Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Sesungguhnya
mengenang senda gurau Sri Krishna semasa kanak-kanak dan memberikan kesempatan
orang untuk mendengarkan kisah permainan itu merupakan tugas yang sangat
menyenangkan bagi Rsi Sukha. Karena itu segera setelah diminta, beliau mulai
bercerita “Oh Maharaja, selama beberapa hari yang tersisa dalam hidup tuanku
ini, tidak ada kegiatan yang lebih luhur bagi tuan selain membaktikannya untuk
merenungkan Tuhan. Kegiatan Tuhan merupakan nectar. Setiap tindakan yang
dilakukan-Nya merupakan sumber kebahagiaan. Katakana kepada saya, kisah mana
yang ingin tuan dengarkan. Akan saya ceritakan kepada tuanku kebenaran setiap
perbuatan itu dan kemuliaan-Nya yang telah saya saksikan sendiri.
Mendengar
hal ini, raja Parikshit berkata :”Rsi yang agung, saya ingin mendengarkan
kegiatan Gopala yang menakjubkan ketika beliau ada diantara para bocah angon
lugu di Vrndavan. Ini akan memberikan saya sukacita sedemikian rupa sehingga
saya dapat membebaskan diri dari belenggu kematian dan kelahiran.
Rsi
Sukha berkata “Maharaja, Gopala Krishna biasa bangun dini hari pada saat
Brahmamuhuurtam (antara pukul 04.00 – 06.00 sebelum matahari terbit). Beliau mandi
cepat sekali kemudian pergi ke kandang sapi. Beliau pilih dan bagi sapi-sapi
dan anaknya yang hari itu harus dibawa ke lapangan rumput penggembalaan. Kemudian
beliau beri air minum, beliau onggokkan rumput di hadapan ternak yang akan
ditinggal sehingga mereka dapat makan sekenyangnya. Lembu yang akan beliau bawa
dilepaskan dari tambatan kemudian digiring keluar dari kandangnya menuju
halaman depan rumah beliau. Setelah itu beliau masuk ke dalam rumah untuk
mengambil bungkusan nasi dingin dengan yogurt dan sedikit acar. Beliau akan
ingatkan kakak beliau Sri Balaram bahwa sudah waktu untuk berangkat
menggembalakan sapi dan untuk menyiagakan teman-teman beliau agar siap
bergabung. Sri Gopala Krishna meniup sebuah tanduk sambil berdiri di tengah
jalan. Mendengar panggilan itu, para bocah angon akan segera bergegas. Tugas-tugas
di rumah mereka selesaikan dengan cepat. Mereka membawa bungkusan bekal makan
siang, kemudian tergesa-gesa pergi ke rumah Yasoda, sang ibu siap melaksanakan
tugas panggilan Krishna.
Selanjutnya
bocah-boca itu berangkat sambil meniup suling dan menyanyikan lagu-lagu merdu. Beberapa
diantara mereka menjawab kicau burung kokil di atas pepohonan dengan suara
nyanyian mereka sendiri. Lainnya berlari di bawah bayangan burung yang terbang
di atas. Beberapa anak berbaring di punggung sapid an menyanyikan lagu
kegemarannya dengan riang sambil mengamati dengan penuh rasa ingin tahu, apa
yang dilakukan Gopala dan dimana beliau berada. Demikianlah mereka berjalan terus
menuju hutan untuk menggembalakan ternak sapi. Gopala menyisipkan suling beliau
erat-erat di pinggang memegang bungkusan bekal untuk makan siang di tangan
kiri, berjalan pelan-pelan sambil menyanyikan lagu-lagu yang menawan hati
dengan suara merdu yang sangat menyenangkan. Kawanan sapi-pun melangkah
seiiring dengan nyanyian seakan-akan kaki mereka ditegakkan untuk mendengarkan
nada surgawi. Kepala merekapun tegak diam dalam rasa kagum dan kasih yang
mendalam. Akhirnya mereka tiba di tepi telaga. Ketika waktu sudah tiba untuk
makan, mereka duduk di bawah pohon rindang dan membuka bungkusan kain berisi
nasi dingin yang dicampur yogurt, krim, susu, serta lauk lain sesuai dengan
selera dan kebutuhan masing-masing. Anak-anak itu menunggu hingga Gopala
membuka bungkusan beliau dan mulai makan barulah mereka mulai dengan suapan
pertama. Segera setelah Gopala makan sesuap, setiap anak mulai makan. Kadang-kadang
Gopala memberi teman-teman beliau segenggam makanan dari bekal beliau dan
menerima dari setiap anak. Segenggam dari bekal mereka masing-masing.beliau
pergi ke setiap anak dan minta agar diberi sebagian dari bekal mereka. Bocah-bocah
itu enggan dan merasa tidak pantas memberi Gopala segenggam makanan yang beliau
minta dari bungkusan mereka karena menurut peraturan adat, makanan yang sudah
dimakan sudah tidak murni lagi. Menyadari hal ini, Gopala meyakinkan mereka bahwa
Tuhan yang maha esa dan yang sama bersemayam dalam diri mereka semua, karena
itu mereka tidak boleh merasa terpisah dari beliau. Bagaimana ketidak murnian
itu bisa timbul jika semuanya adalah satu? Demikian Tanya beliau. Kemudian buah
acar yang telah digigit dan diletakkan di samping, beliau ambil dan beliau
gigit sedikit untuk dimakan. Lihat bagaimana mungkin Tuhan yang makan dengan
lahap dalam piring Shabari ketika beliau muncul dalam wujud Sri Rama menolak
makan sisa bekal para bocah angon teman-teman beliau? Dalam hal ini keduanya
memiliki bhakti dan cinta yang mendalam kepada beliau.
Pada
suatu hari mereka duduk pada batu-batu dalam naungan banyangan perbukitan,
makan bekal mereka kemudian membasuh tangan. Pada waktu itu Gopala berlari kea
rah kawanan sapi yang sedang merumput di padang terbuka. Kawan-kawan beliau
bertanya-tanya dalam hati, ada apa gerangan. Diantara kawanan sapi itu, mereka
melihat seekor anak sapi yang tidak wajar, besar, dan molek. Sri Gopala langsung
pergi kearah binatang itu, beliau tangkap kedua kaki belakangnya, beliau
putar-putar dengan cepat lalu dibanting ke tanah. Binatang itu mengeluarkan
suara yang mengerikan dan berubah menjadi raksasa yang muntah darah lalu mati. Para
bocah penggembala itu terperanjat; mereka bergegas lari menemui Gopala dan
bertanya kepada beliau agar diberi tahu misteri kejadian dimaksud. Gopala hanya
tersenyum berseri-seri dan berkata :”Seorang raksasa yang jahat telah mengambil
wujud sapi itu dan datang kesini untuk membunuh-KU atas perintah raja Kamsa. Sapi
jadi-jadian ini menyelinap diantara kawanan sapi kita dan memainkan siasat yang
telah disusunnya. Sekarang dia sudah kujatuhi hukuman yang setimpal. Mendengar hal
ini, anak-anak tersebut memuji kewaksitaan, keberanian, dan kekuatan Gopala. Mereka
berseru..Gopala! Engkau sudah memberinya ganjaran yang setimpal. Para bocah
angon itu melompat-lompat dengan sangat gembira di sekeliling beliau. Kawanan ternak
itu mereka periksa kalau ada lagi anak sapi atau sapi yang aneh; mereka curiga
jangan-jangan ada raksasa lain yang menyamar menjadi sapi jadi-jadian.mereka
juga khawatir kalau sapi-sapi mereka cedera atau mungkin ditelan hidup-hidup
oleh raksasa jahat dalam wujud lain. Dengan waspada mereka memeriksa kawanan
sapinya masing-masing untuk mencari-cari kemungkinan buruk sebelum terlambat.
Sementara
itu pada tengah hari mereka tiba di bukit yang penuh rumput. Kawanan sapi
digiring ke tempat yang teduh di bawah batu-batu yang menjorok ke depan agar
tidak kepanasan, dan para bocah angonpun beristirahat sebentar serta berbaring
di rerumputan. Saat hari mulai senja, seorang anak lelaki bangkit mendekati
kawanan sapi untuk digiring kembali ke desa. Disitu dilihatnya seekor bangau
raksasa sedang mematuki sapi dan menelannya ke dalam perutnya yang besar. Bocah
itu berteriak…Gopala….!, Krishna….!. mendengar teriakan itu Gopala segera tiba
di tempat tersebut. Beliau langsung tahu bahwa burung bangau raksasa itu
merupakan jadi-jadian dari iblis Bakasura. Maka dengan sangat cekatan Sri
Krishna melompat dan mengejar burung bangau itu lalu ditangkap. Beliau tarik
bagian atas dan bawahnya hingga bangau itu terbelah dua lalu sapi-sapi di dalam
perutnya dibebaskan dan dihidupkan kembali. Dengan cara demikian Gopala
membinasakan para raksasa yang diutus oleh Kamsa untuk membunuh Gopala Krishna.
Setiap hari ada mujizat baru, keajaiban yang tidak pernah terjadi sebelumnya! Para
anak gembala itu mulai merasakannya sebagai permainan Ilahi. Sehingga mereka
tidak merasa heran lagi. Jauh dalam lubuk hatinya mereka sadar bahwa kecekatan,
kemampuan, dan kekuatan Krishna bersifat adikodrati dan tidak dapat dipahami. Karena
itu setiap saat mereka selalu siap menyertai beliau kemana saja tanpa rasa
takut.
Sementara
itu, mendengar bahwa Bakasura yang merencanakan akan mendekati Krishna dengan
menelannya bulat-bulat telah dihabisi oleh Sri Krishna, kakak raksasa itu menjadi
sangat marah sehingga ia bersumpah untuk membalas dendam. Ia datang ke padang
rumput dimana biasanya Krishna dan para bocah angon lainnya menggembalakan
ternaknya lalu menyamar sebagai ular sanca raksasa. Ia berbaring melintang pada
jalan setapak di hutan sambil membuka mulutnya lebar-lebar seperti sebuah goa
agar para bocah itu tertarik masuk lalu dapat menelannya seketika. Rencana ini
ternyata tampak seperti berhasil, para bocah dan para sapi yang digembalakannya
masuk ke dalam mulut ular yang dikiranya sebuah goa. Namun Krishna sudah dapat
mengenalinya sebagai raksasa jahat lain yang ingin membunuh-Nya. tetapi apa
yang bisa diketahui dari rencana Tuhan? Pada waktu itu, Sri Krishnapun ikut
masuk ke dalam mulut ular sanca raksasa itu, tapi ini hanyalah trik untuk dapat
membelahnya lalu membinasakannya dari dalam sekaligus menyenangkannya karena
mengira siasatnya telah berhasil.
Sejak
saat itu, para bocah penggembala sedikitpun tidak merasa gentar; mereka percaya
bahwa Gopala pasti akan melindungi mereka dari segala bahaya karena beliau maha
kuasa. Mereka tidak memperdulikan apapun di jalan, mereka tidak pernah
mengawasi tepian jalan, tetapi berjalan terus dengan penuh keyakinan mengikuti
Krishna. Permainan bocah Krishna ini setiap saat merupakan keajaiban, mukjizat,
suatu keadaan yang luar biasa, suatu petualangan yang gagah perkasa. Apa yang
dapat saya lukiskan mengenai hal itu, dapatkah manusia biasa melakukannya? Orang-orang
yang tidak memiliki keyakinan, tidak akan tersentuh kasih ketuahannya walaupun telah
menyaksikan berbagai peristiwa semacam itu. Orang-orang semacam ini hanyalah
beban bagi bhumi, mereka merupakan buah yang hambar dan tidak berguna. Ketika mengatakan
hal itu, wajah Rsi Sukha menjadi cerah dengan senyum yang timbul dari lubuk
hati. Mata beliau berseri-seri seakan-akan melihat penampakan Krishna yang maha
cemerlang. Sementara beliau memusatkan pandangan hingga lama ke suatu arah,
Parikshit bertanya kepadanya :”Rsi yang agung, bila para Dhanava / raksasa yang
berkelakukan seperti para binatang-pun menjadi percaya kepada Tuhan dan memuja
beliau, bagaimana manusia dapat melupakan dan lalai tidak memuja beliau ?
mereka lebih mempercayai telinga yang mendengar (Fitnahan mengenai sang Avatar)
daripada mata yang menyaksikan. Saya anggap ini diakibatkan oleh sejumlah dosa
besar yang telah mereka perbuat atau mungkin akibat suatu kutukan.
Mendengar
hal ini, Rsi Sukha berkata :”Oh Maharaja, perkataan tuanku benar. Manusia-manusia
iblis seperti Kamsa, Jaraasandha, Salya, dan Sishupala telah menyaksikan
sendiri bukti-bukti dari kekuasaan adi kodrati Sri Krishna, namun dusta bahwa
beliau hanyalah bocah penggembala sapi bergema demikian kuat di telinga mereka
sehingga mereka hanya menyadari aakashavaanii “Suara” dan tidak memperhatikan
hal yang mereka saksikan sendiri. Akibatnya mereka kehilangan hidupnya secara
tercela. Mereka mengabaikan berbagai mukjizat, peristiwa luar biasa, prestasi
menakjubkan yang telah mereka saksikan, dan rangkaian kekalahan yang diderita
oleh utusan mereka di tangan Sri Krishna. Mereka tidak mengindahkan kewajiban
kepada Tuhan di hadapannya. Penjelasan apa lagi yang dapat kita berikan untuk
hal ini selain bahwa mereka telah dikutuk agar bertingkah laku seperti itu? Kutukan
itu pasti telah menimpa mereka akibat suatu dosa.
Gopala
adalah lokapaala dan bukan anak gembala. Go berarti sapid an paala berarti Ia
yang memelihara dan melindungi sedangkan Loka berarti dunia. Lokapaala adalah
beliau yang memelihara dan melindungi dunia. Wujud yang beliau ambil adalah
wujud manusia bocah angon, itu saja. Sesungguhnya beliau adalah wujud yang
paling membawa kebaikan, yang membebaskan jiwa-jiwa dari perbudakan, karena di
tangan beliau terdapat shakti atau kekuasaan, yukthi atau cara pencapaian, dan
juga Mukthi atau moksa pembebasan.
Parikshit
senang mendengar perkataan sang Rsi ini. Para kakek saya benar-benar
mendapatkan kemujuran yang unik karena hidup dalam persahabatan yang suci
dengan Gopala. Mereka bermain dengan beliau, bercakap-cakap dengan beliau,
mereka menikmati kebahagiaan karena bersama-sama dengan beliau dan berada dalam
kehadiran beliau. Saya dapat mendengarkan setidaknya sekelumit kisah tentang
kebesaran Sri Krishna dan mendapat kebahagiaan dari hal itu, inipun merupakan
kemujuran yang sangat besar” kata parikshit dengan air mata mengalir di
pipinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar