Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Rsi
yang Agung!, Setelah (Bayi) Krishna dibawa dari penjara Mathura-yang beliau
pilih sebagai tempat kelahiran—menuju ke Vrndavan, dan tinggal disana selama
sebelas tahun, Beliau melewatkan masa kanak-kanak sebagai bocah penggembala
sapi. Saya ingin mendengar tentang senda gurau, permainan dan petualangan
beliau bersama teman-teman beliau dari Vraja, di hutan-hutan kecil dan belukar
Vrndawana.
Ketika
Pariskshit memohon seperti itu, Resi Shuka merasa senang. Beliau tersenyum dan
berkata, “Tidak mungkinlah saya menceritakan kepada tuanku semua permainan
Gopala yang suci “Bocah angon’ yang luar biasa itu. Setiap permainan beliau
memenuhi pikiran dengan keindahan. Bocah-bocah penggembala sapi di Vraja yang
ikut mengalami suka cita itu benar-benar terberkati. Avatar tidak memperhatikan
perbedaan lahiriah, nama, individu, kebangsaan, kasta, profesi, atau sikapnya. Apapun
sikap orang yang akan menemui beliau, Beliau akan menyambutnya. Orang itu akan
ditarik ke dekat beliau, dipenuhi keinginannya dan dianugrahi kebahagiaan. Itulah
sifat Gopala (Sebutan untuk Sri Krishna-yang secara harfiah berarti seorang
penggembala sapi – Leela atau permainan Ilahi yang melambangkan bahwa Tuhan
berperan sebagai pembimbing bagi jiwa-jiwa)
Sejak
ditinggalkan di rumah Nanda dan Yashoda oleh Vasudeva, ayah beliau, Krishna
kecil menganugrahkan sukacita yang tidak terhingga kepada Nanda. Seruan ‘jaya…jaya…’sebagai
tanda pemberkatan selalu berkumandang berulang-ulang di rumah itu karena
keberanian dan kegagahan si anak yang luar biasa itu. Hari demi hari beliau
tumbuh makin menawan. Beliau bersinar cemerlang sebagai harta berharga yang
sangat disayang ibunya dan selalu bermain-main dipangkuan ibu Yasoda. Beliau berjalan
tertatih-tatih melewati ambang pintu. Beliau memegang jari ayah atau ibu beliau
dan berjalan beberapa langkah dengan berani. Walaupun orang tua Krishna berusaha
sedapat mungkin menyembunyikan beliau dan pandangan agar utusan matu yang
selalu dikirim Kamsa tidak dapat menemukan-Nya, entah bagaimana Krishna selalu
membuat diri beliau dapat ditemui. Beliau biasa maju menemui mereka dan
memperkenalkan diri. Siapa yang dapat menyembunyikan Gopala (Tuhan pemelihara
dan pelindung alam semesta? Dan dimana ? siapa yang dapat menculik beliau, dan
bagaimana?” Oh Parikshit, semua permainan Ilahi ini begitu indah namun sulit
dimengerti.
Hari
demi hari beliau terus bertumbuh. Beliau mulai pergi ke tempat yang agak jauh
di tepian sungai Yamuna yang suci serta bermain bersama anak-anak sebayanya
dari keluarga penggembala sapi. Orang tua beliau berusaha mencegah, tetapi
tidak mampu. Seperti teman-teman beliau, Krishna juga menggembalakan ternak
sapi menuju padang rumput. Sesungguhnya mata yang melihat pemandangan
mempesonakan itu, ketika Gopala berada di tengah kawanan sapid an anak-anak
sapi yang mulus dan riang, sangatlah beruntung, karena mereka pernah melihat
kejadian yang luar biasa. Bayangkan Oh Maharaja! Kawanan sapi dan anaknya yang
putih mulus, dan bocah Avatar yang berkulit gelap!.sapi-sapi itu selalu
tertarik kepada beliau dan selalu berada di dekat-Nya. mereka tidak mau pergi
berkeliaran meninggalkan Gopala Krishna.
Demikian pula Sri Krishna begitu
mencintai mereka bagaikan saudara beliau sendiri atau bagaikan anak beliau
sendiri. Bila Sri Krishna menyentuh punggung sapi-sapi itu dengan lembut,anak sapi
dan induknya lupa akan segalanya. Mereka membuka mulutnya, menegakkan ekor,
menjulurkan lidah, dan menjilati wajah serta tangan beliau penuh kasih. Gopala
pun sering merangkul leher mereka dan berayun kian kemari dengan sangat gembira
sambil memejamkan mata dan tersenyum dengan wajah berseri-seri. Anak sapi
sering bermain menggosokkan tanduk mereka yang mulai tumbuh pada badan beliau
yang lembut. Tanpa mengindahkan siang dan malam, beliau bermain kian kemari
dengan manis, anggun, dan riang bersama teman-teman beliau. Kawanan sapi dan para
bocah angon di tepi sungai Yamuna yang selalu segar, sejuk, dan pasirnya yang
gembur. Orang tua beliau sering harus mengutus para pembantu untuk menjemput
dan mencari mereka lalu membawa pulang beliau beserta semua rekan-rekan
sepermainannya.
Sementara
hari-hari berlalu seperti itu di rumah dan di luar rumah, beliau tumbuh menjadi
bocah yang menawan hati. Walaupun orang tua beliau tidak menghendakinya. Beliau
melepaskan ternak sapi dan anak-anaknya dari tambatan mereka di kandang,
menggiring mereka sepanjang jalan yang biasa dilewati sapi-sapi desa, lalu
menggembalakan mereka di lapangan rumput hijau yang terhampar luas. Sebagaimana
anak-anak gembala yang lain, beliau juga menyandang tongkat di bahu dan
mengikatkan sehelai kain di kepala. Beliau berjalan dengan rasa percaya diri
yang luar biasa, tampak sangat gagah dan rupawan bagaikan anak singa kerajaan.
Krishna
bermain riang gembira bersama teman-teman beliau. Beliau menyanyikan lagu-lagu
yang paling merdu dengan suara nyaring sambil menutup telinga kiri dengan
telapak tangan kiri. Mendengar ini, sapi-sapi yang tadinya mengunyah rumput
hijau dengan lahap, lalu berhenti seakan-akan terlalu mempesona untuk
melanjutkannya; mereka menatap dengan senang mendengarkan music surgawi. Hewan-hewan
itu berdiri dengan telinga yang waspada agar tidak kehilangan amanat yang
memanggil mereka menuju kebahagiaan jiwa; mata mereka setengah terpejam,
seolah-olah mereka sedang berada dalam meditasi yang dalam!. Anak-anak sapi
yang sedang menggosok-gosokkan hidung mencari ambing induknya ingin menetek lalu
berdiri terdiam dan sebagai gantinya mereguk lagu surgawi nyanyian Krishna. Pemandangan
itu mengharukan siapa saja yang melihatnya. Oh Maharaja! Saya tidak dapat
menceritakan kepada Tuanku jumlah atau sifat permainan Krishna Gopala. Semua menakjubkan,
mempesona,dan membangkitkan rasa hormat; semuanya penuh kebahagiaan. Kadang-kadang
Krishna menantang teman-teman beliau untuk melakukan permainan anak-anak. Beliau
memutar tongkat ditangan beliau dengan begitu cepat sehingga tongkat itu tidak
kelihatan lagi! Melihat ini, kawan-kawan beliau berkerumun dan minta agar
diajarkan cara memutar tongkat seperti itu. Beliaulah yang memutar dunia dengan
segala isinya dengan begitu cepat, maka bagi beliau memutar tongkat bukanlah
sebuah prestasi istimewa; itu adalah kecakapan yang tidak bisa diajarkan. Anak-anak
yang malang itu tidak menyadari kenyataan (Ketuhanan) di balik wujud bocah
teman bermain mereka. Seringkali pula beliau bermain mengejar pencuri di atas
pohon. Ketika teman yang mengejar memanjat pohon untuk menangkap beliau, beliau
naik terus hingga ke puncak batang yang dahannya demikian kecil, tipis, dan
lemah sehingga jika diinjak seekor tupaipun akan berayun. Beliau sama sekali
tidak dapat ditangkap oleh siapapun kecuali ia yang memiliki kwalitas kemurnian
hati yang mampu menangkap Gopala.
Kelihatannya
Gopala berada bersama kawan-kawan beliau di hutan dan belukar; Beliau bermain
dengan mereka, menggembirakan mereka dengan berbagai lelucon jenaka dan
permainan yang riang gembira; beliau berjalan bersama mereka dan merangkul bahu
mereka dengan penuh kasih, tetapi dalam sesaat tiba-tiba beliau menghilang dan
lenyap tidak terlihat lagi. Setelah itu beliau akan menemui teman-teman beliau
dengan samaran yang cerdik. Penyamaran itu demikian sempurna sehingga mereka
menganggap beliau sebagai orang yang tidak dikenal dan mereka tidak mau
berbicara dengan beliau, tetapi beliau akan membuat mereka tercengang dan
ledakan tawa dan seruan, ‘Ini Aku…Ini Aku..; kalian tidak akan dapat menemukan
Aku. ‘ hal ini membuat bocah-bocah itu takjub, atau kadang ketakutan dengan
permainan-Nya yang jenaka. Pagi hari dilewatkan seperti itu. Bila senja tiba,
beliau kembali ke desa bersama teman-teman beliau, dengan lugu seakan-akan tiada
kejadian apapun yang mengganggu ketenangan beliau.
Pada
hari-hari tertentu Yashoda mendesak bahwa Krishna harus tinggal di rumah dan
tidak boleh pergi ke tepian hutan untuk menggembalakan ternak. Maka disaat
demikian para bocah penggembala ternak yang lain akan berjalan gontai dan berat
karena tidak ditemani oleh Gopala Krishna. Langkah-langkah mereka menjadi
demikian berat dibebani rasa sedih dan sepi tanpa kehadiran bocah Krishna. Mereka
bahkan tidak mengindahkan kawanan ternak, mereka tidak ingin makan dan minum. Mereka
hanya menginginkan Krishna ada bersama mereka sebagai semangat hidup.
Seringkali
Kamsa, Paman beliau yang jahat, mengirimkan utusan-utusannya yakni para
raksasa. Mereka menyamar sebagai penjual mainan dan kue-kue manis yang lezat. Anak-anak
mengerumuni mereka menanyakan harga barang-barang yang mereka inginkan. Namun raksasa
dalam penyamaran itu selalu mengintai Krishna agar dapat menangkapnya. Ia mengawasi
dan menanti saat-saat Krishna datang mendekat. Sepintaspun Krishna tidak
memandang mainan dan kue-kue manis itu. Krishna biasa menunggu hingga senja
kemudian orang jahat itu beliau dekati. Beliau biarkan mereka yakin bahwa
beliau telah terjebak dalam perangkap yang dibuatnya. Tetapi kenyataannya
beliau datang hanya untuk menghancurkan kejahatan para raksasa itu. Pada hari
lain, desa itu penuh dengan kereta-kereta yang sarat dengan buah mangga. Krishna
tahu bahwa itu hanyalah tipu muslihat dan rencana jahat lain yang telah disusun
oleh raksasa utusan raja Kamsa. Maka buah mangga itu beliau ambil lalu
pembawanya beliau ungkap identitas sebenarnya sebagai raksasa lalu
dihancurkannya. Beliau merasa tidak pantas menolak buah-buahan yang telah
dikirim sang paman, maka beliau terima, tetapi tidak seorangpun raksasa utusan
Kamsa yang beliau kirim kembali dalam keadaan masih hidup untuk melaporkan
kejadian yang telah terjadi. ‘
Oh
Maharaja! Sejak sang Avatar tinggal di wilayah Vraja, tempat itu seketika
berubah menjadi pembendaharaan Laksmi (Dewi kekayaan dan kesejahteraan). Tampak
seolah-olah dewi Laksmi menebarkan senyum manis-Nya di seluruh tempat itu. Lembunya
ribuan tiada kekurangan yogurt,susu, ataupun mentega. Bahkan segalanya terkesan
sangat berlimpah sehingga mereka hampir tidak tahu bagaimana cara menghabiskan
semua yang mereka miliki atau bagaimana cara menyimpan dan mengawetkannya sebagai
persediaan. Gopala demikian mencintai sapi-sapi itu sehingga beliau tidak dapat
membiarkan gagasan untuk membuang pemberian yang berharga tersebut. itulah
sebabnya mengapa beliau senang menerimanya dalam perut beliau sendiri. Perbuatan
baik inilah yang menyebabkan beliau juga dijuluki sebagai bocah pencuri mentega
atau Navanitachora.
Ketika
mengetahui Krishna dijuluki seperti itu, Indra memutuskan akan memperlihatkan
kepada dunia bahwa sesungguhnya Beliau adalah Tuhan penguasa semesta raya yang
telah turun ke dunia. Karena itu dewa Indra merekayasa situasi sehingga puja
kepadanya dibatalkan oleh penduduk Vraja lalu dewa Indra membalas dendam dengan
mencurahkan hujan lebat yang disertai kilat dan Guntur maha dahsyat. Pada waktu
itu, Krishna kecil harus mengangkat bukit Govardhana untuk melindungi para
penggembala dan ternak sapi dari curahan hujan yang mematikan itu. Namun semua
itu hanyalah bagian dari lakon sandiwara sebab dewa Indra tidak mempunyai rasa
marah, ia juga tidak memiliki gagasan untuk membalas dendam. Krishna juga tidak
akan menasehati orang-orang untuk menghentikan puja kepada dewa Indra. Mujizat seperti
itu diputuskan hanya agar orang-orang mengenali Tuhan yang telah mewujud di
antara mereka. Kejadian semacam itu menguatkan pandangan bahwa tiada apapun
yang dapat terjadi tanpa tujuan jelas yang mendasarinya. Semua tindakan yang
dilakukan Tuhan bahkan yang terkesan paling remehpun selalu mempunyai nilai dan
maknanya yang khusus.
Sementara
itu Parikshit menyela dengan seruan gembira dan berkata “Oh. Alangkah manisnya
permainan dan senda gurau Gopala, bocah sorgawi itu. Semakin saya
mendengar-Nya, terasa semakin saya merasakan kehausan untuk bisa menikmati nectar
suci permainan Ilahi yang telah beliau lakukan di muka bumi ini oleh karena
itu, mohon ceritakan lebih banyak lagi leela itu agar saya bisa mencapai moksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar