Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Menyambung tulisan saya
yang berjudul “Di ambang Kiamat 2012” dimana dalam satu bagian akhirnya saya
kutipkan pernyataan sekaligus rumus dari Tuhan Sri Krishna guna mendapati peta
pulang ke kerajaan Tuhan, maka hari ini saya akan mulai mengulas tentang Leela
atau permainan Ilahi beliau. Sesuatu yang seringkali menjadi perdebatan antara
mereka yang yakin dengan mereka yang menolak kenyataan bahwasannya Penguasa
semesta raya ini pernah mewujudkan diri-Nya di bhumi sebagai bocah penggembala sapi (yang
merupakan symbol dari jiwa jiwa mahluk hidup). Pemilihan Sri Krishna sebagai
media untuk memusatkan pikiran dalam menyambut datangnya hari kiamat ataupun
kematian bagi diri sendiri ini adalah karena Sri Krishna merupakan Poorna
Avatar atau Penjelmaan Tuhan ke dunia dengan menyertakan segala
kesempurnaan-Nya. Sehingga semua hal yang dilakukan-Nya di muka bhumi begitu
mengesankan untuk disimak. Segala keajaiban, kemewahan, cinta, dan pengampunan
yang terkadang begitu sulit untuk dimengerti oleh daya nalar manusia biasa
bahkan oleh para dewa setinggi dewa Brahma sekalipun. Hal ini dapat kita
temukan pada Kitab Brahma Samhita dimana setelah gagal menguji Sri Krishna
dalam wujud bocah kecil penggembala sapi, akhirnya dewa Brahma menyusun
syair-syair indah yang mengakui dan mengagungkan Sri Krishna sebagai
persoanalitas Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi yang dipenuhi dengan
pengetahuan, kekekalan, dan kebahagiaan. Tuhan yang merupakan sumber dari
segala sebab, yang dikenal dengan nama Govinda.
Ishvara Parama Krishna //
Sat cit ananda Vigraha
Anadir adir Govinda //
Sarva karana karanam. (Brahma Samhita 5.1)
Demikian halnya dengan
pernyataan-pernyataan beliau sendiri yang menyatakan bahwa diantara beribu-ribu
orang, mungkin ada satu yang ingin mencapai kesempurnaan. Dan diantara mereka
yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tak satupun yang mengetahui tentang Diri-ku
dengan sebenarnya (B.G 7.3)
Orang yang sadar
kepada-Ku sepenuhnya, yang mengenal diri-Ku sebagai Yang Mahakuasa,sebagai
prinsip yang mengendalikan manifestasi material, Para dewa, dan segala cara
korban suci, dapat mengerti dan mengenal diri-Ku sebagai kepribadian Tuhan yang
Mahaesa, bahkan pada saatnya meninggal dunia sekalipun (B.G 7.30)
Baik para dewa maupun
Rsi-rsi yang mulia tidak mengenal asal mula maupun kehebatan-Ku. Sebab dalam
segala hal, Aku adalah sumber semua Dewa dan Rsi.(B.G 10.2)
Arjuna berkata “Engkau
adalah Kepribadian Tuhan YME, tempat tinggal tertinggi, Yang maha suci,
Kebenaran mutlak. Engkau adalah yang maha abadi, rohani, dan melampaui dunia
ini. Kepribadian yang asli, tidak dilahirkan dan Maha besar. Semua Rsi yang
mulia seperti Narada, Asita, Dewala, dan Vyasadewa membenarkan kenyataan ini
tentang Engkau, dan sekarang Engkau sendiri menyatakan hal demikian kepada
hamba (B.G 10.12-13)
Selanjutnya pernyataan
beliau dalam Bab 9.34 yang dipertegas kembali dengan bunyi sloka yang hampir
sama di Bab 18.65 menyiratkan agar kita sebagai anak-anak Beliau, senantiasa
berfikir tentang-Nya dan menjadi penyembah-Nya yang tekun karena inilah syarat
untuk bisa mencapai-Nya. Mengingat nama, rupa, leela, dan segala hal tentang
Tuhan yang bisa membangkitkan kerinduan kita untuk kembali ke tempat asal yakni
“Kerajaan Tuhan”. Oleh karena itu, marilah kita mulai Krishna Katta ini dengan
menjadi seorang pembaca dan pendengar yang tunduk hati sebagaimana Raja
Parishit melakukannya sebagai teladan bagi manusia jaman sekarang. Saya tidak
akan perduli, apakah anda termasuk orang yang mencintai Tuhan Sri Krishna
ataukah anda termasuk golongan yang sangat membenci Krishna? Tapi apapun itu,
hari ini saya ingin memberikan gambaran singkat tentang Leela atau Kegiatan
rohani beliau selama berada di bhumi yang seringkali menjadi bahan pertentangan
antara mereka yang mencitai dengan mereka yang membenci. Walaupun objek yang
mereka perdebatkan itu sama sekali tidak terpengaruh oleh kedua hal ini (Benci
atau Cinta) sebab bagi Krishna yang maha Kasih hanya ada satu slogan yakni
mencintai dan mengasihi karena semua dari kita adalah anak-anak beliau, entah kita
mengakui-Nya ataupun tidak. Lihatlah nasib si supala yang benci seumur hidup
dengan Krishna tapi karena dia selalu mengingat beliau, maka akhirnya ia juga
mencapai kaki padma Sri Krishna. Bagaimana dengan anda? Jangan mengambil
langkah setengah-setengah kalau mau mencintai maka cintailah sepenuh hati. Tapi
kalo mau membenci juga monggo saja tapi bencilah dengan sepenuh hati juga sehingga
tak ada waktu tersisapun untuk tidak memikirkan beliau.
Krishna Katta ini akan
dimulai dari sebuah kitab suci yang bernama Srimad Bhagavatam. Bhagavatam adalah salah
satu purana terbesar dari 18 purana utama. Bhagavatam sendiri mengandung inti
“Paropakarah punyaya, Papaya Para Pidanam” yang maksudnya adalah “Berbuat baik
kepada orang lain merupakan sebuah kebahagiaan sedangkan menyakiti atau
melakukan perbuatan yang menyebabkan penderitaan bagi orang lain adalah
merupakan dosa”. Kitab suci Srimad Bhagavatam menceritakan tentang kemuliaan
tertinggi Sri Hari (Tuhan Sri Krishna) dengan para bhakta-Nya. Misalnya hal-hal
yang berhubungan dengan penciptaan dan alam semesta, cerita tentang awatara,
tentang Narada, terutama Leela Sri Krishna. Bhagavatam ditulis oleh Vyasa dewa
setelah mendapat Ilham dari Dewa Brahma yang menceritakan hal tersebut,
kemudian Vyasa dewa menceritakan kembali kepada anaknya yakni Sukadewa Gosvami,
selanjutnya Sukadewa Gosvami menceritakan kembali kisah ini kepada Raja
Parikesit yang akan menemui ajalnya dalam waktu 7 hari setelah terkena kutukan
dari Tapasvin Srngi anak dari Rsi Samika. (Diriwayatkan bahwa pada waktu itu
Raja Parikshit sedang pergi berburu ke hutan dan ketika beliau kelelahan dan
haus, ia mencari sebuah asram, pada saat itu ia melihat seseorang dan masuk ke
Asram tersebut,
Parikeshit berteriak memanggil, namun tak seorangpun yang
menyahut. Ia melihat seorang Rsi sedang khusuk bersemadi. Sang raja berusaha
membangunkan sang Rsi dengan sapaannya, agar ia menyadari bahwa ada tamu yang
sedanga berkunjung ke dalam asramnya. Namun ketika usaha sang Raja seakan tidak
dihiraukan,dan dalam keadaan yang lapar serta haus itu, pengaruh buruk jaman
Kali meringsek masuk ke dalam pikiran sang raja. Ia merasa tersinggung karena
sebagai penguasa wilayah itu, ia sama sekali diabaikan oleh warganya. Pada saat
itu, Raja Parikeshit melihat seekor ular mati di tanah, ia mengambil bangkai
ular itu dengan tongkat lalu melilitkannya di leher sang Rsi, kemudian sang
raja pergi dengan kesalnya. Ketika Srngi datang, ia melihat penghinaan yang
ditujukan kepada ayahnya itu, maka dengan serta merta kemarahannya meluap lalu
melontarkan kutuk bahwasannya siapapun yang telah melakukan perbuatan tidak
baik itu dengan mengalungkan bangkai ular di leher ayahnya yang sedang
melakukan meditasi, maka ia harus mati dengan cara yang sama dengan digigit
ular dalam waktu 7 hari semenjak kutukan itu dikeluarkan. Srngi walaupun masih
anak-anak, tapi memiliki kekuatan yang sangat baik sebagai seorang Brahmin
kecil sehingga apapun yang dikatakannya akan menjadi kenyataan.
Ketika Rsi Samika
kembali kepada keadaan sadarnya setelah melakukan Meditasi yang mendalam, Ia
sangat terkejut mendengar penuturan anaknya yang telah melontarkan kutuk kepada
penguasa negeri sebab baginya kutukan itu akan menjadi sebuah bencana besar dan
berpengaruh kepada seluruh negeri. Sebab Parikeshit adalah seorang raja yang
baik dan ramah. Tetapi untuk satu tindakan yang dilakukan karena desakan emosi
karena rasa khilaf, seharusnya Srngi tidak boleh memperturutkan emosinya itu,
oleh karena itu Rsi Samika meminta anaknya untuk mencabut kutukan yang telah
dilontarkannya. Tetapi bagaimanapun senjata yang telah dilepaskan tidak bisa
ditarik kembali sebelum mendapatkan korban, oleh karena itu dengan sangat berat
hati akhirnya Rsi Samika menghadap Sang raja dan memberitahukan tentang kutuk
anaknya. Mendengar hal itu, Raja Parikeshit merasa sangat menyesal atas
tindakannya yang menuruti hawa nafsu lalu berpasrah menerima kutukan itu
sebagai sebuah anugrah, karena ia diberi kesempatan untuk mengetahui saat
ajalnya akan tiba sehingga ia bisa menyiapkan diri ataupun terlibat dalam
berbagai kegiatan suci sebelum meninggal.(Kisah lengkapnya bisa anda baca dalam
artikel Bhagavatam di bagian lain dari blog ini.)
Pada bab 11 dari kitab
Bhagavatam ini, kita akan mendapati uraian yang sangat bagus tentang leela Sri
Krishna selama berada di bhumi, yang mana gambaran singkatnya adalah sebagai
berikut.
Pada masa menjelang
berakhirnya Dwapara Yuga, keadaan bhumi (Ibu pertiwi) begitu memprihatinkan
sampai-sampai perwujudan dewi Bhumi pergi menghadap Dewa Brahma untuk meminta
bantuan agar ia dibantu untuk menahan beratnya beban yang ditimbulkan oleh
manusia yang berprilaku seperti raksasa di ketika itu (Tentu yang dimaksud ibu pertiwi
adalah para raksasa yang nantinya dibunuh oleh Sri Krishna, sekutu Kamsa, dan
juga gerombolan suku Kaurawa). Kita bisa menjadikan hal ini sebagai bandingan
bahwasannya pada masa Dwapara yuga yang jumlah manusianya tidak terlalu banyak
dibandingkan sekarang, yang mana tingkat kejahatannya juga tidak sejahat
manusia sekarang, yang mana kadar orang baik juga masih berimbang 50:50 dengan
manusia yang memiliki sifat tidak baik, Ibu Pertiwi sudah merasakan beban yang
sangat berat karena dihuni golongan manusia dengan prilaku durjana demikian. Jadi
bisa dibayangkan bagaimana keadaan ibu pertiwi sekarang yang harus menopang
manusia yang jumlahnya kian meningkat namun dengan ahlak dan moralitas yang
semakin merosot sebagaimana jaman Dwapara yuga dimana banyak mahluk yang
memakai badan manusia tetapi sifat yang menghuni di dalamnya adalah iblis dan
setan neraka.(bukankah sifat raksasa atau iblis neraka adalah tidak pernah
merasa puas sebagaimana keserakahan yang ditunjukkan manusia modern sekarang
ini, sifat raksasa lainnya adalah selalu ingin menang sendiri, berkata kata
kasar, culas, tidak tau sopan santun, pelahap segala, suka berkelahi dan bila
perlu sampai membunuh bangsanya sendiri, bersetubuh dengan anggota keluarga sendiri,
dan lain-lain yang kesemua ciri itu juga dilakoni oleh beberapa manusia modern
Kali yuga ini. Jadi jika akhirnya bermunculan aneka bencana seperti Gempa dan
Tsunami, lumpur lapindo, Bom teroris, Tanah longsor, dll tentu hal ini merupakan
hal yang wajar sebagai peringatan dari ibu kita yang bernama Pertiwi, karena
kita telah mengeksploitasi badan beliau dengan sangat tidak manusiawi hanya
demi keuntungan material semata. Namun jika tanda-tanda kecil ini juga
terabaikan oleh kemunafikan dan keserakahan manusia, maka Tindakan penyelamatan
oleh sang Bapak akan dilakukan. Entah beliau akan melakukannya sendiri
sebagaimana ketika beliau mewujudkan dirinya sebagai awatara ataukah hanya
mempergunakan alat dan hukum yang telah ditetapkannya yakni gabungan bencana
untuk membersihkan dan menyaring manusia. Bencana yang dilabel dengan nama
Kiamat.
Kembali kepada topic bahasan
tentang Leela Sri Krishna, setelah Ibu pertiwi menghadap dewa Brahma, kemudian
dewa Brahma mengajak Ibu Pertiwi dan semua dewa dan para rsi lainnya untuk
membahas persoalan itu, dan yang mana akhirnya disepakati bahwa mereka harus
segera menghadap Sri Vishnu yang memang memiliki tugas sebagai pengendali dan
pemelihara semesta raya. Pada waktu itu dalam kumpulan para dewa dan para Rsi
juga mahluk-mahluk sorgawi lainnya yang bertandang ke kediaman Sri Vishnu di
Vaikuntha loka, Sri Vishnu berjanji bahwa Ia sendiri yang akan muncul di bhumi
guna menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma atau kebenaran yang telah
disimpangkan, guna melindungi para sadhu atau orang suci yang taat akan agama,
guna menghancurkan kejahatan, sekaligus melindungi ajaran ketuhanan Veda. Maka demikianlah
sesuai janji beliau, Sri Vishnu atau Narayana yang adalah Sri Krishna muncul di
bhumi sebagai putra Devaki dan Vasudeva pada bulan Sravana, Tithi-Astami, Bintang
Rohini, Krsna Paksa. Sri Krishna muncul di dalam penjara kerajaan Kamsa karena
pasangan suami istri yang dipakai alat sebagai orang tua Sri Krishna di Bhumi
sedang dipenjarakan lantaran raja Kamsa mendengar suara dari langit bahwa anak
kedelapan dari Devaki dengan Vasudeva yang akan menjadi malaikat pencabut nyawa
bagi dirinya. Kamsa begitu ketakutan menghadapi kematiannya sehingga ia harus
memastikan bahwa anak dari Devaki dengan Vasudeva yang walaupun masih merupakan
adiknya sendiri harus dibunuh saat lahir. Namun siapa dari kita yang bisa
mengerti apalagi berusaha menghalangi rencana Ilahi? Sri Krishna yang muncul
tiba-tiba di dalam sebuah keranjang kecil di samping Ibu Devaki menampakkan
dirinya sebagai Narayana berlengan empat dengan segala kemuliaan-Nya lalu
menyuruh Vasudeva membawa diri-Nya (Krishna yang masih bayi) ke Repalle Gokul. Berbagai
keajaibanpun terjadi pada waktu itu, dimana para penjaga penjara menjadi
terlelap tidurnya lalu rantai yang mengikat mereka dan juga pintu sel penjara
menjadi terbuka, selanjutnya ketika ingin menyebrangi sungai yang lagi meluap
karena banjir, tiba-tiba seekor ular besar berkepala seribu muncul untuk
menaungi Krishna yang masih bayi agar tidak kehujanan dan juga tidak terseret
arus sungai yang deras. (bagi manusia modern yang kebanyakan nonton film
misteri, pasti akan sangat menyangsikan peristiwa ini dengan cibiran sinis “Ah
engga’ mungkin! Memangnya sinetron” padahal jika mereka mau jujur mengakui
bahwa walaupun jaman telah banyak berubah namun hal-hal di luar daya nalar dan
logika manusia nyatanya masih sering terjadi. Sesuatu yang rasanya tidak
mungkin bagi otak manusia dengan segala keterbatasannya namun nyata tanpa bisa
dinalar. Misalnya bagaimana si David Coverfield bisa terbang tanpa sayap, lalu
bagaimana mungkin manusia bisa berubah menjadi monyet atau api ketika
menyaksikan ‘Leak bali’ trus bagaimana serabut kelapa atau benda-benda aneh
lainnya bisa nyangkut dalam tubuh orang karena teluh. Memangnya bisa
dijelaskan dengan teknologi. Tentu sulit
sekali. Maka demikianlah jika di jaman sekarang saja kenyataan itu masih bisa
terjadi maka India sebagai gudangnya para Yogi dan kekuatan mistik tentu sangat
masuk akal jika terjadi hal-hal ajaib seperti ketika kemunculan Sri Krishna. Jadi
bukan sekedar cerita khayal manusia. That was history NOT ONLY STORY.
So! Setelah
peristiwa dipindahkannya Krishna bayi dari penjara Krishna, dan setelah
kembalinya Vasudeva dari repalle, segala sesuatunya tampak seperti sedia kala
hanya saja, sampai pada saat dimana bayi perempuan yang dipakai untuk menukar
Krishna, tiba-tiba menangis melengking membangunkan para penjaga penjara yang
kemudian memberitahu tentang kelahiran anak Devaki yang kedelapan. Bayi perempuan
itu yang sebenarnya adalah perwujudan Narayani, segera menampakkan diri setelah
dicoba untuk dibunuh oleh Kamsa. Narayani memberitahukan kamsa bahwa malaikat
kecil pencabut nyawanya telah dipindahkan ke suatu tempat yang aman dan siap
untuk memenuhi tugas-Nya. Dari ini rasa panic dan ketakutan Kamsa terus menjadi
jadi sehingga ia mengutus berbagai raksasa suruhannya untuk menghabisi semua
bayi yang baru lahir di kerajaannya.
Inilah beberapa Leela
atau permainan Ilahi Sri Krishna yang pernah ditunjukkan kepada umat manusia
beserta makna dan kasih beliau.:
1.
Krishna membunuh raksasi
Putana yang menyamar sebagai seorang ibu muda yang ingin menimang dan menyusui
Sri Krishna dengan air susu beracun yang telah dibubuhkan dalam susunya. Sri
Krishna yang murah hati mengabulkan keinginannya itu dengan menjadi anaknya
tetapi karena air susunya beracun dan diniatkan dengan tidak baik, maka Sri
Krishna bukan saja menyusu tetapi juga menghisap sari kehidupan raksasi itu
sampai mati. Bilamanakah sejarah masa lalu Putana di kehidupan terdahulu sampai
menerima karunia demikian ? Putana dalam kehidupan sebelumnya adalah Ratnavali,
puteri dari Maharaja Bali. Saat Sri Krishna muncul di bhumi ini beberapa tahun
sebelumnya sebagai seorang Brahmana cebol yang bernama Vamana. Untuk membatasi
kekuasaan Maharaja Bali yang telah mengambil hampir seluruh wilayah bhumi
sebagai kekuasaannya, Tuhan Sri Krishna muncul sebagai Brahmana cebol yang
meminta tanah seluas 3 jengkal kaki-Nya. Pada waktu Sri Vamana menghadap Maharaja
Bali, Ratnavali begitu terpesona melihat aura kedewataan sang Brahmana cebol
sehingga ia berfikir bahwa “alangkah menyenangkannya jika ia berkesempatan
menjadi ibu bagi anak seperti itu.” Tetapi saat Vamana bertrivikarma menjadi
personalitas yang sangat besar lalu menginjakkan langkah kaki-Nya yang ketiga
di kepala bapaknya dan menekannya sampai di planet neraka, Ratnavali dipenuhi
dengan keinginan untuk membunuh Vamana. Maka begitulah untuk mengabulkan kedua
keinginannya itu, maka pada penjelmaan-Nya sebagai Sri Krishna ia memberikan
kesempatan kepada Putana (Ratnavali) untuk menimangnya sebagai anak dan juga
kesempatan untuk mencoba membunuh-Nya. Walaupun ia sendiri yang akhirnya
terbunuh.
2. Krishna mengangkat bukit
Govardana. Pada waktu itu ada tradisi tahunan bagi penduduk desa Repalle untuk melakukan
persembahan kepada Dewa Indra guna mendapatkan hujan. Karena sebagaimana kita
ketahui bahwa dalam administrasi ketuhanan, Dewa Indra adalah seperti menteri yang
diberikan kewenangan untuk mengatur curah hujan bagi kesejahteraan umat
manusia. Namun sayang bahwasannya dewa Indrapun telah takabur menganggap bahwa
kekuasaannya itu adalah bersumber dari dirinya sendiri, sehingga untuk
menyadarkan hal ini, Sri Krishna menganjurkan penduduk desa agar menghentikan tradisi tahunan tersebut dan sebagai
gantinya, Sri Krishna meminta agar dilakukan pemujaan kepada Bukit Govardana
yang telah menyimpan air hujan lalu memberikan kesuburan bagi penduduk desa
itu. Melihat kenyataan itu, dewa Indra sangat murka lalu menurunkan hujan badai
yang sangat lebat di daerah Gokul selama 7 hari 7 malam. Untuk melindungi
penduduk Repalle (Gokula) inilah akhirnya Sri Krishna mengangkat bukit
Govardana sebagai tempat bagi para penduduk dan binatang piaraan mereka
berteduh dari keganasan hujan badai yang dikirim oleh dewa Indra. Peristiwa ini
berlangsung selama 7 hari dimana Sri Krishna menopang bukit Govardana hanya
dengan jari kelingking-Nya. Sehingga membuat dewa Indra menyadari bahwa yang
sedang dihadapinya adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga ia berlutut dan
memohon ampunan-Nya.mungkin ada sedikit pertanyaan yang mengganjal, kenapa
Tuhan Sri Krishna tidak menghentikan hujannya saja. Ini dikarenakan bahwa Tuhan
tidak selayaknya melawan hokum alam. Ketika bencana terjadi, Tuhan akan
melindungi para penyembah-Nya dan memberikan kekuatan untuk bertahan tetapi
bukan untuk mencegah bencana itu. Di lain sisi, kegiatan Sri Krishna ini juga
sangat berkaitan dengan sejarah bukit Govardana dimaksud. Diriwayatkan bahwa pada
jaman Dvapara ketika Tuhan Sri Krishna muncul sebagai Sri Rama pada waktu akan
membuat jembatan ke Alengkapura guna menyelamatkan Dewi Sita, Bukit Govardhana
menjadi salah satu bukit yang dipilih untuk dilempar ke dalam laut guna membuat
jembatan penghubung antara India dan Sri langka. Namun ketika bukit yang
istimewa itu telah dicabut dan siap dibawa ke lautan, ada instruksi bahwa
jembatan sudah selesai dikerjakan. Hal itu otomatis menghalangi kesempatan sang
bukit untuk mengabdikan dirinya bagi kegiatan Tuhan Sri Rama. Bukit itu menjadi
kehilangan daya dan semangat hidup, semua pepohonan diatasnya seakan mau mati
karenanya. Mendengar hal ini akhirnya Sri Rama berjanji bahwa pada saat kedatangan-Nya
kembali ke bhumi, Ia akan menyertakan bukit itu dalam kegiatan Ilahi-Nya. Dan begitulah
demi menepati janji yang telah diucapkannya, maka Sri Rama yang telah muncul
kembali dalam diri Tuhan Sri Krishna mempergunakan bukit Govardhana untuk
menyadarkan keangkuhan Dewa Indra. Perlu dicatat juga disini bahwasannya
pemujaan kepada para dewa bukanlah DILARANG oleh Tuhan Sri Krishna, yang mana
biasanya para penyembah mempergunakan kisah ini sebagai acuan. Tuhan Sri
Krishna melarang penduduk memuja dewa Indra karena pada waktu itu dewa Indra
telah takabur menganggap bahwa kekuatan dan kekuasaannya untuk menurunkan hujan
berasal dari dirinya sendiri, padahal itu semua berasal dari daya dan kemampuan
yang dianugrahkan oleh Tuhan Sri Krishna. Dari kisah ini juga diharapkan agar
manusia bisa melihat kejelasan bahwa sumber segala penyebab di dunia ini adalah
Tuhan sedangkan para dewa hanyalah mentri-mentri yang diperbantukan untuk
mengurus masalah dimaksud. Sebab jika Tuhan Sri Krishna benar-benar melarang
pemujaan kepada para dewa maka ayat 11 dan 12 dari bab III Bhagavad Gita tentu
tidak akan bermakna. Walaupun di bab selanjutnya Tuhan Sri Krishna memberikan
stressing bahwasannya manusia harus lebih menyerahkan diri kepada beliau
sehingga secara otomatis kebutuhannya akan dipenuhi.
3.
Sri Krishna sangat dekat
dengan para gopi, seakan-akan Sri Krishna adalah sosok anak kecil yang akan
tumbuh menjadi pemuda playboy. Masa kecil Sri Krishna memang tidak pernah bisa
dipisahkan dengan gelak tawa riang para gopi didekatnya. Kebahagiaan itu
diciptakan oleh Tuhan Sri Krishna hanyalah untuk menjawab do’a dari para
bhakta-Nya. Para gopi itu dalam kelahiran mereka sebelumnya adalah para Rsi
pada masa Krta Yuga yang hanya memperoleh kesempatan dharsan dari Tuhan. Dan hal
ini kurang memuaskan mereka. Pada masa Treta Yuga ketika Tuhan muncul sebagai
Sri Rama, para Rsi ini rela dilahirkan sebagai pasukan kera agar dapat
menikmati dharsan (Penampakan) dan juga Sambhasan (Wejangan) langsung dari
Tuhan. Selanjutnya pada masa Dvapara yuga ketika Tuhan muncul dalam wujud Sri
Krishna, merekapun kembali mengikuti beliau dengan terlahir sebagai para gopi
dan gopa penggembala sapi di Vrndavan hanya agar mendapat kesempatan lebih
untuk menikmati Dharsan,(Penglihatan-tatapan langsung) Shambasan (Wejangan),
dan Sparsan (bersentuhan serta bercakap-cakap dengan Tuhan secara langsung)
sebab di dalam loka-loka yang lain, kesempatan seperti itu sangat sulit untuk
dicapai.
4. Krishna membunuh tukang
cuci kerajaan. Hal ini bukanlah tanpa alasan mendasar sebab Krishna bukanlah
seorang pembunuh. Pada waktu Krishna dan Balarama meneruskan perjalanan ke
kerajaan Kamsa, mereka melihat tukang cuci kerajaan membawa sebundelan jubah
kerajaan. Krsna merampas buntelan itu lalu memberikannya satu kepada Balarama
untuk dipakai. Tukang cuci tersebut menjadi marah lalu mengajak bertengkar. Lalu
Sri Krishna menampar pipi tukang cuci tersebut yang menyebabkan kematiannya. Balarama
tidak mengerti akan hal itu lalu meminta penjelasan dari Krishna. Sri Krishna
menjawab bahwa ia telah membunuh tukang cuci tersebut karena ia memang ingin
mati ditangan-Nya. Pada kelahirannya terdahulu, pada masa Treta Yuga, Tukang cuci
itu adalah orang yang telah menyebarkan propaganda serta bertanggung jawab atas
pengasingan (Kelahiran kembali) Ibu Dewi Sita.namun akhirnya ia menyesal dan
berdoa kepada Sri Rama untuk membunuhnya karena dosa yang tak termaafkan itu. Tapi
Sri Rama tidak melakukannya. Ia hanya memastikan bahwa keinginan tukang cuci
itu akan dipenuhinya pada saat kemunculannya sebagai Sri Krishna pada masa
Dvapara Yuga. Demikianlah orang itu akhirnya terlahir sebagai tukang cuci di
kerajaan Kamsa dan Sri Rama muncul kembali sebagai Sri Krishna.
5.
Rasa lila atau Krida,
ini sungguh-sungguh merupakan sebuah episode yang kebanyakan dikelirukan dan disalah
artikan. Pemuda berkulit hitam keabu-abuan (Sri Krishna) yang menari di saat
bulan bersinar cerah dengan para gadis penggembala sapi. Banyak yang tidak
memahami bahwa pada saat itu masing-masing gopi mendapatkan satu orang Krishna,
artinya Krishna pada waktu yang sama telah mengekspansikan dirinya menjadi
puluhan Krishna yang sama yang mana masing-masing gopi itu tidak bisa menyadari
kenyataan yang sesungguhnya. Mereka hanya tenggelam dalam suka citanya
masing-masing dengan berpikir bahwa hanya dirinyalah yang mendapatkan Krishna. Namun
kenyataannya, semua gopi itu mendapatkan Krishna yang sama. sesungguhnya makna
yang terkandung dari permainan Ilahi ini adalah bahwa seluruh alam semesta ini
adalah Vrndavan dan semua gopi adalah jiwa. Setiap jiwa rindu ingin selalu
bersama Tuhan dan menunggu panggilan seruling-Nya. Permainan itu adalah
kesenangan paramaatma yang dibagi kepada para gopi atau jiwatma.
6.
Gopika Vastrapaharanam. Ini
juga merupakan kisah ketuhanan yang sangat dikelirukan dan disalah artikan oleh
orang awam. Mereka yang tidak mengakui ke-Ilahian Sri Krishna dengan gampangnya
mencaci maki Sri Krishna sebagai tokoh asusila, seorang perayu wanita yang
telah mencuri sari para gopika ketika mereka sedang mandi di sungai. Krishna memberikan
sari mereka jika para gopika mau beranjak dari sungai dalam keadaan telanjang
dan mengangkat tangannya keatas sebagai tanda menyerah dan menyelamatkan mereka
dari rasa malu. Sesungguhnya makna mendalam dari kisah ini adalah kalau seorang
sadhaka belum bisa menghilangkan kesadaran badannya artinya masih menganggap
diri sebagai badan yang memiliki nama dan rupa dan bukannya menginsyafi diri
sebagai jiwa penghuni badan, dimana dalam kisah itu diibaratkan sebagai rasa
malu dalam badan yang telanjang, maka ia tidak akan memperoleh rahmat Tuhan
yang digambarkan dengan mendapatkan kembali sari mereka. Kenyataannya Deha
berarti sesuatu yang dipakai atau Vastra. Ketika para gopika tersebut menanyai
Krishna apakah Dharma (kebajikan) dari bagian-Nya yang telah mencuri pakaian
atau sari mereka, Krishna berkata bahwa para gopikalah yang tidak menjalankan
Svadharma sebagai Atma dharma tetapi malah menjalankan Deha dharma atau
kesadaran badan.
7.
Navanitachora, Krishna
mencuri mentega. Ini adalah sebuah kisah yang juga sarat makna. Sebenarnya Tuhan
Sri Krishna tidak menginginkan mentega karena Tuhan maha kaya yang punya
segala-galanya. Sama halnya dengan kegiatan Gopika Vastrapaharanam. Krishna
bisa menciptakan segalanya termasuk bidadari yang paling cantik sekalipun, jadi
apakah masuk akal jika Tuhan melakukan hal tersebut hanya sebagai pelampiasan
nafsu saja seperti manusia. Jawabannya TIDAK!
Segala sesuatu yang diperbuat
oleh Tuhan ada makna dan latar belakangnya yang kadang sulit dimengerti oleh
keterbatasan indera manusia. Sama halnya dengan kegiatan mencuri mentega ini. Mentega
sebenarnya adalah wujud atau simbul dari kemurnian pikiran yang tertanam dalam
periuk hati dari para gopika. Navanita berarti pikiran murni dan pikiran hanya
bisa dibuat murni jika diaduk terus menerus dengan sadhana namasmaranam atau
mengingat-ingat nama dan kegiatan Tuhan. Jadi sesungguhnya Krishna hanya
menginginkan pikiran murni dari manusia yang telah mengingatnya dalam segala
waktu dan keadaan.
8. Krishna menjadikan
diri-Nya suami dari 8 istri dan 16.108 gopika. Maksud dari kisah ini adalah
bahwasannya orang harus mengerti terlebih dahulu makna dari (Bharta) suami,
yaitu : orang yang menjadi panutan dan orang yang menjaga. Siapa lagi yang
benar-benar dapat disebut sebagai suami-Svami selain daripada Tuhan. Disini tubuh
merupakan kediaman bagi kesadaran Ilahi atau Tuhan. Dalam tubuh ada 6 pusat
spiritual yang dilalui Kundalini Sakti atau daya energy Ilahi yang berwujud
ular bergelung, yang muncul dari Muladhara cakra (Pusat energy dasar) sampai ke
Sahasrara (Pusat bunga teratai berdaun bunga seribu) di puncak. Diantaranya ada
4 pusat spiritual cakra. Ketika Kundalini itu bangkit mencapai Sahasrara,
pencerahan akan terjadi. Kundalini mencapai Hrdaya Cakra (teratai hati dengan 8
daun bunga). Makna yang terkandung dalam hal ini adalah 8 daun bunga teratai
berarti 8 jiwa, 8 arah, dan 8 penjaga. Krshna yang menjadi suami atau raja dari
8 permaisuri melambangkan 8 daun bunga. Kundalini sakti naik lagi pada
Sahasrara, setangkai bunga teratai yang berdaun bunga seribu, yang
masing-masing memiliki 16 kala atau sinar. Jadi 16.000 Gopika adalah symbol dari
16.000 kala yang kemudian menimbulkan pencerahan. Jadi disini Krishna
menjadikan dirinya sebagai suami bagi 16.108 gopi itu bukanlah dalam artian
untuk menikmati kepuasan indriawi. Karena Tuhan berada diatas 3 sifat atau guna
alam semesta material.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar