Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Resi
Shuka memulai amanatnya yang penting kepada raja. Beliau berkata,
"Maharaja, pohon agung Bhaagavata sungguh menimbulkan rasa hormat dan
takjub. Di dalamnya telah dirangkum segala sumber kebaikan dan suka cita yang
dapat dibayangkan manusia. Tuhan, Sri Naaraayana, merupakan benih asal
pertumbuhannya. Tunasnya Brahman. Batang pohon itu Dewaresi Naarada. Maharesi
Vyaasalah cabang-cabangnya. Buahnya yang manis adalah kisah Sri Krishna yang
selezat nektar. Jiwa-jiwa yang tulus sangat mendambakan nektar itu dan merana
sedih merindukannya tanpa mengindahkan kesenangan jasmani atau tahun-tahun yang
berlalu hingga mereka memperoleh buah itu dan menghirup sarinya; orang-orang
semacam itulah orang suci dan yogi yang sejati"
"Oh
kalian para pertapa dan kaum bijak waskita! Hari ini saya kisahkan Bhaagavata
Shaastra kepada Anda sekalian, kisah Sri Krishna yang menawan hati, simpanlah
dalam kenangan dan selamatkan diri Anda dari khayal serta kesedihan. Kalian
telah mendengarkan pembacaan semua kitab-kitab Shaastra. Kalian juga telah
menguasai segala latihan rohani. Tetapi kalian belum mengetahui yang terhebat
di antara semuanya. Sekarang akan saya berikan nama suci Sri Krishna dan
kemanisan yang dipancarkannya. Inilah nama paling manis yang dapat dibayangkan
manusia. Hati orang yang mendengarnya akan dipenuhi suka cita. Bila Anda kenang
nama itu dalam ingatan, aliran kasih suka cita. Bila Anda kenang nama itu dalam
ingatan, aliran kasih timbul dari lubuk hati. Bhaagavata menimbulkan dan
meningkatkan bakti yang mendalam kepada Sri Krishna."
"Tuhan
yang mutlak, universal, tidak dilahirkan, tidak berwujud, tidak kasat mata, dan
tidak terbatas, mengenakan batasan nama serta rupa dan mewujudkan diri sebagai
Avatar 'inkarnasi Tuhan' pada berbagai kesempatan. Beliau memperlihatkan contoh
campur tangan serta rahmat yang tidak terhitung banyaknya. Melalui
(pengejawantahan sebagai Avatar), sifat-sifat yang Beliau kenakan, dan amanat
yang Beliau sebar luaskan, Tuhan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.
Mereka yang menyanyikan kisah kemuliaan Tuhan ini, mereka yang mendengarkan
pembacaannya dengan penuh minat, mereka yang mencamkan dan mencernakan
pelajaran yang diberikan, merekalah bakta sejati. Mereka merupakan para
Bhaagavata, yaitu orang-orang yang mengikuti jalan yang dipaparkan dalam
Bhaagavata. Bhaagavata mengikat bakta dengan Bhagawan, dengan kata lain, kisah
ini memenuhi pikiran Anda dengan Tuhan dan mengubah anda sehingga memilki
sifat-sifat ketuhanan."
"Tuhan
mengejawantah bukan hanya untuk menghancurkan mereka yang jahat; itu hanya
sekedar alasan, salah satu sebab yang jelas. Sesungguhnya Tuhan mengejawantah
demi para bakta (abdi yang setia). Sapi betina mengeluarkan susu terutama untuk
memberi makan anaknya, tetapi digunakan oleh manusia untuk memelihara kesehatan
dan kekuatannya. Demikian pula Tuhan mengejawantah terutama untuk menopang
mereka yang beriman, berbakti, bajik, dan baik. Meskipun demikian, mereka yang
tidak beriman dan jahat menggunakan kesempatan itu untuk tujuan pribadinya.
Karena itu, dalam Bhaagavata ada beberapa kisah orang-orang jahat semacam itu
di antara penuturan mengenai kemuliaan dan rahmat Tuhan. Hal ini tidak
mengurangi kesucian Bhaagavata. Bila tebu telah diperas sarinya, ampasnya dapat
dibuang. Tebu mengandung gula dan ampas; tidak bisa hanya gula semata. Demikian
pula bakta harus berada di antara mereka yang tidak beriman; mereka tidak bisa
berada tanpa yang lain."
"Tuhan
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Segala makhluk sama bagi Beliau. Beliaulah
penguasa baik bagi yang hidup maupun yang tidak mengandung kehidupan. Pada
akhir setiap kurun waktu yang berabad-abad lamanya, proses involusi
diselesaikan dalam banjir air bah; kemudian evolusi dimulai lagi, dan sebagai
Brahma, Tuhan menciptakan lagi aneka makhluk. Sebagai Vishnu Beliau menerangi
setiap makhluk dengan percikan kemuliaan-Nya dan membimbing mereka
masing-masing di jalan menuju kesempurnaan. Beliau pulalah, sebagai Shiva,
mengakhiri proses ini dengan peleburan semuanya. Dengan demikian Anda sekalian
dapat memahami bahwa kekuasaan serta kekuatan Beliau tidak terbatas dan
kemampuan Beliau tiada akhirnya. Apa yang Beliau capai tiada batasnya. Beliau
mengejawantah dengan aneka cara yang tidak terhitung ragamnya. Kadang-kadang
Beliau menjelma sebagai inkarnasi percikan Beliau (kalaa), atau sebagai
inkarnasi sebagian dari diri Beliau (amsha); ada kalanya Beliau datang sebagai
pemberi inspirasi batin untuk suatu tujuan tertentu; Beliau datang untuk
mengakhiri suatu zaman dan mengawali zaman yang lain (Yugaavatar). Bhaagavata
merupakan kisah aneka inkarnasi ini."
"Prinsip
Tuhan Yang Maha Esa bekerja melalui tiga wujud: Brahma, Vishnu, dan Shiva untuk
memanipulasi dan melengkapi proses kemunculan di dalam eksistensi dan proses
kehidupan yang disebut srisht 'penciptaan'. Pada dasarnya ketiga (wujud atau
fungsi Tuhan) tersebut mempunyai hakikat yang sama; tidak ada yang lebih tinggi
atau lebih rendah; ketiganya merupakan prinsip ketuhanan yang setara. Dalam
hubungannya dengan penciptaan Beliau disebut Brahma, dalam hubungannya dengan perlindungan
adalah Vishnu, dan dalam hubungannya dengan peleburan Beliau adalah Shiva. Bila
beliau turun ke dunia atau mengejawantah dan mengambil wujud tertentu pada
kesempatan tertentu, untuk suatu tujuan tertentu, Beliau dikenal sebagai
Avatar. Sesungguhnya Manu, Prajaapati, dan berbagai tokoh lain adalah
pribadi-pribadi yang memiliki sifat ketuhanan. Mereka ditugasi Brahma mengisi
dunia dengan manusia. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan.
Karena itu kita dapat menyatakan bahwa orang-orang suci, kaum bijak waskita,
para pertapa, dan seluruh umat manusia, yang baik dan jahat, semuanya merupakan
Avatar Vishnu. Jumlah Avatar tidak terhitung banyaknya sebagaimana jumlah
makhluk hidup sebab setiap makhluk lahir karena kehendak Tuhan. Meskipun demikian,
hanya kisah Yugaavatarlah yang patut dibaca dengan teliti, karena kedatangan
Beliau dimaksudkan untuk memulihkan dharma dan kehidupan moral. Kisah
lain-lainnya hanyalah cerita kesedihan dan keputus asaan."
"Brahma
mengutus Manu ke bumi agar menciptakan makhluk hidup di situ. Dewi, prinsip
feminim, menghindari Manu, dan membawa bumi ke alam bawah. Karena itu, Brahma
harus memohon pertolongan Vishnu (Hari). Vishnu mengambil wujud babi hutan
jantan, mengambil bumi dari alam bawah, dan meletakkannya di antara air.
Kemudian Dewi Bumi amat marah karena kekejaman Maharaja Vena sehingga segala
benih yang ditaburkan manusia disimpannya dalam dirinya dan tidak dibiarkannya
bertunas. Akibatnya semua makhluk menderita kelaparan. Bumi menjadi campuran
bukit dan lembah yang gersang dan tiada kehijauan di permukaannya. Pada waktu
itu Tuhan mengambil wujud Prithu, meratakan permukaan bumi, menambah kesuburan
tanah, menggerakkan pertumbuhan pertanian, dan mengembangkan kesejahteraan umat
manusia. Prithu memelihara bumi bagaikan anaknya sendiri, karena itu bumi
disebut Prithvii 'putri Prithu' . Khabarnya Beliaulah yang membangun kota-kota
pertama di bumi ini."
"Dengan
kata lain, karena kehendak Tuhanlah, maka hal itu harus terjadi demikian.
Kehendak Tuhanlah yang dilaksanakan. Tuhan menciptakan Weda untuk memelihara
dan menjaga umat manusia melalui pelaksanaan latihan moral dan spiritual. Weda
berisi aneka nama Tuhan yang dapat membebaskan segala makhluk, serta berbagai
peraturan dan ketetapan untuk membimbing umat manusia. Ketika para Asura atau
mereka yang jahat dan busuk hati mengancam akan mencuri Weda, Weda bersembunyi
di dalam air, dan Tuhan mengambil wujud ikan untuk mendapatkannya kembali.
Beliau menyelamatkan ketujuh resi serta Manu dari air itu juga. Inilah sebabnya
mengapa dikatakan Tuhan pernah mengejawantah sebagai ikan."
"Oh
kalian para pertapa! Oh Maharaja Pariikshit! Mungkin akan timbul keraguan dalam
hati kalian bila mendengarkan kisah penciptaan dan sejarah awal manusia di
bumi. Proses kehendak Tuhan merupakan keajaiban yang misterius. Hal itu tidak
dapat dipahami dengan indra atau kemampuan (pikiran) yang kalian gunakan untuk
menilai kejadian-kejadian duniawi. Seringkali hal itu tampak bagi kalian
seakan-akan tiada dasarnya, tetapi Tuhan tidak akan pernah melibatkan diri
dalam perbuatan apa pun tanpa alasan yang tepat. Kehendak Tuhan tidak perlu
dapat dijelaskan; kehendak itu sendiri merupakan pendorongnya. Segala sesuatu
yang terjadi di mana pun juga berlangsung karena kehendak Beliau."
"Untuk memulai penciptaan,
harus ada suatu daya tarik yang berfungsi sebagai pendorong. Karena itu, Brahma
harus menjadi dua dalam tubuh dan kegiatan. Tubuh yang satu berubah menjadi
dua, karena itu kehendak yang dahulu hanya satu, sekarang menjadi dua; yang
satu memikat, dan satunya lagi tertarik untuk mencipta, yaitu feminim dan
maskulin. Karena yang satu menarik dalam seratus cara yang berbeda-beda, maka
ia disebut Shataruupaa 'memiliki seratus wajah atau fase' atau Brahmapriya
'kekasih Brahma'. Yang satu lagi bernama Manu. Keduanya menjadi ternama dalam
proses penciptaan tahap pertama. Shataruupaa dan Manu merupakan nenek moyang
yang pertama".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar