Senin, 02 Februari 2015

Hubungan antara Maharaja Bali, Vamana Avatara, Sri Krishna, dan Raksasi Putana



2 Hal mendasar yakni Hukum sebab akibat atau Karma phala dan juga Reinkarnasi, mungkin tdk tersurat secara jelas dlm kitab agama Abrahamik. Namun terlepas dari yakin tidaknya seseorang terhadap hal dimaksud, kedua hukum ini adalah keniscayaan yang pasti akan dialami semua roh. Sebab Ia adalah produk Tuhan bukan hasil kecerdasan manusia.
Kisah tentang Putana, seorang Raksasi wanita yang dikirim oleh Raja Kamsa untuk menghabisi Sri Krishna yang telah ditakdirkan sebagai maut bagi Kamsa, adalah salah satu gambaran nyata bagaimana seharusnya mahluk hidup yang dikarunia daya pikir agar mampu mempergunakannya dengan baik untuk menyelamatkan dan meningkatkan kwalitas kehidupan jiwanya ke taraf yang lebih tinggi dan mulia dari kehidupan yang didapatkannya pada saat ini.

Sebenarnya siapakah Putana sebelum ia dilahirkan dalam wujud seorang raksasa wanita ?. Sebagaimana penuturan dari Bhagavan Sri Sathya Narayana, Putana adalah putrid dari Maharaja Bali yang merupakan penguasa di kerajaan Kerala. Walaupun Bali adalah seorang raksasa, tapi Ia adalah pemimpin yang sangat arif. Ia melandaskan segala kegiatannya pada kebenaran. Dilaksanakannya tugas-tugasnya dengan menganggap rakyat sebagai anak-anaknya sendiri. Bali adalah raja yang sangat dermawan. Ia penuh belas kasihan dan cemerlang bagaikan surya kebenaran sehingga menyebabkan pemerintahannya di Kerala makmur dan bahagia. Namun sangat disayangkan bahwa dengan berkah kekuatan yang dimilikinya, ia menjadi agak congkak dan menyerang beberapa kerajaan untuk dikuasainya, bahkan alam sorgapun hendak ditaklukannya. Ia telah mengalahkan semua dewa yang kurang sakti dengan keperkasaannya yang hebat. Maka suatu hari, untuk memperingati kemenangannya itu, ia menyelenggarakan sebuah yajna yang disebut Visvahit yajna di tepian sungai Narmada.

Jumat, 12 Desember 2014

Mencari Guru Spiritual sejati.



Ini adalah Saiupanisad. atau ajaran Sai yang dikemas dalam bentuk tanya jawab antara Bhagavan Sri Sathya Sai Baba dengan Bhakta beliau mengenai kapasitas guru kerohanian bagi perkembangan spiritual sadhaka.



