Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Disebutkan
bahwa jaman kali yang telah dimulai pada saat pertengahan malam antara tanggal
17-18 pebruari 3102 SM akan membuat ibu bhumi (pertiwi) menangis oleh karena
tingkah polah manusia yang telah melewati ambang batas kemanusiaannya. Kini
manusia tengah menggali kubur bagi dirinya sendiri dengan memperlakukan ibu
bhumi secara semena-mena. Gemetar kesedihan-Nya telah menimbulkan gempa di
berbagai tempat, dan air mata-Nya menimbulkan banjir. Tetapi anak-anaknya tetap
juga tidak hirau. Mereka berperang antar saudara atas nama agama dan keyakinan,
mereka mengeksploitasi alam, membabat hutan, dan membuat limbah pabrik beracun.
Ketamakan telah membuat manusia melupakan rasa terima kasih kepada sumber utama
pemberi kehidupan ini. Umpamanya jika kita kehilangan sesuatu lantas dikembalikan
oleh orang lain yang menemukannya, kita mungkin akan mengucapkan selaksa terima
kasih kepadanya. Tetapi alangkah aneh dan mengherankan bahwa jarang terpikir
oleh kita untuk menyampaikan terima kasih atas segala hal berharga yang telah
beliau anugrahkan kepada kita. Jika kita membeli sebidang tanah dan membangun
rumah dengan uang sendiri, pemerintah tetap mengharuskan kita membayar pajak
untuk hal itu, belum lagi jika tempat tinggal kita dilengkapi fasilitas seperti
listrik, air, atau telpon, kita tentu diwajibkan membayar iuran tambahan
untuknya. Tetapi pajak apakah yang telah kita bayarkan kepada Tuhan karena
telah menyediakan sumber cahaya yang tak pernah padam, untuk hembusan angin
sejuk yang tak pernah berhenti, ataupun curahan air hujan untuk menyirami
tanaman?. Kurangnya kepedulian dan rasa terima kasih pada alam yang merupakan
busana atau badan Tuhan telah membuat pertiwi merintih dengan amat mengibakan
hingga menggugah kasih Tuhan untuk kembali mengambil wujud dan hadir di bhumi
guna mengembalikan prinsip-prinsip kebenaran pada diri manusia yang telah
dilupakan dan yang mana telah menimbulkan dampak negativ kepada semua
entitas hidup di muka bhumi.
Bhagavad gita Bab 4.7 menegaskan bahwa manakala penerapan dharma merosot dan
hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela, maka pada saat demikian
Tuhan sendiri akan menjelma.
Tuhan tentu
tidak akan mengingkari janji yang telah diucapkan-Nya. Tetapi bagaimana mungkin
kita mengenali perwujudan Tuhan diantara manusia. Di jaman material ini, banyak
sekali orang sakti yang mengaku dirinya suci lalu mengklaim sebagai penjelmaan
dewata walau buntut-buntutnya hanyalah untuk mengumpulkan pengikut, memperoleh
pengaruh, dan jaminan hidup. Lalu bagaimana pribadi semacam itu akan mampu
mengantarkan manusia mencapai tujuan akhirnya mencapai moksa. Memang pertanyaan
demikian sangat mendasar bagi manusia jaman Sekarang yang sudah tidak mudah
lagi percaya dengan sesuatu yang dianggapnya teori kosong, atau dogma
yang sulit diterima logika. Benarkah guru agung seperti Yesus, Budha, atau
Sukadeva gosvami ada di jaman ini. Jika ditelaah arti sloka Bhagavad gita
khususnya pada Bab 4.8, akan kita mengerti bahwa yang membedakan utusan Tuhan
atau avatara beliau dengan guru-guru spiritual dunia lainnya adalah misi utamanya
yakni.:
Bhakta
raksaka ; melindungi penyembah Tuhan dan menghancurkan kejahatan
Dharma
raksaka :melindungi dan menegakkan kembali pelaksanaan dharma.
Veda Poshana
: mengembalikan kemurnian dari penerapan kitab suci
Sadhu
poshana : melindungi orang- orang suci dan beriman.
Tuhan adalah pemilik semuanya ini. Seluruh alam semesta beserta isinya ada
dalam genggaman beliau. Jadi seorang guru suci yang dimandatkan oleh beliau
untuk turun ke bhumi, ataupun jika beliau turun langsung dengan kekuatan Adisakti-Nya
guna membimbing kembali manusia ke jalan yang benar pastinya akan
memiliki sifat-sifat keilahian seperti:
1. Seorang guru agung dalam kehidupannya tidak akan pernah tercela, selalu
dimuliakan dan dipuja oleh jutaan manusia tanpa mengenal perbedaan suku, agama,
ras, ataupun budaya. Karena beliau menganggap semua adalah anak-anaknya yang
harus mendapat curahan kasih sayang yang sama. Ia bebas dari perasaan suka dan
tidak suka.
2.Kerti (kemakmuran). Seorang guru agung semacam itu tidak pernah merasa kurang
dan selalu berpuas diri (atmarama), kedatangannya adalah untuk memberi dan
bukan untuk mengumpulkan hal-hal material dari pengikutnya.
3.Jnana (kebijaksanaan), seorang guru agung yang merupakan titisan dewata pasti
mengetahui tentang masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang
4.Vairagya (tanpa keterikatan) ia akan bebas dari segala bentuk keterikatan yang
berhubungan dengan badan. Hidupnya adalah untuk seluruh isi alam bukan sebatas
keluarga atau kelompok pemuja saja.
5. Sristhi (mempunyai kemampuan untuk menciptakan)
6. Stithi (kemampuan untuk mempertahankan atau memelihara apa saja yang
dikehendakinya. Misalnya menyelamatkan orang yang seharusnya sudah mati, atau
dapat memanggil kembali jiwa yang akan berangkat ke akhirat untuk tetap
meneruskan tugasnya di bhumi dalam beberapa waktu)
7.Laya (pemusnah) kehadiran seorang guru yang suci akan dapat memperingan bahkan
memusnahkan reaksi dosa dari orang-orang yang berserah diri kepadanya.


Wahai
manusia, sadarkah engkau kenapa Tuhan memberimu 2 tangan, 2 kaki, 2 mata,
dan 2 telinga, tetapi hanya menganugrahimu 1 mulut ??? Ternyata Tuhan
ingin agar engkau lebih banyak belajar diam daripada sekedar berbicara yang
tidak perlu. (berbicaralah pada saat engkau harus bicara, dan berbicaralah
hanya pada siapa engkau harus bicara) jangan menggunakan lidah yang suci
pemberian Illahi itu untuk berkata-kata kotor, berbicara keras dan kasar,
menghina atau mengejek, membicarakan keburukan orang lain apalagi untuk
memfitnah orang. Jangan memboroskan tenagamu hanya untuk berceloteh kesana
kemari yang kurang perlu, energimu akan banyak terkuras tanpa engkau
sadari.Kalaupun engkau dituntut untuk berbicara lebih, engkau harusnya hanya
membicarakan tentang kebenaran. Ingatlah bahwa manusia harus menanyakan hal
paling mendasar sebelum mereka mulai berbicara, tanyakanlah pada hati nuranimu
sendiri, apakah hal yang ingin engkau katakan itu ke-BENAR-an, apakah itu BAIK
jika disampaikan, dan apakah hal itu juga PERLU sehingga harus diungkapkan
Jangan terlalu gampang menyimpulkan sesuatu yang belum
engkau tahu pasti kejelasannya, selidikilah dulu kebenarannya. Oleh sebab itulah
engkau diberikan 2 mata agar engkau dapat lebih jelas melihat sebuah
permasalahan. Dengarkanlah lebih banyak informasi yang baik dan benar dan bukan
memanjakannya dengan gosip murahan yang tidak pasti kebenarannya. Untuk ini
pula Tuhan menganugrahi engkau telinga yang baik. 2 buah tangan ini, juga
dianugrahkan agar manusia belajar lebih banyak menolong serta memberi bantuan
bukan sebaliknya lebih banyak meminta dan menyusahkan orang lain. Begitu pula
dengan kedua kaki kita yang kuat, Tuhan berikan bukanlah agar engkau bisa bebas
pergi kemana engkau suka atau malah ke tempat-tempat yang tidak sepantasnya.
Kedua kaki itu bukan diperuntukkan guna mengejar ketenaran dan kepuasan sesaat,
tapi Tuhan hadiahkan kepadamu untuk membawa engkau ke tempat-tempat suci
pemujaan beliau agar engkau semakin dapat menyadari betapa berharga dan
sucinya hidup ini yang tidak semestinya dihabiskan dalam jerat keterikatan
duniawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar