Senin, 05 Mei 2014

Pentingnya sebuah Nama "Rohani"

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Walaupun ada pepatah yang berbunyi “Apalah arti sebuah nama” yg maksudnya ini disampaikan oleh orang yang rendah hati bahwasannya segala kehormatan dan pujian yg diberikaataupun sanjungan yg mungkin berhubungan dgn namanya bukan merupakan factor penting baginya dalam meningkatkan kehidupan spiritualnya. Walaupun rumus ini tidak berlaku bagi mereka yang telinganya begitu menyukai kata-kata pujian dan rayuan

Namun walaupun demikian, keberadaan sebuah nama juga sangat penting nilainya baik bagi kehidupan material duniawi maupun dalam hubungannya dengan proses bertumbuhnya nilai spiritualitas dalam diri. Oleh karena itulah maka Nama memiliki prioritas penting di dalamnya. Misalkan saja jika dalam pengurusan passport kita salah menulis satu huruf saja dalam rangkaian nama yang kita miliki, itu sudah cukup membuat kita mendapat masalah belum lagi untuk urusan birokrasi lainnya yang berhubungan dengan property seperti sertifikat tanah ataupun surat-surat berharga lainnya.
Selain itu dari sebuah nama, kita bisa menebak karakteristik seseorang, sejarah kelahiran, ataupun pesan dan harapan dari orang yang memberikan  nama dimaksud. Misalnya pada jaman dahulu orang-orang tua sering menamai anaknya sesuai dengan moment atau hal-hal  yang  sedang menjadi Trend pada saat itu. Sebagai contoh jika pada saat kelahiran seorang bayi terjadi gempa bhumi, maka anaknya biasanya dinamai I Gempa atau I Guntur. Lalu jika ada anak yang hidupnya agak susah serta tidak mempunyai orang tua, maka ia dipanggil dengan nama I Lara


Dalam kehidupan spiritual, keberadaan nama rohani merupakan hal yang begitu berarti apalagi nama itu dikaitkan dengan nama suci Tuhan. Dalam Bhagavata Purana diceritakan sebuah kisah bagaimana nama suci Tuhan (Naarayana) mampu menyelamatkan seorang pendosa yang bernama Ajamila dari hukuman di Neraka hanya karena ia memanggil nama suci Tuhan itu saat ajalnya tiba walaupun kata Naarayana yang dimaksudkan olehnya pada saat itu adalah untuk memanggil nama anaknya yang kebetulan dinamai dengan nama suci Tuhan Sri Naarayana. dalam keyakinan agama lainpun hal yang sama hampir berlaku. Hanya saja mereka tidak akan menamai anaknya dengan menggunakan nama Tuhan mereka seperti Allah atau Yesus tetapi mereka akan menggunakan nama atau istilah yang erat kaitannya dengan kegiatan, maupun tempat dimana Tuhan atau Nabi mereka menurunkan ajaran yang termuat dalam kitab suci agamanya. Misalnya penggunaan nama Taufiq hidayat, Akbar, Mathius, Yohanes, dan lain-lain. Hal ini erat kaitannya dengan pesan atau harapan dari sang pemberi nama agar mereka yang dikasihinya mampu berkelakuan atau setidaknya tervibrasi oleh kemurnian dari kesucian nama dimaksud. Walaupun memang bahwa dibalik keagungan menggunakan atau memiliki nama suci itu, orang yang bersangkutan juga dituntut suatu kewajiban moral agar bisa berkelakuan atau setidaknya memiliki karakteristik yang mendekati dari sifat pemilik nama aslinya. Oleh karena itulah peran Guru kerohanian, orang tua, atau siapapun yang memberikan nama rohani kepada seseorang  harus turut ambil bagian dalam memonitoring, mengawasi sekaligus mengarahkan orang yang diberikan nama suci itu agar senantiasa berkelakuan yang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dasar kerohaniannya.

Dalam Sembilan cara bhakti yang pernah diajarkan oleh Dewarsi Narada kepada Prahlada, mengingat, menyebut atau menyanyikan kemuliaan nama Tuhan ataupun kegiatan dan hal-hal yang berkaitan dengan Leela Tuhan merupakan cara yang cukup sederhana namun penuh dengan karunia untuk bisa mendapatkan kedekatan dengan Tuhan karena cara ini bisa dilakukan oleh siapa saja (Laki maupun perempuan, anak kecil, remaja, maupun yang sudah tua renta) serta dalam kondisi apapun dan dimanapun. Oleh karena itulah maka dengan menggunakan nama rohani maka secara tidak langsung kita telah memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan  Sravanam, Namasmaranam, serta Kirtanam untuk memanggil Tuhan tapi tetap dengan sebuah konsekwensi bahwa mereka harus tetap menjaga agar pikiran, perkataan, maupun perbuatannya tetap selaras dengan kesucian nama yang dipergunakannya atau setidaknya tidak melakukan tindakan yang bisa mencoreng nama baik serta kemuliaan nama suci dimaksud.

Semoga pikiran baik dating dari segala arah.
Om ano bhadrah krtavo yantu visvatah.

Tidak ada komentar: