Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Meera dan Krishna |
Mira Bai (1498 -1577)
Bakta Agung Shri Krishna – Tokoh Terkemuka Prema Bhakti Putri Meera bai menyatu dengan Krishna di Brindavan
Bakta Agung Shri Krishna – Tokoh Terkemuka Prema Bhakti Putri Meera bai menyatu dengan Krishna di Brindavan
(Di susun dan dirangkum dari berbagai sumber
oleh: Purnawarman. BP.)
Ramakrishna Paramahansa, guru Swami Vivekanda mengatakan, “dunia ini bagaikan Rumah Sakit Jiwa(gila), ada yang gila harta, ada yang gila uang, ada yang gila perempuan, ada yang gila hal-hal duniawi lainnya. Tapi satu-satunya kegilaan yang tidak menimbulkan resiko sedikitpun adalah GILA TUHAN. Menyanyilah dengan penuh kegilaan pada Tuhan, maka engkau bahagia selamanya.
Mira dianggap sebagai inkarnasi dari Radha. Dia lahir di tahun Samvat 1557 atau tahun 1499 Masehi di Desa Kurkhi, dekat Merta, sebuah negara bagian yang kecil di Marwar, Rajasthan, India Utara. Mira adalah putri Ratan Singh Ranthor dan cucu dari Dudaji dari Merta. Keluarga Ranthor dari Merta adalah bakta agung Tuhan Wisnu. Mira Bai dibesarkan di tengah-tengah pengaruh ajaran Waisnawa yang mana hidupnya terbentuk di jalan bakti Kesadaran Krishna. Dia belajar menyembah Sri Krishna dari masa kecilnya. Ketika dia berumur empat tahun, ia memperlihatkan kecenderungan spiritual yang tinggi dan baktinya kepada Krishna semakin kuat dan dalam. Sekali peristiwa ada iring-iringan prosesi pernikahan di depan rumahnya. Pengantin laki-laki tersebut berpakaian indah sekali. Mira, yang masih anak-anak, melihat pengantin laki-laki itu dan berkata kepada ibunya dengan polos, "Ya ibu, siapa calon pengantin laki-laki saya?." Ibu Mira tersenyum, dan sambil setengah bercanda dan setengah sungguh-sungguh, ibu Mira menunjuk ke arah patung dan gambar Sri Krishna dan berkata, "Sayangku Mira, Lord Krishna-Pemuda tampan ini adalah pengantin priamu."
Mira yang masih kecil, lugu dan polos mulai mencintai pujaan hatinya Shri Krishna dengan mendalam. Mira menghabiskan sebagian besar waktunya dengan memandikan dan mengenakan pakaian pada arca Krishna dan menghias gambar-gambar Shri Krishna dengan bunga. Dia tidak hanya memuja dan menyembah arca dan gambar Shri Krishna tetapi tidur dengannya. Dia menari-nari di hadapan arca dan gambar itu dalam ekstasi kebahagiaan yang luar biasa. Dia menyanyikan lagu-lagu indah di depan arca dan gambar Shri Krishna. Bahkan Mira bercakap-cakap dengan arca pujaan hatinya, Shri Krishna. Ia percaya bahwa suatu hari Giridhara Gopala (Shri Krishna) akan datang menikahinya. Tahun demi tahun berlalu ia baktinya semakin meningkat dan ia yakin sekali kelak Krishna akan menjadi suaminya.
Ayah Mira merencanakan
pernikahannya dengan Rana Kumbha dari Chitore, di Mewar. Mirabai sebenarnya
tidak pernah berpikir akan menikah dengan manusia, karena hatinya telah terikat
dengan pikiran yang terpusat kepada Krishna, kekasih hatinya. Tapi begitupun
setelah pernikahan Mira menjadi istri yang sangat berbakti kepada suaminya. Dia
mematuhi perintah suaminya dengan sepenuh hati. Setiap hari, setelah tugas
rumah tangganya selesai, dia akan pergi ke Kuil Tuhan Krishna, memuja,
menyembah, bernyanyi dan menari di depan arca Krishna, Tuhan yang sangat ia
cintai. Mendengar nyanyian dan tarian Mira yang khusyuk dan penuh bakti, Patung
Krishna menjadi hidup, bergerak dan merangkul memeluk Mira, bermain suling dan
berbicara dengannya. Ibu mertua Mira dan wanita lain yang ada di rumah itu
tidak suka dengan apa yang Mira lakukan, apalagi mereka manusia duniawi dan
penuh kecemburuan dan iri hati. Mereka semua membenci Mira. Ibu mertua Mira
memaksanya untuk menyembah Durga dan sering menegurnya dengan keras. Tapi Mira
bersikeras pada pendiriannya. Dia berkata, "Saya sudah menyerahkan hidup
saya untuk kekasihku Krishna." Adik ipar Mira, Udabai merencanakan
konspirasi jahat dan mulai memfitnah Mira yang tidak bersalah. Dia memberitahu
Rana Kumbha bahwa Mira berselingkuh dengan orang lain, dan ia melihat dengan
mata kepalanya sendiri saat Mira di kuil dengan kekasihnya, dan dia bersedia
menunjukkan kepadanya orang itu jika Rana mau menemaninya memergoki Mira
bersama kekasih gelapnya pada suatu malam. Dia lebih lanjut menambahkan bahwa
Mira, berdasarkan perilakunya, telah membawa sebuah penghinaan besar pada
reputasi keluarga Rana Chitore. Rana Kumbha sangat marah mendengar hal ini. Dia
langsung berlari dengan pedang di tangan menuju kamar pribadi Mira. Untungnya,
Mira tidak di kamarnya.
Seorang kerabat Rana yang baik hati menasehatinya dan berkata, "Tunggu Rana! Jangan tergesa-gesa mengambil tindakan. Engkau akan menyesal nanti. Pertimbangkan dengan baik sebelumnya. Selidiki dulu masalah itu dengan sangat hati-hati. Cari tahu kebenarannya. Mira adalah seorang wanita yang sangat berbakti kepada Tuhan. Apa yang engkau telah dengar sekarang mungkin rumor liar saja. Karena iri belaka, beberapa wanita mungkin telah mengarang cerita bohong belaka untuk melawan dan merusak kehormatan diri Mira. Tenangkan dirimu sekarang. " Rana Kumbha menyetujui nasihat bijak dari kerabatnya. Adik Rana membawanya ke kuil di tengah malam. Rana Kumbha mendobrak pintu Kuil, bergegas masuk ke dalam dan menemukan Mira sedang sendirian dalam suasana menari dan menyanyi dengan kebahagiaan jiwa dan ia berbicara dengan sosok idolahnya, patung Shri Krishna.
Rana berkata kepada Mira, "Mira, dengan siapa engkau berbicara sekarang? Tunjukkan kekasihmu." Mira menjawab, " itu, itu Dia kekasihku yang duduk itu, Tuhanku - Navanitachora yang telah mencuri hatiku." Mira larut kembali dalam tarian dan nyanyiannya kepada Krishna. Ada kabar angin bahwa Mira membaur sangat bebas dengan para Sadhu, para pertapa. Tidak diragukan lagi, Mira sangat memperhatikan para Sadhu dan bergaul dengan bebas dengan mereka. Mira tidak pernah peduli sedikit pun dengan skandal yang di gembar-gemborkan itu. Dia berdiri tenang, dengan pikiran terpusat pada Krishna, Tuhan pujaannya.
Mira dianiaya dengan berbagai cara oleh suaminya dan kerabatnya. Dia mendapatkan perlakuan sama seperti bocah kecil Prahlada yang disiksa oleh ayahnya sendiri Hiranyakasipu. Tuhan Hari melindungi Prahlada. Di sini, Sri Krishna selalu berdiri di sisi Mira. Pada suatu hari Rana mengirim seekor ular kobra dalam keranjang kepada Mira dengan pesan bahwa keranjang itu berisi kalung bunga. Mira mandi dan kemudian duduk untuk melakukan pemujaan. Setelah menyelesaikan meditasinya, dia membuka keranjang dan menemukan di dalamnya patung indah Sri Krishna dan kalung bunga. Kemudian Rana mengirimnya secangkir racun dengan pesan bahwa itu adalah nektar-madu. Mira mempersembahkan madu itu kepada Tuhan Krishna dan meminumnya sebagai Prasad-Nya. Itulah nektar yang sesungguhnya baginya. Kemudian Rana mengirim ranjang paku untuk Mira sebagai tempat tidurnya. Selesai ibadah Mira langusng tidur di ranjang paku tersebut. Lihat! Ranjang paku itu berubah menjadi ranjang mawar.
Ketika Mira disiksa sedemikian rupa oleh kerabat suaminya, ia mengirim surat kepada Tulsidas, dan meminta saran dari santo - orang suci tersebut. Mira menulis demikian: "Semua keluarga saya menyusahkan dan mengganggu saya, karena saya bergaul bersama para Sadhu. Saya tidak bisa melanjutkan praktek ibadah saya di rumah ini lagi. Saya telah mengikat Giridhar Gopal(Shri Krishna) sebagai teman saya sedari kecil. Saya sangat terikat dan mencintai-Nya. Aku tidak bisa melepaskan ikatan itu."
Tulsidas mengirim balasan. "Abaikan mereka, orang-orang yang tidak menyembah Rama dan Sita, seolah-olah mereka adalah musuhmu, meskipun mereka adalah kerabat tersayangmu. Prahlada meninggalkan ayahnya, Vibhishana meninggalkan saudaranya Rahwana, Bharata meninggalkan ibunya, Bali menderita sengsara bahkan meninggalkan Gurunya, para gopi, para wanita Vraja, melepaskan suami mereka hanya untuk mencapai dan menyatu dengan Tuhan. Kehidupan mereka semua jauh lebih bahagia karena telah melakukan hal demikian. Pandangan orang-orang suci bahwa hubungan dengan Tuhan dan hanya dengan mencintai Tuhan seutuhnya merupakan hubungan yang benar dan kekal selamanya, semua hubungan yang lainnya tidaklah kekal dan bersifat sementara."
Mira mematuhi perkataan suaminya. Dia melanjutkan perjalanannya ke sungai untuk menenggelamkan dirinya. Nama-nama Tuhan "Govinda, Giridhari, Gopal" senantiasa terucapkan(berkumandang) di bibirnya dengan manis. Dia bernyanyi dan menari dalam ekstasi-kebahagiaan jiwa yang mendalam dalam perjalanannya ke sungai. Ketika dia mengangkat kakinya dari tanah untuk masuk ke sungai, ada tangan dari belakang menariknya. Dia berbalik ke belakang dan melihat sosok Krishna-nya yang tercinta. Dia jatuh pingsan. Setelah beberapa menit ia membuka matanya. Krishna tersenyum dan berbicara dengannya dengan kata-kata ini: "Sayangku Mira, hidupmu dengan suami dan kerabat fanamu ini sekarang sudah berakhir. Engkau bebas sepenuhnya. Berbahagialah. Engkau milik-Ku sekarang. Segera lanjutkan perjalananmu ke pondok para Vraja dan jalan menuju Brindavan..... Carilah Aku di sana, anak-Ku. Cepatlah. " Kemudian Krishna menghilang.
Mira seketika mematuhi panggilan ilahi. Dia berjalan bertelanjang kaki di jalanan berpasir yang panas di Rajasthan. Dalam perjalanannya, dia disambut oleh banyak wanita, anak-anak dan bakta dengan keramahan yang mendalam. Dia tiba di Brindavan. Dia menemukan kekasih pujaan hatinya yang selalu memainkan seruling dengan nada-nada surgawi di sana. Dia berkeliling Brindavan untuk mengemis makanan dan melakukan pemujaan di Mandir Govinda yang sejak itu menjadi terkenal dan sekarang menjadi tempat ziarah bagi para bakta dari seluruh dunia. Bakta baktanya dari Chitore datang ke Brindavan untuk menemui Mira. Rana Kumbha, suaminya mendatangi Mira dengan menyamar sebagai seorang fakir, yang akhirnya mengungkapkan dirinya di hadapan Mira, bertobat dan menyesali kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dan juga perbuatan kejamnya. Mengetahui itu adalah suaminya, Mira langsung bersujud di kaki suaminya. Suami Mira memohon maaf pada Mira dan memintanya untuk kembali ke istana. Mira menjawab suaminya Rana bahwa Krishna satu-satunya Raja di dunia dan Ia adalah suamiku. Untuk pertama kalinya Kumbha Rana, suami Mira menyadari kesadaran Mira yang maha tinggi dan ia bersujud di kaki Mira, istrinya dengan penuh hormat. Kemudian ia meninggalkan Vrindavan dengan jiwa yang sudah berubah, jiwa yang matang secara rohani. Hingga akhir hayatnya ia tetaplah suami Mira yang sudah berubah menjadi suami yang berbudi luhur.
Jiva Gosain adalah pimpinan aliran Waisnawa di Brindavan. Mira ingin mendapatkan Darshan Jiva Gosain. Dia menolak untuk menemui Mira. Dia mengirim pesan kepada Mira bahwa ia tidak akan mengijinkan wanita manapun bertemu langsung dengannya. Mira Bai menjawab: "Setiap orang di Brindavan ini adalah wanita. Hanya Giridhar Gopal sajalah Sang Purusha. Hari ini saya baru tahu bahwa ada Purusha lain selain Krishna di Brindavan." Jiva Gosain merasa malu mendengar pernyataan itu. Dia merasa bahwa Mira adalah wanita agung yang religius. Dia langsung menemui Mira dan memberikan salam penghormatan kepada Mira.
Kemasyuran Mira menyebar ke seluruh penjuru negeri. Mira terlibat satsang sepanjang hari. Begitu banyak putri dan ratu telah datang dan pergi. Begitu banyak Rani, Kumari dan Maharani yang telah muncul di panggung dunia ini dan menghilang begitu saja. Namun demikian hanya ratu Chitore saja yang masih dikenang? Apakah ini karena kecantikannya? Apakah ini karena keterampilan puisinya? TIDAK!, Ini karena renunsiasi/penyangkalan diri, bakti yang terpusat kepada Krishna dan mewujudkan Tuhan di dalam diri. Dia berhadapan dengan Krishna. Dia berbicara dengan Krishna. Dia makan dengan Krishna - Kekasihnya. Dia meneguk minuman surgawai Krishna - prema-rasa dan tenggelam dalamnya. Dia bernyanyi dari kedalaman hatinya yang merupakan irama jiwanya, irama Kekasihnya, pengalaman spiritualnya yang unik. Dan dia telah menyanyikan lagu penyerahan diri total dan cinta. Dia menyanyi dan menari di jalanan dengan penuh cinta kepada Krishna.
Mira menghayati penampakan kosmik Krishna yang luar biasa. Dia melihat Krishna di pohon, di batu, di tanaman menjalar, dalam bunga, pada burung, dalam semua makhluk - dalam segala hal. Singakat kata, ia melihat Krishna bersemayam dalam segala makhluk. Selama nama Krishna dikumandangkan, maka nama Mira juga hadir di situ.
Adalah hal yang sangat sulit untuk menemukan tokoh yang sejajar atas kepribadian agung nan luhur seperti – Mira - seorang suci, Santa, filsuf, penyair dan seorang Rishika. Dia adalah seorang jenius serbabisa dan jiwa mulia nan dermawan. Hidupnya memiliki pesona tunggal, dengan kecantikan yang luar biasa dan menakjubkan. Dia adalah putri bangsawan, tapi dia meninggalkan semua kesenangan dan kemewahan dari status kebangsawanannya, dan sebaliknya memilih hidup miskin, menderita, asketisme dalam Tyaga, Titiksha, dan Vairagya. Meskipun dia adalah seorang wanita muda cantik, dia memasuki perjalanan berbahaya di jalan spiritual di tengah berbagai kesulitan. Dia mengalami berbagai cobaan dengan keteguhan hati dan keberanian yang sempurna. Dia tegak bagaikan karang dengan tekad bulat yang penuh ketulusan hati dan cinta. Dia memiliki kemauan yang besar.
Lagu Mira menanamkan iman, keberanian, pengabdian, bakti dan kasih kepada Tuhan dalam benak para pembaca. Nyanyian-nyanyian Mira menginspirasi calon peminat kehidupan rohani untuk mengambil jalan bakti, dan lagu-lagu itu melahirkan sensasi jiwa luar biasa dan mencairkan hati ke dalam cinta Tuhan yang tiada akhir di dalam diri mereka.
Kehidupan duniawi Mira penuh masalah dan kesulitan. Dia dianiaya. Dia tersiksa namun dia terus semangat maju tak gentar dengan pikiran yang seimbang sepanjang hidupnya, dengan kekuatan bakti dan kasih karunia Krishna yang tercinta. Meskipun dia seorang Putri Ningrat, ia memohon sedekah dan kadangkala hidup hanya dengan minum air saja. Dia menjalani kehidupan sanyasi(meninggalkan keduniawian) dengan sempurna dan penyerahan diri mutlak seutuhnya kepada Bhagawan Krishna.
Mira mengandung Raganuga atau Ragatmika Bhakti. Dia tidak pernah peduli atas kritik masyarakat dan perintah dari Shastra. Dia menari di jalanan. Dia tidak melakukan ibadah ritual. Dia menyemayamkan cinta yang spontan untuk Lord Krishna. Dia tidak berlatih Sadhana-bhakti. Dari masa kecilnya dia mencurahkan cintanya pada Tuhan Krishna. Krishna adalah suaminya, ayah, ibu, teman, kerabat dan Gurunya. Krishna adalah Prananath-nya. Mira sudah menyelesaikan tahap awal ibadahnya dalam kelahiran sebelumnya.
Sifat Mira tak kenal takut, sederhana dalam kebiasaan-nya, bersukacita dalam wataknya, ramah dalam laku-nya, anggun dalam perilaku dan elegan dalam sikapnya. Dia menenggelamkan dirinya dalam kasih Giridhar Gopal. Nama Giridhar Gopal selalu di bibirnya. Bahkan dalam mimpinya, dia tinggal dan dia telah berada bersama Sri Krishna.
Dalam mabuk ilahi-nya, Mira menari di tempat umum. Kesadarannya yang maha tinggi tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dia tenggelam dalam lautan Prem(cinta). Dia tidak memikirkan tubuhnya dan sekitarnya. Siapa yang bisa mengukur kedalaman baktinya? Siapa yang bisa memahami keadaan batinnya yang mengandung Premamaya Maha-bhava? Siapa yang bisa mengukur kapasitas hatinya yang luas itu?
Mira menghembuskan aroma bakti ke seluruh pelosok penjuru bumi. Siapa saja yang datang mendekat ke arahnya akan dipengaruhi oleh arus kuat cintanya(Prem). Mira seperti Lord Gauranga. Dia adalah perwujudan dari cinta dan kepolosan, keluguan hati. Hatinya adalah Kuil bakti. Wajahnya adalah bunga teratai dari Prem(cinta). Ada kebaikan suci dalam wajahnya, cinta dalam ucapannya, sukacita dalam wacananya, kekuatan dalam pembicaraannya dan semangat bakti dalam lagu-lagunya. Alangkah agung dan luhurnya kepribadian wanita ini!! Benar-benar sosok yag menawan dan mempesonakan hati!
Lagu mistik Mira bertindak sebagai balsem yang menyejukkan hati yang terluka dan saraf-safat yang lelah bagi mereka yang bekerja keras dan bergulat di dunia ini dengan beban berat kehidupan. Musik lembut nan syahdu dari lagu-lagunya memberikan pengaruh kemurahan hati bagi para pendengar, melenyapkan perselisihan dan ketidakharmonisan, dan menenangkan tidur mereka. Bahasa cinta Mira ini begitu kuat bahkan para ateis pun benar-benar akan tersentuh oleh lagu-lagu pemujaannya pada Tuhan.
Mira memainkan lakonnya dengan baik di panggung dunia ini. Dia mengajarkan dunia cara untuk mencintai dan mengasihi Tuhan. Dia mendayung perahu kehidupannya dengan cekatan dalam lautan badai yang penuh masalah keluarga dan kesulitan hidup dan mencapai pantai kehidupan lainnya yang penuh dengan kedamaian tertinggi dan keberanian mutlak – tahta kerajaan cinta tertinggi dan teragung. Meskipun ia masih muda, ia menanggung penderitaan dan penganiayaan dengan tenang. Dia mengalami ejekan yang menusuk hati dan kritik sarkastis dunia dengan gagah berani. Dia telah meninggalkan kesan yang tak terhapuskan pada dunia dan namanya akan dikenang ke anak cucu kita semua.
Pada hari Krishna Janmashtami di kuil Krishna di Brindavan, ada banyak sukacita di kediaman Tuhan Krishna. Cahaya lampu, suara bhajan yang berkumandang dan energi yang mengalir dari kebahagiaan para bakta mengisi udara dan langit. Dengan tamburi di satu tangan dan symbal atau chipla di tangan lainnya, Tapasvini Agung Mira menyanyi dengan penuh kebahagiaan jiwa di hadapan Gopalanya yang tersenyum manis. Mira bangkit dan menari dengan nyanyiannya ‘Mere Janama Maran Ke Sathee,’ dan ketika lagu itu berakhir, Mira menjatuhkan diri di kaki Giridhari Gopala(Shri Krishna) sambil berkata, “Oh, Giridhari, apakah engkau memanggilku, aku datang. Ketika semua yang hadir melihat kejadian ini dengan penuh rasa takjub, ada seberkas cahaya yang menyelimuti Mira dan ruang utama pemujaan kuil tertutup seketika atas kehendak Mereka. Ketika pintu utama kuil dibuka, sari Mira menyelimuti patung Shri Krishna dan hanya suara Mira dan seruling Krishna yang didengar pada saat itu.
Mirabai menyatu, Manunggal dengan Shri Krishna di Kuil Krishna di Vrindaban di hadapan para bakta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar