Senin, 19 November 2012

Keagungan Wanita

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Wanita adalah penyelenggara rumah tangga pembentuk bangsa dan dunia. Kalian adalah para ibu yang membina generasi. Kalian harus menyemayamkan dorongan rohani ke arah cahaya dan kasih. Kebijaksanaan dan kebahagiaan dalam hatimu.
Prinsip kewanitaan dinyatakan sebagai Ilusi yang dikenakan oleh Tuhan pada dirinya sendiri sebagai energy. Inilah maya yang merupakan wujud peminim Tuhan. Itulah sebabnya wanita dianggap sebagai perwujudan kekuatan Tuhan. Ia adalah pendamping setia bagi pria dan merupakan peruntungannya. Karena wanita adalah perwujudan kehendak Tuhan, maka ia adalah mystery, keajaiban, perwujudan dari prinsip yang bersifat melindungi. Ratu dalam rumah tangga si pria. Sumber keberuntungannya, dan cahaya yang menerangi rumahnya. Wanita yang merupakan ajang penyimpanan kekuatan Tuhan sama sekali tidak lebih rendah daripada Pria. Betapa saratnya sifat wanita itu dengan ketabahan, kesabaran, dan kasih yang murni. Kemampuan mereka untuk mengendalikan diri jarang dapat disamai oleh pria. Bagi pria, wanita merupakan teladan dan pembimbing dalam menempuh kehidupan rohani. Kasih yang murni dan tidak mementingkan diri sendiri merupakan sifat bawaan dalam diri wanita. Wanita yang berpengetahuan, berbudaya, dan yang diikat dengan kasih akan selalu waspada mempertimbangkan apakah perbuatan dan perkataannya sudah selaras dengan dharma. Wanita semacam itu ibarat Dewi Laksmi, dewi kekayaan yang membawa kegembiraan dan keberuntungan bagi rumah tangganya. Rumah tangga tempat suami dan istri terikat satu sama lain oleh cinta yang suci. Tempat keduanya asyik membaca buku-buku santapan rohani. Tempat nama Tuhan selalu dinyanyikan dan kemuliaannya selalu dikenang. Rumah tangga semacam itu benar-benar merupakan persemayaman Tuhan. Wanita yang terikat kepada suaminya dengan cinta kasih, benar-benar merupakan sekuntum bunga yang langka yang menebarkan keharuman. Ia adalah permata yang memancarkan cahayanya dalam keluarga. Seorang istri yang memiliki kebajikan sungguh merupakan permata yang cemerlang. Sifat-sifat seperti kesopanan, kerendahan hati, dan bhakti kepada Tuhan, adalah perhiasan yang sejati bagi wanita. Wanita memelihara nilai-nilai tradisional suatu kebudayaan dan menjaga agar bangsanya tetap stabil dan seimbang. Di rumah, wanita dihormati sebagai dewi laksmi. Sebagai pendamping dalam peziarahan menuju Tuhan. Dan kesadaran diri yang sejati. Juga sebagai ratu rumah tangga. Bila para wanita di suatu Negara bahagia, sehat, dan suci, kaum pria di Negara itu akan kuat, jujur, dan bahagia. Aku lebih suka bila para gadis mengetahui tehnik ketenangan bhatin, harmoni sosial, pengabdian tanpa pamerih dan kepuasan ekonomi daripada jika mereka mempelajari geografi negara lain. Biarlah mereka mengembangkan rasa takut untuk berdusta dan takut melanggar susila. Itu lebih penting daripada mengembangkan rasa takut kepada hukum Tuhan. Biarlah mereka juga mengetahui betapa besar kebahagiaan yang timbul bila mereka menolong orang-orang yang sedih dan menderita. Menolong tanpa memikirkan balas budhi atas simpati yang diperlihatkan. Biarlah mereka belajar mengesampingkan egoisme yang meracuni pengabdian tanpa pamerih itu. Kelak para gadis akan menjadi ibu

suatu peran yang paling mulia dan penuh tanggung jawab. Ibu adalah tiang rumah tangga masyarakat, bangsa, dan karenanya juga tiang yang menopang umat manusia. Kaum ibu harus mengetahui rahasia ketentraman hati, kedamaian bhatin, keberanian spiritual dan kepuasan (seperti apa adanya). Yang merupakan kekayaan terbesar. Mereka juga harus mengetahui disiplin rohani yang memberikan suka cita abadi. Kebajikan dan kesucian merupakan ideal bagi setiap wanita. Dengan kekuatan yang berasal dari keutamaan itu, mereka dapat mencapai apa saja. Kebajikan dan kesucian merupakan mahkota wanita. Itulah keutamaan yang paling terpuji pada wanita. Manfaat yang ditimbulkannya tidak dapat dilukiskan. Kesucian merupakan nafas kehidupan wanita. Dengan kebajikan, kesucian, serta kekuatan yang berasal dari semua itu, ia dapat menyelamatkan suaminya dari bencana. Dengan kebajikan dan kesucian itu, wanita menyelamatkan dirinya sendiri dan kelak pasti mencapai sorga. Kesopanan dan kerendahan hati sangat penting bagi wanita. Kebajikan ini merupakan perhiasannya yang tidak ternilai. Berlawanan dengan dharmalah bila wanita melanggar batas-batas kesopanan. Hal itu akan mendatangkan berbagai macam bencana. Bahkan keagungan sifat wanita itu sendiri akan hancur. Tanpa kesopanan dan kerendahan hati, kemurnian pikiran, tata krama, kesabaran, kelembutan hati dipadu dengan cita-cita yang luhur, kepekaan dan watak yang menyenangkan serta ramah, gabungan semua sifat ini adalah kesopanan dan kerendahan hati.
Dengan bimbingan rasa kepatutan dalam dirinya, wanita yang sopan dan rendah hati akan menjaga diri agar selalu berada dalam batas. Secara otomatis ia akan tahu mana tingkah laku yang pantas dan mana yang tidak pantas. Ia hanya akan berpegang teguh pada perbuatan dan tingkah laku yang bajik. Kesopanan dan kerendahan hati adalah ujian bagi keagungan wanita. Wanita yang tidak memiliki 2 hal tersebut merugikan kepentingan kaum wanita dan meruntuhkan kepribadiannya sendiri. Ia akan seperti bunga tanpa keharuman, bunga yang tidak disukai atau dihormati oleh dunia. Bahkan tidak diterima. Tiadanya kesopanan dan kerendahan hati membuat kehidupan kaum wanita menjadi sia-sia dan hampa walau mungkin ia berprestasi dan sukses dalam berbagai hal. Kesopanan dan kerendahan hati akan mengangkatnya menuju puncak kesucian yang luhur. Wanita yang sopan dan rendah hati memiliki wewenang yang baik di lingkungan rumah tangganya sendiri maupun di luarnya. Dalam masyarakat maupun di dunia ramai. Mungkin ada yang menyela dan bertanya : tetapi wanita yang telah mencampakkan kesopanan, dewasa ini masih tetap dihormati. Mereka berkeliaran dengan pongah tanpa rasa malu dan penghormatan dunia kepada mereka tidak berkurang sedikitpun. Tentang ini, Aku tidak perlu mengikuti kegiatan dunia masa kini. Aku tidak berurusan dengan wanita seperti itu. Mungkin mereka menerima kehormatan dan penghargaan tetapi penghormatan itu tidak pada tempatnya dan tidak layak. Bila penghormatan diberikan pada orang yang tidak layak menerimanya, hal itu sama dengan penghinaan. 
Menerima penghormatan yang tidak layak semacam itu berarti merendahkan pemberian tersebut. Hal itu sebenarnya bukan penghormatan melainkan sanjungan yang bersifat menjilat yang diberikan kepada perempuan yang tidak sopan oleh orang-orang yang egoist dan serakah. Penghormatan semacam itu seperti ludah kotor dan menjijikkan. Tentu saja wanita yang sopan dan rendah hati tidak akan menginginkan kehormatan atau sanjungan. Perhatiannya selalu tertuju pada batas-batas yang tidak boleh dilanggarnya. Penghormatan dan pujian akan datang dengan sendirinya tanpa diminta dan tanpa diketahuinya. Madu yang ada dalam bunga teratai tidak mendambakan datangnya sang kumbang. Mereka tidak memohon-mohon agar kumbang datang mengunjunginya. Karena kumbang telah merasakan manisnya madu, maka mereka sendiri yang mencari bunga-bunga itu dan bergegas mendapatkannya. Kumbang datang karena ada suatu ikatan antara diri mereka dengan rasa manis.demikian pula hubungan antara wanita yang tahu batas penghormatan yang timbul atau diberikan kepadanya.

Bila seekor katak duduk di atas bunga teratai dan menyiarkan hal itu ke seluruh dunia apakah itu berarti ia mengetahui nilai keindahan atau rasa manis bunga itu? Apakah iatelah merasakannya? Munkin si katak memuji-muji sang bunga,tetapi setidaknyasudahkah ia mengetahui apa yang di miliki bunga itu? Dewasa ini kehormatan dan penghargaan semacam inilah yang diberikan kepada wanita, dan diberikan oleh orang-orang yang tidak tahuapa yang harus dihargai serta bagaimana cara menghargainya. Mereka tidak mengetahui standar penilaiannya, mereka tidak memiliki keyakinan pada nilai-nilai yang tertinggi, mereka tidak menghormati hal-hal yang benar-benar baik dan agung, bagaimana kita dapat menyebut hal yang mereka berikan itu sebagai kehormatan atau penghargaan? Yang mereka berikan itu hanya dapat disebut penyakit atau paling tidak sekedar sopan santun belaka.
Wanita yang sopan dan rendah hati  tidak akan merendahkan  martabatnya untuk memperoleh pujian dn penghormatan yang tidak ada maknanya, sebaliknya ia lebih suka mencari harga diri yang jauh lebih memuaskan. Itulah ciri khas yang membuatnya menjadi Dewi Lakshmi bagi rumah tangganya. Itulah sebabnya seorang istri disebut Dewi Kemakmuran dalam rumah tangganya. Istri yang tidak memiliki sifat-sifat baik semacam itu akan membuat rumah tangganya penuh kebobrokan.
Wanita merupakan soko guru rumah tannga dan kepercayaan kepada Tuhan. Ialah yang menanamkan dan membantu perkembangan kepercayaan itu atau mengeringkan dan melenyapkannya. Wanita mempunyai kemampuan alamiah untuk percaya dan melakukan usaha kerohanian. Wanita yang memiliki bakti pada Tuhan, iman,dan kelembutan hati, dapat menuntun pria di jalan yang menuju Tuhan dan dalam pelaksanaan kebajikan- kebajikan yang suci. Mereka akan bangun dini hari sebelum fajar, membersihkan rumah, dan setelah mandi dan sebagainya, duduk sebentar untuk mekakukan japa atau meditasi. Di rumahnya mereka akan mmenyediakan sebuah ruang khusus untuk bersembahyang. Di ruang itu di pajangnya patung-patung perwujudan Tuhan dan berbagai gambar orang suci. Mereka akan menganggap ruang itu suci dan memenuhinya dengan doa- doa baik pada pagi maupun sore hari, juga pada hari-hari perayaan keagamaan. Wanita yang melakukan semua ini dengan tekun akan mampu mengubah  suaminya yang atheis sekalipun. Ia akan membujuk suaminya agar ikut bersembahyang, melakukan suatu kegiatan yang baik atau bhakti social yang dijiwai oleh semangat pengabdian kepada Tuhan. Sesungguhnya wanitalah yang memelihara rumah tangga. Itulah misinya. Ia adalah perwujudan kemampuan, vitalitas, keberanian, dan kecerdasan. Sebaliknya bila istri berusaha menjauhkan suaminya dari jalan Tuhan, bila ia beusaha menyeret suaminya dari tingkat spiritual ke taraf sensual atau suami memperlakukan isteri yang cenderung mencari kebahagiaan dari usaha kerohanian sebagai orang sesat dan berusaha menjauhkannya dari jalan TUhan, maka rumah tangga orang semacam itu tidak layak disebut sebagai rumah tangga. Itu bukanlah tempat tinggal. Rumah semacam itu lebih layak disebut neraka tempat iblis dan roh jahat bersuka ria. Wanita adalah pembimbing serta pendamping suaminya dan juga guru pertama bagi anak-anaknya. Ialah yang menjadi teladan sikap social mereka. Member contoh cara berbicara dan menjaga kesehatan serta kebahagiaan mental mereka. Bila kaum wanita jujur, berani, baik hati, penuh belas kasihan, memiliki sifat-sifat yang bajik dan saleh, dunia akan mengalami era kedamaian dan suka cita. Dewasa ini makin banyak wanita yang menempuh pendidikan modern. Mereka bekerja di kantor, sekolah, dan pabrik. Mereka juga mencapai kedudukan yang tinggi dalam berbagai bidang lain. Tetapi sebagian besar dari mereka bekerja karena terdorong oleh keinginan untuk meningkatkan kekayaan, kedudukan, dan kepentingan pribadi bukannya karena ingin melaksanakan ideal pelayanan tanpa pamerih. 
Bila wanita mengejar pekerjaan, siapa yang akan mengurus rumah tangga, bila ayah dan ibu keduanya bekerja di kantor mencari uang, bagaimana anak-anak mereka nanti. Bila sang ibu menghabiskan waktunya untuk mempelajari buku-buku, siapa yang akan bekerja di dapur. Mungkin mereka akan memperoleh uang yang lebih banyak, tetapi hal itu hanya akan menambah kecemasan, kegelisahan, dan kerugian. Wanita yang bekerja akan mendapati bahwa mereka tidak benar-benar bahagia. Wanita yang terpelajar harus menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk mengasuh anak-anaknya sehingga mereka akan tumbuh menjadi kaum muda yang sehat, bajik, dan berdisiplin. Yang berguna bagi nusa bangsa, kebudayaan, dan masyarakat. Mendapatkan uang bukankah tujuan akhir pendidikan. Ketamakan untuk memperoleh uang dengan segala cara dan secepat mungkin telah menyebabkan berbagai kejahatan yang dewasa ini kita lihat dalam masyarakat. Uang menimbulkan rasa sombong yang mana akhirnya akan menimbulkan rasa benci. Sesungguhnya wanita harus berusaha memperoleh pengetahuan tentang jiwa dan setiap saat hidup dalam kesadaran bahwa dirinya yang sesungguhnya adalah atma. Ia harus selalu memiliki kerinduan untuk manunggal dengan kesadaran Tuhan. Rumah tangga yang dihuni oleh wanita seperti itu, tempat suami istri menempuh hidupnya dalam naungan cita-cita yang mulia. Tempat mereka bersama-sama menyanyikan keagungan nama Tuhan dan melewatkan hidup mereka dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Tempat yang dijiwai oleh kebenaran, kedamaian, dan kasih. Tempat mereka biasa membaca kitab-kitab kerohanian secara teratur. Tempat nafsu-nafsu jasmani dikendalikan dan tempat semua mahluk diperlakukan sama berdasarkan pengetahuan tentang kesatuan dasar segala ciptaan. Rumah tangga semacam itu benar-benar merupakan surga di dunia. Istri yang mempunyai sifat-sifat semacam itu patut disebut istri.  Ia harus memiliki cinta yang sejati kepada suaminya. Hanya dengan demikianlah ia dapat menjadi pendamping suaminya dalam memenuhi kewajiban dan haknya dalam hidup perkawinan sebagai orang yang berumah tangga. Wanita yang mengetahui isi hati suaminya dan manis serta lemah lembut budhi bahasanya adalah teman sejati. Bahkan kadang-kadang bila istri harus menunjukkan jalan dharma kepada suaminya, iapun dapat berperan sebagai ayah. Ketika suaminya jatuh sakit, istri bisa berperan sebagai ibu.


Wanita harus mengutamakan pelayanan kepada suaminya. Itulah ibadah yang sejati baginya. Sembahyang, ibadah, dan pemujaan dapat ditunda dan diselesaikan belakangan tanpa mengabdi kepada suaminya, seorang istri tidak dapat memperoleh kebahagiaan dalam doa dan meditasinya. Sesungguhnya Tuhan harus dianggap sebagai menjelma dalam diri suami dan segala pengabdian yang diberikan kepada sang suami harus diluhurkan ke taraf bhakti. Itulah kewajibannya yang sejati. Bila dalam setiap kegiatan dilakukan seakan-akan demi atma dan demi manunggalnya kesadaran dengan Tuhan, maka kegiatan itu menjadi pengabdian kepada Tuhan. Semua kegiatan semacam itu akan membawa keselamatan semakin mengikat. Tidak menjadi soal betapa jahat atau rendahnya ahlak sang suami, dengan kasihnya seorang istri harus membuatnya insyaf. Meluruskan jalan yang ditempuhnya dan menolongnya agar memperoleh rahmat Tuhan. Tidak benarlah jika istri beranggapan bahwa kemajuan dirinya saja yang terpenting lalu ia tidak memperdulikan perbaikan atau kemajuan suaminya. Sebaliknya ia harus merasa bahwa kesejahteraan, kegembiraan, keinginan, atau harapan dan keselamatan jiwa suaminya merupakan obat yang mujarab pula baginya. Wanita semacam itu dengan sendirinya akan memperoleh rahmat Tuhan tanpa harus bersusah payah mendapatkannya. Berkat itu akan terlimpah kepadanya. Tuhan akan selalu menyertainya dan menolongnya dalam segala hal. Dengan kebajikannya, keselamatan suaminya akan terjamin. Sebagai wanita harus menganggap seorang pria saja sebagai panutan dan suaminya. Priapun harus setia pada satu wanita saja sebagai pendamping dan istrinya. Wanita harus menganggap suaminya sebagai perwujudan Tuhan. Memujanya, melayaninya dan mengikuti keinginannya. Untuk memenuhi kewajibannya sebagai istri. Pria juga harus menghormati istrinya sebagai seorang ratu rumah tangga dan bertindak sesuai dengan keinginannya karena istri adalah dewi kemakmuran dalam rumah tangganya. Karena dengan demikianlah ia layak disebut pria. Negara hanya akan dapat diangkat menuju kebesaran dan kejayaannya yang semula bila kaum wanitanya menguasai ilmu untuk menyadari kenyataan yang sejati. Jika kita ingin agar Negara makmur dan damai selamanya, maka kaum wanitanya harus dibina melalui suatu system pendidikan yang menitik beratkan budi pekerti dan kwalitas moral. Dewasa ini standar moral runtuh dan tidak ada kedamaian social karena aspek-aspek ini telah diabaikan dalam pendidikan wanita. Tidak ada bangsa yang dapat membangun tanpa membina perkembangan phisik, mental, serta spiritual kaum wanitanya. Generasi penerus dibentuk oleh para ibu masa kini. Generasi sekarang ini penuh kebejatan dan ketidak adilan karena kaum ibu yang membesarkan mereka tidak cukup waspada dan cerdas. 

“Yah yang telah lalu biarlah berlalu. Setidak-tidaknya untuk menyelamatkan generasi mendatang, kaum wanita harus diberi peringatan pada waktunya dan dihimbau agar meneladani kaum wanita jaman dahulu. Pada masa lalu, masa kini, ataupun masa yang akan datang, sepanjang masa kaum wanita merupakan tulang punggung kemajuan, ibarat jantung dan nafas bagi bangsanya. Wanita memainkan peran utama dalam drama kehidupan di dunia ini. Satu peran penting yang sarat dengan kesucian. Misinya adalah meletakkan dasar bagi norma-norma kebenaran, kebajikan, dan moralitas. Ia harus membekali anak-anaknya dengan pembinaan moral dan spiritual. Bila sang ibu dijiwai oleh kebajikan dan moralitas, anak-anak juga akan dijiwai dengan semangat yang sama. bila sang ibu memegang teguh moralitas, anak-anaknyapun akan belajar menjadi orang yang baik budhi. Kegiatan dan kelakuannya merupakan factor yang menentukan.
Dewasa ini wanita yang terpelajar tidak bisa apa-apa dalam urusan rumah tangga. Bagi mereka, rumah itu hanya sekedar hotel. Mereka sangat tergantung dengan tukang masak dan pembantu rumah tangga. Wanita terpelajar masa kini tidak lebih dari sekedar boneka yang dipulas menjadi hiasan rumah modern. Ia menjadi penghalang bagi suaminya, merupakan beban yang menggelantung di lehernya. Sang suami dicekik dengan tuntutan-tuntutan yang tiada hentinya untuk membelanjakan uang buat segala macam keinginan.  Sekarang ini tingkah laku wanita yang jalang dan tidak bersusila telah menyelubungi dunia dalam suasana yang diliputi oleh kemerosotan dharma. Wanita merugikan dan membahayakan diri mereka sendiri demi untuk mengejar kesenangan yang bersifat sementara tanpa memperdulikan perlunya mengembangkan watak yang baik serta sifat-sifat yang luhur. Mereka tergila-gila pada kebebasan semu yang memuaskan ketakaburannya. Apakah sebenarnya tanda-tanda wanita yang terpelajar: apakah mereka yang mempunyai pekerjaan tetap sebagai wanita karier? Memiliki gelar, dan bergaul dengan semua orang tanpa pertimbangan, apakah ia adalah orang yang tidak gentar melakukan dosa ? yang selalu mengabaikan himbauan dan saran orang baik ? ia yang memaksa suaminya agar menuruti segala keinginannya serta tidak pernah menyesal untuk kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya, inikah tanda-tanda seorang wanita yang terdidik dan terpelajar? BUKAN! Semua itu adalah tanda-tanda kekaburan bhatin. Tanda tiadanya pengetahuan rohani. Itu adalah sikap egois orang yang tidak terpelajar yang membuat manusia menjadi buruk dan memuakkan.
Bila istri merasa bahwa rumah tangga suaminya suci, maka rumah tangga itu akan memberinya segala keterampilan dan kepandaian. Tidak ada tempat lain yang mengungguli rumah tangga semacam itu baginya. Seorang penyair yang suci menggubah lagu yang menyatakan bahwa rumah tangga semacam itu adalah tempat ibadat bagi istri, sekolahnya, gelanggang bermainnya, arena politiknya, lapangan pengorbanan serta pertapaannya. Wanita yang terpelajar dapat memberikan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat sekelilingnya dengan ketrampilan, cita rasa, kecenderungan, dan keinginan, watak, tingkat pendidikan, cara hidup, bidang ilmu yang ditekuninya ataupun dengan gelar kesarjanaannya. Wanita harus menjaga jarak agar jangan sampai mencemarkan nama baik orang tuanya, keluarganya, atau dirinya sendiri. Wanita tanpa watak yang baik sama buruknya dengan orang mati, karena itu wanita harus selalu waspada dalam pergaulan dan kegiatan mereka di dunia ramai. Mereka harus menghindari percakapan-percakapan yang dangkal, sembrono, tidak senonoh, atau pergaulan yang bebas. Wanita yang arif hanya akan melakukan kegiatan yang meningkatkan kemasyuran dan kehormatan suaminya dan bukan melakukan perbuatan yang justru mencemarkan nama baik suaminya. Itulah sebabnya dikatakan “ sifat-sifat yang baik adalah ciri khas orang yang terpelajar” hal yang membuat pendidikan itu patut dihargai. Dalam hal ini tidaklah berarti bahwa wanita tidak usah menempuh pendidikan atau bahwa mereka tidak boleh bergaul dalam masyarakat. Dimanapun kaum wanita melakukan kegiatan, jika mereka telah berbekal sifat-sifat baik, mengikuti aturan darma yang abadi dalam menempuh kehidupan yang bajik, spiritual, dan berdisiplin, maka masyarakat tentu akan memperoleh faedahnya. 

Daya tarik yang sejati bagi wanita terletak pada watak yang baik, moralitas adalah nagasnya, kesopanan dan kerendahan hati adalah kekuatan hidupnya; mengikuti kebenaran adalah kewajibannya setiap hari. Ia harus menanamkan benih-benih rasa takut melanggar amanat Tuhan, serta takut berhubungan dengan dosa, serta memupuk daya tarik yang berasal dari kerendahan hati. Dalam bidang agama, moral, dan phisik. Ia harus mengikuti petunjuk Darma yang ketat, menerima, serta melaksanakannya sebagai intisari segala pendidikan. Ia bahkan harus bersedia mengorbankan hidupnya untuk mempertahankan kehormatannya. Ia harus memelihara dan menjaga kesuciannya serta kasih dan bhaktinya kepada sang suami. Inilah kewajiban utama bagi kaum wanita. Karena tugas dan kemuliaan itulah maka ia dilahirkan sebagai wanita.
Dalam aspek kewanitaan kita harus mengamati dan memperhatikan suatu sifat mulia yang dapat dilukiskan sebagai belas kasihan, dan kemampuan untuk berkorban. Sifat wanita itu sedemikian rupa sehingga ia akan memberikan perlindungan walaupun (anaknya) memiliki banyak kesalahan. Ia juga dapat diibaratkan dengan suatu perguruan dan ia akan mengajar dengan sabar bagaikan seorang guru yang baik, sekalipun muridnya enggan belajar. Wanita juga dapat dilukiskan sebagai rumah tangga yang bahagia, tempat ia mengatur segala sesuatu tanpa memikirkan hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri. Kita juga dapat membayangkan sosok seorang wanita sebagai pribadi yang memiliki kekuatan spiritual cukup besar sehingga ia dapat membuat Tuhan sendiri bermain seperti seorang anak dihadapannya. Namun kini sifat-sifat wanita yang suci seperti ini sudah sangat banyak disimpangkan padahal nama baik seluruh keluarga bahkan seluruh bangsa sangat tergantung kepada bagaimana wanita itu diperlakukan dan bagaimana ia menghargai dirinya sendiri. ( Sathya Narayana Svami; 1978) 

Sebab di tempat dimana kaum wanitanya tidak dihargai, maka tempat itu akan mengalami banyak masalah dan bahkan kehancuran. Kita bisa belajar dari sejarah Ramayana maupun epos besar Mahabharata. Kedua perang besar yang menghancurkan suku raksasa di pihak Rahwana, dan juga kehancuran wangsa Korawa di bawah pimpinan Duryodana adalah karena dilecehkannya wanita pada saat itu (Ibu Dewi Sita sebagai perlambang kesetiaan seorang istri, diculik oleh Rahwana si pengejawantahan nafsu. Begitupun Dewi Drupadi yang ingin dilecehkan dan dipermalukan dalam sidang besar wangsa kuru, yang kesemuanya membuat air mata wanita mulia seperti itu terjatuh). Lantas bagaimana halnya dengan gambaran wanita di jaman sekarang yang bahkan telah menghancurkan harga diri mereka sendiri dengan pakaian seronok dan pergaulan bebas? Kemanakah kehancuran itu harus ditimpakan?
Modernisasi dan informasi yang berjalan cepat memang acap kali membuat seorang wanita goyah untuk mempertahankan sifat-sifat mulia yang menjadi pembawaannya sejak lahir. wanita menjadi sosok mahluk Tuhan dengan perasaannya yang sangat sensitive. Sehingga mereka seringkali tidak berdaya menghadapi tutur kata yang lembut menggoda dari laki-laki sebagaimana halnya mereka juga tidak akan tahan menerima penghinaan, kritikan, ataupun omongan yang bernada merendahkan martabat mereka. Misalnya jika mereka dianggap tidak berguna karena telah menyia-nyiakan pendidikan atau gelar yang dimilikinya hanya sebagai Ibu rumah tangga, dan bukannya berkarir mengejar prestasi serta prestise seperti wanita modern lainnya. Modernisasi hanya dilihat dari gaya hidup, seperti cara berpakaian, potongan rambut, mode pakaian dan lain lain yang tidak menyentuh akar persoalan sebagai wanita ideal bagi dunia. Maka demikianlah bahwa kesetaraan perempuan yang selalu didengung-dengungkan kaum wanita sebagai sebuah emansipasi di dunia modern akhirnya membawa mereka semakin melupakan kodrat kewanitaannya sebagai penunjang kehidupan Negara dan dunia dengan kewajiban hakiki yang seharusnya diemban dalam perannya sebagai Dewi bagi rumah tangga si pria. Sekarang ini, memiliki pendidikan tinggi dan gelar yang cukup baik tetapi hanya tinggal di rumah sebagai Ibu rumah tangga selalu menjadi bahan olok-olok yang sangat menakutkan bagi wanita. Oleh karena itulah mereka berontak dan ingin membuktikan diri bahwa mereka juga bisa. Namun banyak dari mereka lupa bahwa takdir sebenarnya tidak mengharuskan mereka demikian sebab kalau mau jujur mengakui, segala pekerjaan yang dibebankan kepadanya sebagai wanita soleh pengemban misi keluarga amatlah banyak dan rumit mulai dari bangun pagi sampai dengan larut malam. Padahal laki-laki kalau bekerja paling hanya 8 jam lalu beristirahat. Tetapi lihatlah kaum wanita apalagi yang sedang memiliki bayi, pekerjaannya akan sangat banyak. Sebuah pekerjaan yang sebenarnya sangat mulia karena laki-laki tak kan mungkin dapat menggantikannya. Bahkan jika dinilai dengan uang, mungkin gaji yang harus mereka terima untuk pekerjaan sehari-harinya melebihi dari apa yang suaminya dapatkan. 

Oleh karena itu, janganlah wanita minder bahwa ia hanya menjadi ibu yang mengasuh anak-anaknya, seorang istri yang harus mengabdi kepada sang suami tanpa mendapatkan gaji apa-apa. Ingatlah bahwa sebenarnya pintu sorga telah dibukakan lebar-lebar bagi kaumnya yang mau melaksanakan perintah Tuhan sebagai wanita ideal bagi agama dan Negara. Inilah jihad bagi kaum perempuan. Ia hanya harus berdoa agar suaminya selalu sehat dan mendapatkan cukup rejeki untuk menghidupi dirinya dan keluarga. (tetapi untuk kasus tertentu dimana sang suami sakit dan tidak dapat menghidupi keluarga, sang istri masih diperbolehkan bekerja di luar rumah dengan catatan harus seijin suaminya.) Lihatlah kebobrokan jaman sekarang yang terjadi karena dibiarkannya wanita bekerja di luar rumah tanpa kontrol. Pelecehan dan perselingkuhan menjadi gambaran nyata yang semakin mendekatkan dunia ini pada aspek kehancuran. Bukankah segala bencana yang terjadi di muka bhumi lebih banyak datang karena persoalan semakin runtuhnya moralitas manusia terutama kaum perempuannya. Bom Bali yang meletus di Legian Kuta, sebuah kawasan wisata yang sekarang banyak menyuguhkan tarian tanpa busana yang sama sekali tidak pernah dikenal oleh masyarakat Bali. Serta puluhan cafĂ© remang-remang yang menjual kemolekan pesona perempuan juga ambil bagian didalamnya. Sungguh sebuah hal yang tak wajar bagi tempat yang dihubungkan dengan nilai ketuhanan (Bali Pulau Dewata) yang seharusnya bermakna bahwa Bali harusnya dihuni oleh orang-orang yang berprilaku seperti dewa. Demikian halnya serambi Mekkah Aceh, yang semestinya menjadi teras rumah Tuhan, namun kenyataan malah dikotori oleh tingkah para perempuannya yang banyak mengartikan kebebasan berekspresi sebagai tindakan kebablasan agar tampil seksi. Maka demikianlah bahwa untuk mengingatkan, menyadarkan, dan mengembalikan kesucian tempat dimaksud agar sesuai namanya, Alam akan melakukan pembersihan dengan aneka bencana yang siap datang kapan saja. 






https://blogger.googleusercontent.com/tracker/7478368255341821932-2224301249896403344?l=renungan-ragane.blogspot.com

Tidak ada komentar: