Rabu, 14 November 2012

Guru Spiritual jaman Kali

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Disebutkan bahwa jaman kali yang telah dimulai pada saat pertengahan malam antara tanggal 17-18 pebruari 3102 SM akan membuat ibu bhumi (pertiwi) menangis oleh karena tingkah polah manusia yang telah melewati ambang batas kemanusiaannya. Kini manusia tengah menggali kubur bagi dirinya sendiri dengan memperlakukan ibu bhumi secara semena-mena. Gemetar kesedihan-Nya telah menimbulkan gempa di berbagai tempat, dan air mata-Nya menimbulkan banjir. Tetapi anak-anaknya tetap juga tidak hirau. Mereka berperang antar saudara atas nama agama dan keyakinan, mereka mengeksploitasi alam, membabat hutan, dan membuat limbah pabrik beracun. Ketamakan telah membuat manusia melupakan rasa terima kasih kepada sumber utama pemberi kehidupan ini. Umpamanya jika kita kehilangan sesuatu lantas dikembalikan oleh orang lain yang menemukannya, kita mungkin akan mengucapkan selaksa terima kasih kepadanya. Tetapi alangkah aneh dan mengherankan bahwa jarang terpikir oleh kita untuk menyampaikan terima kasih atas segala hal berharga yang telah beliau anugrahkan kepada kita. Jika kita membeli sebidang tanah dan membangun rumah dengan uang sendiri, pemerintah tetap mengharuskan kita membayar pajak untuk hal itu, belum lagi jika tempat tinggal kita dilengkapi fasilitas seperti listrik, air, atau telpon, kita tentu diwajibkan membayar iuran tambahan untuknya. Tetapi pajak apakah yang telah kita bayarkan kepada Tuhan karena telah menyediakan sumber cahaya yang tak pernah padam, untuk hembusan angin sejuk yang tak pernah berhenti, ataupun curahan air hujan untuk menyirami tanaman?. Kurangnya kepedulian dan rasa terima kasih pada alam yang merupakan busana atau badan Tuhan telah membuat pertiwi merintih dengan amat mengibakan hingga menggugah kasih Tuhan untuk kembali mengambil wujud dan hadir di bhumi guna mengembalikan prinsip-prinsip kebenaran pada diri manusia yang telah dilupakan dan yang mana telah menimbulkan dampak negativ  kepada semua entitas hidup di muka bhumi.

     Bhagavad gita Bab 4.7 menegaskan bahwa manakala penerapan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela, maka pada saat demikian Tuhan sendiri akan menjelma.
Tuhan tentu tidak akan mengingkari janji yang telah diucapkan-Nya. Tetapi bagaimana mungkin kita mengenali perwujudan Tuhan diantara manusia. Di jaman material ini, banyak sekali orang sakti yang mengaku dirinya suci lalu mengklaim sebagai penjelmaan dewata walau buntut-buntutnya hanyalah untuk mengumpulkan pengikut, memperoleh pengaruh, dan jaminan hidup. Lalu bagaimana pribadi semacam itu akan mampu mengantarkan manusia mencapai tujuan akhirnya mencapai moksa. Memang pertanyaan demikian sangat mendasar bagi manusia jaman Sekarang yang sudah tidak mudah lagi percaya dengan sesuatu yang dianggapnya teori kosong, atau dogma  yang sulit diterima logika. Benarkah guru agung seperti Yesus, Budha, atau Sukadeva gosvami ada di jaman ini. Jika ditelaah arti sloka Bhagavad gita khususnya pada Bab 4.8, akan kita mengerti bahwa yang membedakan utusan Tuhan atau avatara beliau dengan guru-guru spiritual dunia lainnya adalah misi utamanya yakni.:
Bhakta raksaka ; melindungi penyembah Tuhan dan menghancurkan kejahatan
Dharma raksaka :melindungi dan menegakkan kembali pelaksanaan dharma.
Veda Poshana : mengembalikan kemurnian dari penerapan kitab suci
Sadhu poshana : melindungi orang- orang suci dan beriman.
     Tuhan adalah pemilik semuanya ini. Seluruh alam semesta beserta isinya ada dalam genggaman beliau. Jadi seorang guru suci yang dimandatkan oleh beliau untuk turun ke bhumi, ataupun jika beliau turun langsung dengan kekuatan Adisakti-Nya  guna membimbing kembali manusia ke jalan yang benar pastinya akan memiliki sifat-sifat keilahian seperti:
1. Seorang guru agung dalam kehidupannya tidak akan pernah tercela, selalu dimuliakan dan dipuja oleh jutaan manusia tanpa mengenal perbedaan suku, agama, ras, ataupun budaya. Karena beliau menganggap semua adalah anak-anaknya yang harus mendapat curahan kasih sayang yang sama. Ia bebas dari perasaan suka dan tidak suka.
2.Kerti (kemakmuran). Seorang guru agung semacam itu tidak pernah merasa kurang dan selalu berpuas diri (atmarama), kedatangannya adalah untuk memberi dan bukan untuk mengumpulkan hal-hal material dari pengikutnya.
3.Jnana (kebijaksanaan), seorang guru agung yang merupakan titisan dewata pasti mengetahui tentang masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang
4.Vairagya (tanpa keterikatan) ia akan bebas dari segala bentuk keterikatan yang berhubungan dengan badan. Hidupnya adalah untuk seluruh isi alam bukan sebatas keluarga atau kelompok pemuja saja.
5. Sristhi (mempunyai kemampuan untuk menciptakan)
6. Stithi (kemampuan untuk mempertahankan atau memelihara apa saja yang dikehendakinya. Misalnya menyelamatkan orang yang seharusnya sudah mati, atau dapat memanggil kembali jiwa yang akan berangkat ke akhirat untuk tetap meneruskan tugasnya di bhumi dalam beberapa waktu)
7.Laya (pemusnah) kehadiran seorang guru yang suci akan dapat memperingan bahkan memusnahkan reaksi dosa dari orang-orang yang berserah diri kepadanya.

Oleh karena maya sakti Tuhan yang sangat kuat di jaman Kali, banyak orang yang meragukan bahkan cenderung tidak percaya akan keberadaan guru suci semacam itu. Ini ibarat pesawat TV yang tidak dihidupkan. Bagaimana kita mengetahui adanya gelombang audio visual di sekitar kita? Nyalakan TV itu dan arahkan antenanya pada frekuensi yang benar maka akan kita dapati bahwa siaran TV itu memang ada. Lalu ambillah informasi yang baik darinya. Begitu pula dengan pikiran dan hati kita, jika hanya diarahkan untuk mengejar kesenangan duniawi yang bersifat sementara, ia akan menyangkal keberadaan sang juru selamat di dekatnya. bahkan sampai ajal menjemput. Mari buka mata hati kita, terangi ia dengan nyala kebijaksanaan lalu arahkan pikiran  pada sumber yang membuat segalanya ini ada (kuasa yang membuat jantung kita berdetak tanpa henti, kuasa yang membuat paru-paru, mata, telinga, dan segala perlengkapan tubuh ini dapat bekerja dengan baik sehingga kita mampu berlari dan mengejar kesenangan-kesenangan duniawi yang sesungguhnya Tuhan sediakan bukan untuk itu. Kuasa dengan nama apapun yang kita sukai untuk menyebut-Nya. Tuhan telah memberi kita waktu 24 jam atau 1.440 menit dalam sehari. Berapa menit waktu yang telah kita sisakan selama ini untuk mengucapkan syukur dan terima kasih atas karunia beliau. Pernahkah terpikirkan oleh kita berapa banyak kerugian yang akan kita derita jika salah satu saja dari perlengkapan tubuh ini tidak lagi berfungsi sebagai akibat dari tingkah laku kita yang tidak tahu berterima kasih atas pemberian Tuhan ini. Coba pikir dan renungkan sudah berapa tahun kita lewati hari-hari ini hanya untuk memenuhi kebutuhan badan yang suatu hari nanti akan hancur (dikubur atau dibakar) atau malah berapa tahun lagi waktu yang akan kita buang untuk hal yang tidak nyata demikian. Menghias badan dengan aneka atribut dan predikat semu seperti kaya, cantik, berkuasa, kuat, ataupun pintar yang kesemuanya tak pernah bisa dipakai untuk mendapatkan dispensasi kematian ataupun menyogok hakim di pengadilan akhirat guna mendapatkan sorga ataupun Nirwana. Menunggu sampai hari esok bahkan menunda sampai usia tua untuk menyadari tujuan hidup bukanlah hal bijaksana, karena bagaimana kita tahu bahwa nantinya kita masih diijinkan hidup sampai usia tua kalau melihat hari esok saja kita tidak mampu. So! Don’t wait until tommorow what you can do today. Jangan menunggu sampai esok apa yang bisa engkau lakukan hari ini, karena nafas hidup inipun hanya pinjaman sementara dari Tuhan. Mari lakukan transformasi diri ke arah yang lebih baik. Mari belajar memikirkan kesejahteraan orang lain, belajar merasakan penderitaan orang lain sebagai kesusahan sendiri, lalu menyingkirkan segala perbedaaan yang membuat kita terkelompok-kelompok dengan manusia lainnya. sadarilah bahwa kita sesungguhnya bukan badan yang suatu hari nanti akan merosot menjadi tua dan hancur. 
Untuk hal ini, kita hanya memerlukan tempat dan pembimbing yang benar guna mengenali ajaran-Nya lebih lanjut, bergaul dengan sesama pemuja-Nya sehingga vibrasi kemurnian hati ini bisa tetap terjaga dan semakin besar. jangan lalu seperti sebuah sendok yang membawakan makanan ke mulut tapi tak pernah merasakan kebahagiaan menikmati cita rasa dan kemanisan makanan itu. Jangan juga berlaku seperti seekor katak yang tinggal dekat bunga teratai dan setiap hari menyanyikan keindahan dan kemanisan dari sang bunga tetapi ia sama sekali tidak pernah bisa merasakan manis dari sari madu sang bunga. Saat engkau memilih seorang pembimbing spiritual, galilah pengetahuan itu sebanyak-banyaknya, jangan terlalu cepat merasa puas dan menganggap diri sudah bisa, jangan pernah berhenti pada tingkat kebanggaan memiliki guru yang hebat, engkau harus bisa menyerap dan mengaplikasikan ajaran-ajarannya dengan baik sehingga hal itu pantas dipakai sebagai salah satu dari Guru daksina. hanya Guru yang boleh menilai apakah anak didiknya sudah menguasai pengetahuan yang diajarkan ataukah belum sebab seorang murid yang sarat kebijaksanaan akan bertingkah seperti tanaman padi yang semakin berisi justru semakin merunduk, dan bukan sebaliknya memupuk keegoan dengan menganggap diri lebih baik, pintar, dan lebih suci dari yang lain. Tentu saja engkau tidak perlu menjadi poto copy-an sang guru sampai ke detail-detailnya, karena semua orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing oleh karena itu, mari jadikan diri kita sebagai instrument yang dipakai oleh-Nya untuk membantu tugas beliau hadir di bhumi. Sekarang atau nanti, panggilan beliau pasti akan datang bagimu, mungkin saat ini engkau berpikir bahwa spiritual hanyalah hidangan bagi mereka yang akan dijemput ajal, dosa hanyalah urusan ketika mati dan sekarang saat hidup, engkau merasa bebas melakukan banyak hal yang menurut pandanganmu akan membahagiakan, memuaskan, dan memberimu suka cita. Mengingkari kenyataan bahwa manusia dan semua mahluk berasal dari Tuhan dan harusnya kembali kepada beliau adalah suatu kebodohan. Ibarat air sungai yang menolak lautan sebagai sumber aslinya. Coba renungkan kembali setiap kesenangan badan yang pernah kita alami selama ini, adakah hal demikian bisa bertahan lama ? kesenangan selalu diikuti oleh kedukaan begitu juga sebaliknya. Dunia hanyalah mimpi saat sadar, semua tampak nyata dan menggembirakan walau sesungguhnya tidak demikian adanya. Apa yang tampak nyata oleh mata kasat tidak akan bertahan lama karena sesungguhnya memang tidak ada, tapi apa yang dilihat oleh mata bhatin, itulah yang nyata dan kekal. Tuntutlah ilmu sepanjang hayat karena memang akan selalu ada hal baru untuk dipelajari, merasa puas dan cukup dengan hal kecil yang telah dicapai dan dilakukan selama ini lalu menakuti sebuah perubahan hanyalah cermin dari sebuah kekerdilan. Dunia dipenuhi oleh pergantian dan perubahan struktur setiap waktu, karenanya kita tidak perlu merasa alergi akan adanya perubahan sepanjang hal itu mengarah ke hal yang positiv.  Lihatlah, selama ini manusia telah belajar banyak tentang duniawi, tetapi mereka lupa untuk mempelajari diri sendiri. kita berlomba-lomba menjadi penguasa agar bisa memerintah orang lain dan mengumpulkan kekayaan, tapi manusia lupa untuk menguasai dirinya sendiri hingga kita menjadi budak keinginan dan pelayan rendah bagi kesepuluh indria. Disisi lain, manusia juga hampir berhasil membedah anatomi mahluk lain, tapi ia lupa memaknai struktur tubuhnya sendiri.
Wahai manusia, sadarkah engkau kenapa Tuhan memberimu 2 tangan, 2 kaki, 2 mata, dan  2 telinga, tetapi hanya menganugrahimu 1 mulut ??? Ternyata Tuhan ingin agar engkau lebih banyak belajar diam daripada sekedar berbicara yang tidak perlu. (berbicaralah pada saat engkau harus bicara, dan berbicaralah hanya pada siapa engkau harus bicara) jangan menggunakan lidah yang suci pemberian Illahi itu untuk berkata-kata kotor, berbicara keras dan kasar, menghina atau mengejek, membicarakan keburukan orang lain apalagi untuk memfitnah orang. Jangan memboroskan tenagamu hanya untuk berceloteh kesana kemari yang kurang perlu, energimu akan banyak terkuras tanpa engkau sadari.Kalaupun engkau dituntut untuk berbicara lebih, engkau harusnya hanya membicarakan tentang kebenaran. Ingatlah bahwa manusia harus menanyakan hal paling mendasar sebelum mereka mulai berbicara, tanyakanlah pada hati nuranimu sendiri, apakah hal yang ingin engkau katakan itu ke-BENAR-an, apakah itu BAIK jika disampaikan, dan apakah hal itu juga PERLU sehingga harus diungkapkan

Jangan terlalu gampang menyimpulkan sesuatu yang belum engkau tahu pasti kejelasannya, selidikilah dulu kebenarannya. Oleh sebab itulah engkau diberikan 2 mata agar engkau dapat lebih jelas melihat sebuah permasalahan. Dengarkanlah lebih banyak informasi yang baik dan benar dan bukan memanjakannya dengan gosip murahan yang tidak pasti kebenarannya. Untuk ini pula Tuhan menganugrahi engkau telinga yang baik. 2 buah tangan ini, juga dianugrahkan agar manusia belajar lebih banyak menolong serta memberi bantuan bukan sebaliknya lebih banyak meminta dan menyusahkan orang lain. Begitu pula dengan kedua kaki kita yang kuat, Tuhan berikan bukanlah agar engkau bisa bebas pergi kemana engkau suka atau malah ke tempat-tempat yang tidak sepantasnya. Kedua kaki itu bukan diperuntukkan guna mengejar ketenaran dan kepuasan sesaat, tapi Tuhan hadiahkan kepadamu untuk membawa engkau ke tempat-tempat suci pemujaan beliau agar engkau  semakin dapat menyadari betapa berharga dan sucinya hidup ini yang tidak semestinya dihabiskan dalam jerat keterikatan duniawi.

Tidak ada komentar: