pada akhir setiap kurun waktu yang berabad-abad lamanya, proses involusi diselesaikan dalam banjir air bah; kemudian evolusi dimulai lagi, dan sebagai Brahma, Tuhan menciptakan lagi aneka makhluk. Sebagai Vishnu Beliau menerangi setiap makhluk dengan percikan kemuliaan-Nya dan membimbing mereka masing-masing di jalan menuju kesempurnaan. Beliau pulalah, sebagai Shiva, mengakhiri proses ini dengan peleburan semuanya. Dengan demikian Anda sekalian dapat memahami bahwa kekuasaan serta kekuatan Beliau tidak terbatas dan kemampuan Beliau tiada akhirnya. Apa yang Beliau capai tiada batasnya. Beliau mengejawantah dengan aneka cara yang tidak terhitung ragamnya. Kadang-kadang Beliau menjelma sebagai inkarnasi percikan Beliau (kalaa), atau sebagai inkarnasi sebagian dari diri Beliau (amsha); ada kalanya Beliau datang sebagai pemberi inspirasi batin untuk suatu tujuan tertentu; Beliau datang untuk mengakhiri suatu zaman dan mengawali zaman yang lain (Yugaavatar). Bhaagavata merupakan kisah aneka inkarnasi ini."

"Prinsip Tuhan Yang Maha Esa bekerja melalui tiga wujud: Brahma, Vishnu, dan Shiva untuk memanipulasi dan melengkapi proses kemunculan di dalam eksistensi dan proses kehidupan yang disebut srisht 'penciptaan'. Pada dasarnya ketiga (wujud atau fungsi Tuhan) tersebut mempunyai hakikat yang sama; tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah; ketiganya merupakan prinsip ketuhanan yang setara. Dalam hubungannya dengan penciptaan Beliau disebut Brahma, dalam hubungannya dengan perlindungan adalah Vishnu, dan dalam hubungannya dengan peleburan Beliau adalah Shiva. Bila beliau turun ke dunia atau mengejawantah dan mengambil wujud tertentu pada kesempatan tertentu, untuk suatu tujuan tertentu, Beliau dikenal sebagai Avatar. Sesungguhnya Manu, Prajaapati, dan berbagai tokoh lain adalah pribadi-pribadi yang memiliki sifat ketuhanan. Mereka ditugasi Brahma mengisi dunia dengan manusia. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena itu kita dapat menyatakan bahwa orang-orang suci, kaum bijak waskita, para pertapa, dan seluruh umat manusia, yang baik dan jahat, semuanya merupakan Avatar Vishnu. Jumlah Avatar tidak terhitung banyaknya sebagaimana jumlah makhluk hidup sebab setiap makhluk lahir karena kehendak Tuhan. Meskipun demikian, hanya kisah Yugaavatarlah yang patut dibaca dengan teliti, karena kedatangan Beliau dimaksudkan untuk memulihkan dharma dan kehidupan moral. Kisah lain-lainnya hanyalah cerita kesedihan dan keputus asaan."

"Brahma mengutus Manu ke bumi agar menciptakan makhluk hidup di situ. Dewi, prinsip feminim, menghindari Manu, dan membawa bumi ke alam bawah. Karena itu, Brahma harus memohon pertolongan Vishnu (Hari). Vishnu mengambil wujud babi hutan jantan, mengambil bumi dari alam bawah, dan meletakkannya di antara air. Kemudian Dewi Bumi amat marah karena kekejaman Maharaja Vena sehingga segala benih yang ditaburkan manusia disimpannya dalam dirinya dan tidak dibiarkannya bertunas. Akibatnya semua makhluk menderita kelaparan. Bumi menjadi campuran bukit dan lembah yang gersang dan tiada kehijauan di permukaannya. Pada waktu itu Tuhan mengambil wujud Prithu, meratakan permukaan bumi, menambah kesuburan tanah, menggerakkan pertumbuhan pertanian, dan mengembangkan kesejahteraan umat manusia. Prithu memelihara bumi bagaikan anaknya sendiri, karena itu bumi disebut Prithvii 'putri Prithu' . Khabarnya Beliaulah yang membangun kota-kota pertama di bumi ini."

"Dengan kata lain, karena kehendak Tuhanlah, maka hal itu harus terjadi demikian. Kehendak Tuhanlah yang dilaksanakan. Tuhan menciptakan Weda untuk memelihara dan menjaga umat manusia melalui pelaksanaan latihan moral dan spiritual. Weda berisi aneka nama Tuhan yang dapat membebaskan segala makhluk, serta berbagai peraturan dan ketetapan untuk membimbing umat manusia. Ketika para Asura atau mereka yang jahat dan busuk hati mengancam akan mencuri Weda, Weda bersembunyi di dalam air, dan Tuhan mengambil wujud ikan untuk mendapatkannya kembali. Beliau menyelamatkan ketujuh resi serta Manu dari air itu juga. Inilah sebabnya mengapa dikatakan Tuhan pernah mengejawantah sebagai ikan."

"Oh kalian para pertapa! Oh Maharaja Pariikshit! Mungkin akan timbul keraguan dalam hati kalian bila mendengarkan kisah penciptaan dan sejarah awal manusia di bumi. Proses kehendak Tuhan merupakan keajaiban yang misterius. Hal itu tidak dapat dipahami dengan indra atau kemampuan (pikiran) yang kalian gunakan untuk menilai kejadian-kejadian duniawi. Seringkali hal itu tampak bagi kalian seakan-akan tiada dasarnya, tetapi Tuhan tidak akan pernah melibatkan diri dalam perbuatan apa pun tanpa alasan yang tepat. Kehendak Tuhan tidak perlu dapat dijelaskan; kehendak itu sendiri merupakan pendorongnya. Segala sesuatu yang terjadi di mana pun juga berlangsung karena kehendak Beliau."

"Untuk memulai penciptaan, harus ada suatu daya tarik yang berfungsi sebagai pendorong. Karena itu, Brahma harus menjadi dua dalam tubuh dan kegiatan. Tubuh yang satu berubah menjadi dua, karena itu kehendak yang dahulu hanya satu, sekarang menjadi dua; yang satu memikat, dan satunya lagi tertarik untuk mencipta, yaitu feminim dan maskulin. Karena yang satu menarik dalam seratus cara yang berbeda-beda, maka ia disebut Shataruupaa 'memiliki seratus wajah atau fase' atau Brahmapriya 'kekasih Brahma'. Yang satu lagi bernama Manu. Keduanya menjadi ternama dalam proses penciptaan tahap pertama. Shataruupaa dan Manu merupakan nenek moyang yang pertama".

Tidak ada komentar: