Oh
Maharaja, dengarkan peristiwa penting ini, “Kata rsi Sukha. Bocah surgawi
Gopala, tidak lain adalah Tuhan sendiri yang telah mengambil wujud manusia
untuk leela beliau. Sri Krishna tumbuh seperti anak manusia biasa. Pada usia
lima tahun. Tidak ada seorangpun yang dapat memahami makna gerak gerik beliau. Permainan
beliau kepada orang lain sebelum atau sesudahnya. Orang-orang hanya harus
memperhatikan dan mentaati. Tidak seorangpun yang dapat menerka sifatnya atau menduga maknanya
betapapun besar prestasi keduniawiannya.
Pada
suatu waktu, beliau kumpulkan ternak sapi sehingga orang tua beliaupun tidak
tahu menahu tentang hal itu. bahkan sang kakak (Balaram) yang biasanya paling
sering mengetahui dan menyertainya, pada hari itu tidak mengetahui apa yang
terjadi. Sebagaimana biasa, Krishna mengumpulkan teman-teman beliau lalu
mengajaknya menggembalakan ternak di lapangan rumput perbukitan yang hijau. Namun
pada hari itu, Krishna justru mengajak teman-temannya beserta ternak sapi
mereka ke sungai Yamuna, tempat yang sangat dihindari oleh masyarakat
sekitarnya. Sebab bagian sungai Yamuna yang dalam itu mempunyai riwayat
menakutkan. Biasanya tempat yang dalam semacam itu airnya mandeg dan berlumpur,
tetapi air sungai Yamuna pada waktu itu berwarna biru dan panas mendidih. Air yang
senantiasa menggelegak itu mengeluarkan uap yang membumbung ke udara. Akibatnya
terbentuk kabut di atasnya. Siapa saja yang bernafas dalam udara yang tercemar
uap itu akan tewas sehingga menimbulkan kegemparan dan ketakutan. Burung-burung
yang kebetulan terbang di atas tempat itu terkena uap racun yang mematikan
sehingga dalam keadaan puts asa mereka mengepak-ngepakkan sayapnya sekuat
tenaga kemudian jatuh mati dan tenggelam ke dalam sungai.