Bhakta       : Svami, bolehkah kami bertanya secara leluasa kepada Svami mengenai pokok pembicaraan apa saja yang berkaitan dengan jalan kerohanian yang tidak kami ketahui ?
Sai    : Tentu saja. Apa keberatannya ? kenapa masih ragu ? Bukankah Aku disini untuk menjelaskan hal-hal yang tidak engkau ketahui. Engakau dapat bertanya kepada-Ku tanpa perlu merasa takut atau ragu sedikitpun. Aku selalu siap menjawab. Hanya Aku ingin bahwa pertanyaan yang ingin engkau sampaikan benar-benar timbul dari rasa ingin tahu.
Bhakta       : Tetapi beberapa Pinisepuh mengatakan bahwa tidak baik jika mengganggu guru dengan berbagai pertanyaan. Benarkah demikian Svami ?
Sai    : Itu tidak benar! Siapa lagi yang dapat ditemui murid ? karena guru (pembimbing rohani) merupakan segala-galanya baginya, maka seharusnya ia memang meminta nasehat beliau dalam segala hal baru kemudian bertindak.
Bhakta       : Beberapa orang mengatakan bahwa segala hal yang diminta pinisepuh harus dijalankan dengan penuh hormat tanpa membantah sedikitpun. Apakah itu juga bentuk perintah Svami ?
Sai    : Sebelum engkau percaya / yakin sepenuhnya kepada mereka dan tahu bahwa perkataan mereka benar, sulitlah bagimu menjalankan perintahnya dengan hormat. Maka sebelum itu, tidaklah salah jika engkau menyakan kembali arti dan kebenaran dari perintah-perintah itu kepada mereka hingga engkau benar-benar yakin dan mengerti.
Bhakta       : Svami, siapakah yang harus kami percaya dan siapa yang harus kami hindari ? Dunia ini begitu penuh kepalsuan. Bila mereka yang tadinya kami percaya sebagai Sadhu dan orang baik kemudian ternyata tidak menampilkan kapasitas sbg Sadhu atau orang baik, bagaimana kepercayaan kami bisa tumbuh ?
Sai    : Ah Anak-Ku! Apa perlunya engkau menumbuhkan kepercayaan kepada orang lain di dunia ini atau di alam lain ? Pertama dan terpenting, percayalah pada dirimu sendiri (Jiwa), kemudian percayalah kepada Tuhan, Paramatma. Jika engkau percaya kepada kedua hal ini, Kebaikan atau keburukan tidak akan bisa mempengaruhimu.
Bhakta       : Svami, kadang-kadang kepercayaan kepada Tuhan juga berkurang, apa sebabnya ?
Sai    : Bila seseorang terperdaya oleh dunia lahiriah belaka dan tidak berhasil mencapai aneka keinginan lahiriahnya, kepercayaan kepada Tuhan akan mulai berkurang. Karena itu hilangkan keinginan semacam itu. Dan sbg gantinya, inginkanlah pertalian spiritual saja. Maka engkau tidak akan menjadi sasaran keraguan dan kesulitan. Yang terpenting dalam hal ini adalah kepercayaan kepada Tuhan. Tanpa itu engkau mulai meragukan segala hal besar maupun kecil.
Bhakta       : Sebelum kami memahami benar-benar kenyataan Tuhan, menurut kata orang, sangat penting berkawan dengan orang yang baik dan bijaksana. Dan juga sangat penting untuk mempunyai seorang guru spiritual atau kerohanian. Apakah itu memang perlu, Svami ?
Sai    : Tentu saja berkawan dengan orang baik dan bijaksana sangat perlu. Dan untuk menyadari jati dirimu, seorang guru atau pembimbing spiritual juga penting. Tetapi dalam hal ini engkau harus sangat berhati-hati sebab dewasa ini guru sejati sudah sangat langka. Para penipu bertambah banyak dan guru-guru spiritual telah mengundurkan diri ke tempat yang terpencil agar dapat memperoleh penghayatan kesunyataan tanpa terganggu. Sebenarnya banyak guru sejati, tetapi mereka tidak mudah ditemui. Bahkan jikalaupun engkau berhasil menemukan mereka lalu mendapatkan lebih dari satu Sadvaakya (Pernyataan kebenaran), engkau harus berterima kasih atas nasib baikmu karena biasanya mereka tidak akan membuang waktu dengan menceritakan berbagai hal kepadamu!. Janganlah tergesa-gesa mencari seorang Guru.
Bhakta       : Lalu apakah sebenarnya jalan spiritual itu ?
Sai    : Ya! Justru untuk inilah kita mempunyai Veda, Shastra, Purana, dan Itihasa. Pelajarilah kitab-kitab itu. Ikuti petunjuk yang diberikan dan kumpulkan pengalaman darinya. Pahami makna dan arah tujuan dan pesan dari para ahli. Ikuti petunjuk kitab suci itu sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Bermeditasilah kepada Yang Mahatinggi (Paramaatma) sebagai Guru dan Tuhan. Kemudian buku-buku itu sendiri akan membantumu sebagai Guru. Karena apakah sebenarnya yang dimaksud Guru ? Guru adalah Ia yang membantumu memusatkan pikiran kepada Tuhan. Bila engkau menganggap Yang Mahatinggi sebagai guru dan melakukan latihan rohani dengan kasih yang tak tergoyahkan, maka Tuhan sendiri akan menampakkan diri dihadapanmu dan memberikan bimbingan spiritual tepat seperti seorang guru. Atau mungkin Beliau akan memberkatimu sehingga sebagai hasil dari latihan rohanimu, engkau akan dipertemukan dengan seorang guru sejati (Sad Guru).
Bhakta       : Tetapi kini beberapa orang sangat pandai memberikan petunjuk spiritual kepada siapa saja yang memintanya, apakah mereka bukan Sad guru, Svami ?
Sai    : Aku tidak mau mengatakan apakah mereka Sad guru ataukah bukan. Aku hanya ingin menyatakan hal ini : bukanlah tanda seorang guru sejati, bila ia memberikan petunjuk spiritual kepada setiap orang yang datang meminta dan memuji-mujinya tanpa mengetahui dan mempertimbangkan masa lalu dan masa depan si murid. Atau bahkan tanpa menyelidiki dan menguji kesiapan serta kemampuan murid itu dalam menerima pelajaran.
Bhakta       : Svami, saya telah melakukan kesalahan besar, ketika seorang pundit datang ke desa kami dan banyak orang menerima petunjuk spiritualnya, saya juga datang bersujud kepadanya dan meminta inisiasi. Ia memberi saya satu petunjuk spiritual yang baik. Saya mengulang-ulang mantra itu selama beberapa waktu. Tapi tak lama kemudian saya tahu bahwa Pundit itu ternyata hanya seorang penipu. Sejak saat itu saya kehilangan kepercayaan kepada nama Tuhan yang pernah diberikannya kepada saya. Lalu saya lepaskan mantra itu. Apakah tindakan saya salah atau benar ?
Sai    : apakah engkau meragukan benar salahnya tindakanmu itu? Tindakanmu itu salah besar. Sebagaimana seorang guru spt yang tadi Kukatakan yang harusnya menguji kesanggupan murid, muridpun harus meneliti secara kritis kualifikasi guru itu sebelum menerima petunjuk spiritualnya. Kesalahanmu yang pertama yaitu, engkau tidak memperhatikan hal ini, tetapi tergesa-gesa menerima diksa / inisiasi. Andaipun guru itu memberikannya tanpa memiliki kwalifikasi yang diperlukan, mengapa engkau mengingkari janjimu dan berhenti mengulang-ulang nama Tuhan yang suci itu?. Ini merupakan kesalahanmu yang kedua yakni melemparkan kesalahan orang lain pada nama Tuhan yang suci. Sebab sekali engkau telah menerima inisiasi dan mendapatkan mantra dari nama suci Tuhan, engkau harus mengulang-ulang mantra itu apapun kesulitannya. Nama Tuhan itu tidak boleh kaulepaskan. Bila tidak demikian, engkau bersalah karena menerima tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu dan menolak tanpa pertimbangan pula. Kesalahan itu akan berakibat bagimu. Janganlah engkau menerima satu nama Tuhan (jika masih ragu) juga jangan menerima nama yang tidak engkau sukai sebab setelah engkau terima maka engkau tidak boleh menghentikan pengulangannya.
Bhakta       : Lalu apa yang terjadi jika hal itu dihentikan, Svami?
Sai    : Dengarkanlah anak-Ku, ketidak patuhan pada guru dan melepaskan nama Tuhan akan membuat usaha dan kosentrasimu yang (tadinya) terpusat menjadi lemah. Seperti dikatakan pepatah, “Bibit tanaman yang terkena penyakit tidak akan tumbuh menjadi pohon”
Bhakta       : Tetapi bagaimana jika guru itu member mantra walaupun kita tidak pantas menerimanya ?
Sai    : Guru semacam itu bukan seorang guru. Akibat perbuatannya yang salah itu tidak menjadi tanggunganmu. Keburukan kesalahan itu hanya akan menimpa dirinya.
Bhakta       : Bila seorang murid berbuat sesuai dengan janji yang diberikan kepada gurunya, terlepas dari kenyataan bagaimana guru itu sebenarnya, dan ia tetap menghormatinya seperti sebelumnya, dapatkah murid itu mencapai tujuannya ?
Sai    : Tentu saja, itu tidak dapat diragukan lagi. Tidak tahukah engkau kisah Ekalawya ? walaupun Dronacharya tidak menerimanya sebagai murid, ia membuat sebuah patung dan menganggap patung itu sebagai Dronacharya sendiri. Ia menghormati patung itu sebagai sang guru. Lalu belajar ilmu memanah dan menjadi mahir dalam segala seni memanah. Akhirnya ketika guru yang dibutakan oleh rasa pilih kasih itu meminta ibu jari tangan kanannya sebagai imbalan, ia mempersembahkannya dengan senang hati. Apakah Ekalawya sakit hati karena cacat yang disebabkan oleh gurunya itu?
Bhakta       : Apa gunanya persembahan semacam itu ? semua latihannya menjadi percuma.
Sai    : Walaupun Ekalawya kehilangan segala kesempatan untuk menggunakan kemahirannya, namun watak yang diperoleh dari latihannya itu tidak akan pernah hilang. Dan bukankah ketenaran yang diperolehnya dengan pengorbanan itu sudah cukup sebagai imbalan?
Bhakta       : Kalau begitu, apa yang sudah lampau biarlah terjadi. Mulai sekarang saya akan berpendirian tetap dan berusaha tidak melepaskan nama itu. Saya mohon agar Svami sendiri memberkati saya dengan inisiasi dan petunjuk spiritual baru.
Sai    : Sikapmu persis sperti orang yang telah menyaksikan pementasan Ramayana semalam suntuk lalu pada pagi harinya menanyakan apakah hubungan Raama dengan Sitaa!. Telah kuberitahukan padamu bahwa sang guru dan petunjuk spiritual itu akan dating bila engkau sudah memenuhi syarat. Hal itu akan dating dengan sendirinya. Engkau tidak perlu meminta. Sesungguhnya bhakta tidak boleh meminta inisiasi atas kehendaknya sendiri, sebab ia tidak dapat mengetahui apakah ia sudah siap untuk itu ataukah belum. Guru akan terus menunggu saat yang tepat dan beliau sendirilah yang akan memberikan rahmat serta pertolongan pada saat yang dirasa tepat. Jangan menerima petunjuk spiritual lebih dari satu kali. Ini tidak dapat diulang. Jika engkau meninggalkan satu petunjuk spiritual lalu mengambil satu petunjuk spiritual yang lain sesuka hatimu, engkau seperti seorang wanita yang telah bersuami tetapi menyeleweng.
Bhakta       : Kalau begit, bagaimana nasib saya sekarang ? apakah tidak ada jalan untuk menyelamatkan saya ?
Sai    : Sesali kesalahan yang engkau perbuat, tetapi teruslah bermeditasi pada nama Tuhan yang telah engkau terima. Kecuali untuk japa atau bernamasmaranam, engkau dapat menggunakan setiap nama yang kau sukai. Ingatlah bahwa untuk meditasi, engkau hanya boleh menggunakan nama Tuhan yang kauperoleh dari inisiasi pertamamu. Janganlah mengganti nama yang suci itu. Ubahlah dirimu dengan kerinduan yang tulus kepada Tuhan, sebab usaha yang sungguh-sungguh dan tiada putusnya akan mampu membuatmu maju dalam spiritual. Aku memberkatimu. Sekarang engkau boleh pergi dan datanglah lain kali.

(diambil dari buku Sadeha Nivarini - Menjawab keragu-raguan. Bab I)

Senin, 17 November 2014

Brahmavaivarta Purana

Beberapa kisah penting dalam BRAHMAVAIVARTA PURANA
  • Tulasi
Diceritakan bahwa raja Kusadhvaja dan permaisurinya memiliki seorang putri yang sangat cantik hingga anak itu dinamakan Tulasi yang berarti tidak tertandingi. Tulasi pergi ke sebuah hutan bersemak-semak untuk bermeditasi. Selama bermeditasi tulasi tidak memakan apapun selama Ia hanya memiliki satu tujuan yaitu untuk mendapatkan narayan sebagai suaminya.
Karena tergerak oleh meditasi yang dilakukan oleh tulasi maka dewa Brahma menampakan diri dihadapan Tulasi. Beliau memberitahunya bahwa dalam kelahiran yang berikutnya dia akan menikah dengan seorang raksasa yang bernama Sankhacuda. Dan setelah itu maka dia akan lahir sebagai Tulasi lagi untuk bersatu dengan Narayana.
Sebagai seorang putri dari raja Kusadhvaja Tulasi sebenarnya adalah seorang jatismara, yaitu orang yang bisa mengingat seluruh kejadian dimasa lampaunya. Sebelumnya Sankhacuda adalah seorang gopa di Goloka, yaitu salah satu dari pelayan Krsna. Dan diceritakan bahwa sang gopa jatuh cinta pada Tulasi dan ingin menikahinya. namun Radha tidak hanya mencegah pernikahan itu namun juga mengutuk Sankhacuda menjadi seorang raksasa dibumi.
  • Savitri
Kata Savitri sebenarnya berarti “dia yang melahirkan”. Dinyatakan bahwa dewi Savitri telah melahirkan semua veda. Beliau adalah dewi dari dewa Surya dan ibu dari semua mantra.
Satyavana adalah putra dari raja Dyumatsena. Ketika Savitri berusia dua belas tahun, dia ingin menikahi Satyavana dan pernikahan merekapun terjadi. Namun karena perbuatan masa lalunyalah yang menyebabkan Satyavana harus mati dalam umur yang pendek.
  • Radha
Radha harus dipuja pada saat bulan purnama pada bulan Karttika. Enam belas objek yang digunakan untuk memuja beliau diantaranya adalah bunga, dupa, pasta cendana, permata, dan manisan.
Dalam Varaha Kalpa, Radha dilahirkan sebagai putri dari Vrsabhanu dari Gokula, Vrsabhanu memiliki istri yang bernama Kalavati, mereka berasal dari golongan Vaisya dan mereka telah merencanakan pernikahan putri mereka dengan seorang Vaisya yang bernama Rayana. Akan tetapi Radha tidak berkeinginan untuk menikah dengan Rayana, oleh karena itu Krsna kemudian menghilang dan meninggalkan bayangannya pada wujud putri Vrsabhana. Jadi yang menikah dengan Rayana adalah bayangan dari Radha yang asli dan Radha yang asli pergi kembali ke Goloka.
Empat belas tahun kemudian Krsna lahir sebagai bayi dalam keluarga Nanda dan Yasoda di Gokula, Yosoda sebenarnya adalah saudara perempuan dari Yasoda dan itu berarti bahwa Krsna adalah keponakan Rayana.
  • Ganesa
Prakrti melakukan Vrata untuk memuja Krsna dan mendapatkan Ganesa sebagai putranya. Sebenarnya Krsnalah yang membagi dirinya kedalam wujud Ganesa. Dewi yang telah di ciptakan dari energi gabungan semua dewa telah lahir sebagai putri Daksa yang bernama sakti. Ketika suaminya, Siva, dihina oleh Daksa dalam sebuah upacara persembahan yang dilakukan oleh Daksa maka sakti membunuh diri dengan masuk ke dalam api suci selanjutnya dia lahir lagi menjadi putri dari gunung Himalaya dan istrinya yang bernama Menaka. Namanya adalah Parvati. Parvati kemudian melalukan Punyaka Vrata, sebuah ritual yang termasuk didalamnya adalah puja pada Krsna. Krsna kemudian lahir sebagai putra Parvati. Anak itu berbaring dalam pangkuan Parvati, dengan menggerak gerakkan tangan dan kakinya. Upacara selametan itu masih berlangsung ketika Sani (Saturnus) putra dewa surya datang ketempat itu. Sani kemudian pergi mendekati sang ibu yang melahirkan anak itu, namun ia tidak berani melihatnya, ia terus menunduk.
“Mengapa kau tidak memandang pada anakku?” tanya Parvati “Ada sebuah kutukan yang mengerikan yang ditimpakan padaku” jawab sani “Apa saja yang saya lihat maka akan hancur dengan segera. Saya telah meninggalkan istriku, yaitu dari putri raja Gandharva, Citraratha, dan ini adalah kutukan yang diberikanya pada saya”.
Parvati kemudian tertawa.  Parvati berkata  “Ayo, lihatlah putraku”.  Karena merasa tertantang maka Sani kemudian melihat anak itu, sebenaranya Sani tidak melihat dengan mata yang terbuka sepenuhnya, melainkan hanya dengan satu lirikan kecil dari sudut matanya, dan ini tepat pada bagian kepala anak itu. Setelah sani melihatnya, kepala anak itu hilang dalam pangkuan Parvati. Maka Krsna segera memanggil Garuda yang merupakan raja para burung terbang kearah utara. Dipinggir sebuah sungai, Krsna melihat seekor gajah yang sedang tidur. Gajah ini adalah Airavata. Krsna kemudian memotong kepala gajah ini dengan sudarsana cakranya dan kembali ke Kailasa. Disana beliau memasangkan kepala gajah itu pada tubuh sang bayi dan juga berusaha untuk membangunkan Parvati dari pingsannya.
Anak yang telah mendapatkan kepalanya kembali itu adalah Ganesa. Ia mendapatkan berbagai anugrah dari semua dewa, rsi dan Gandrhava yang hadir pada saat upacara selamatannya. Ganesa dipuja oleh Himalaya, Menaka dan Parvati dengan bunga, pasta cendana, air suci, dan bunga.
Karena beliau adalah penguasa (isa) dari para gana (pelayan Siva) maka beliau dinamakan Ganesa. Karena kepalanya (anana) berwujud sebuah kepala gaja (gajah) maka beliau dinamakan Gajanana. Karena perutnya (udara) tampak gendut (lamba) maka beliau dinamakan Lambodara. Karena Parasurama telah memematahkan salah satu gadingnya, maka beliau dienla sebagai Ekadanta. Karena beliau menghancurkan (hara) segala kesulitan (vighna)untuk menuju kepada keberhasilan suatu pekerjaan maka beliau dinamakan Vighnahara atau Vighnesa.
Selain itu beliau juga memiliki banyak nama lain seperti Herambha, Vinayaka, Surphakarna, Gajavaktraq dan Guhargraja. Siva dan Parvati menikahkan putra-putranya, Karttikeya dengan Sasti yang juga dikenal sebagai Dewasena. Sedangkan Ganesa dinikahkan dengan Pusti.
  • Vasudeva Dan Devaki
Devaki adalah putri dari Devaka, seorang yang berhati mulia dalam garis keturunan Yadu. Dia dinikahkan dengan Vasudeva. Devaki memiliki seorang kakak yang bernama Kamsa, telah ikut banyak membantu dalam upacara pernikahan adiknya. Putra kedelapan mereka akan menjadi penyebab kematian Kamsa. Namun Vasudeva segera menengahi dan berkata bahwa ia akan menyerahkan setiap anaknya yang lahir. Dengan jaminan seperti itu maka Kamsa menjadi lebih sedikit tenang. Satu persatu putra Devaki lahir hingga dan Kamsa membunuhnya hingga putra mereka yang keenam.
Ketika Devaki hendak melahirkan putranya ketujuh, Kamsa memperketat penjagaanya dengan mengerahkan pasukan untuk berjaga setiap saat. Vasudeva memiliki istri kedua yang bernama rohini yang tinggal di Gokula. Dikisahkan bahwa dewi Mahamaya secara  gaib telah memindahkan janin yang ada dalam rahim Devaki ke dalam rahim rohini. Anak itu lahir disana dan dinamakan Samkarsana atau Bala Rama yang sangat tampan. Dan ketika Devaki hendak melahirkan putranya yang kedelapan maka Kamsa melipat gandakan penjagaan. Tetapi malam ketika Krsna lahir adalah malam yang gelap gulita dan sebuah badai hebat terjadi. Dan seolah-olah tersihir, para penjaga itu tertidur. Lahirlah seorang bayi yang tertubuh gelap dari rahim Devaki.
Diceritakan bahwa Vasudeva memiliki kenalan yang bernama Nanda di Gokula, dan Nanda memiliki istri yang bernama Yasoda. Pada malam ketika Krsna lahir dari rahim Yosada. Vasudeva datang kesana dengan bayinya yang baru saja lahir. Mahamaya yang berwujud sebagai putri Yasoda sedang tertidur disamping Yasoda dan Vasudeva secara diam-diam menukar bayi itu. Kamsa mengira bahwa bayi ini adalah putra kedelapan dari Devaki, ketika akan dibunuh maka terdengarlah suara gaib dari langit yang mengatakan ”Kamsa yang bodoh, siapa yang hendak kau bunuh itu? Sedangkan orang yag seharusnya kau bunuh kini berada ditempat lain. Orang itulah yang kelak akan membunuhmu. Jika sudah tiba waktunya maka ia akan memperlihatkan dirinya.” Kamsa kemudian melepaskan anak itu, dan anak itu dinamakan Ekanamsa yang kemudian menikah dengan rsi Durvasa.
Nanda sebenarnya adalah seorang vasu bernama Drona, dan Yasoda adalah istri Drona yang bernama Dhara. Pada kehidupan sebelumnya mereka melakukan meditasi agar bisa bertemu dengan Krsna. Tetapi tidak berhasil dan memutuskan membunuh diri kedalam api suci. Akan tetapi terdengar suara dari langit, “mohon jangan bunuh diri, karena kalian akan melihat krsna di Goloka dimana ia akan menjadi putra kalian. Maka mereka lahir sebagai Nanda dan Yasoda.Vasudeva sebenarnya adalah inkarnasi dari rsi Kasyapa, Devaki adalah Aditi, dan Rohini adalah Kadru.