Sabtu, 23 Maret 2013

Perbedaan watak Manusia dengan Iblis

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Manusia penuh dengan kasih Ilahi dan hatinya adalah sumber belas kasihan. Bicaranya selalu benar. Tenteram dan damai adalah ciri khas perasaan manusia dan merupakan sifat bawaan dalam pemikirannya. Karena itu, engkau tidak perlu pergi ke mana-mana untuk mencari kedamaian hati. Emas dan perak tersembunyi di dalam tanah; mutiara dan batu koral terdapat di dalam lautan. Demikian pula kedamaian dan keriangan tersembunyi dalam kegiatan pikiran. Setiap orang yang ingin menemukan harta yang terpendam ini harus menyelam dan mengarahkan kegiatan mentalnya ke dalam batin. Kemudian ia akan dipenuhi dengan kasih Ilahi. Hanya mereka yang telah memenuhi diri mereka dengan kasih dan hidup dalam cahaya kasih dapat menyebut diri mereka manusia. Orang yang tidak memiliki kasih adalah raksasa, mereka lebih rendah dari manusia. Kasih, yang merupakan sifat suci manusia, adalah sifat yang tetap, tidak hilang timbul, selalu ada dan tidak berubah. Kasih adalah satu dan tidak terbagi. Mereka yang sarat dipenuhi kasih tidak dapat mendendam, menaruh dengki, egois, berlaku tidak adil, berbuat yang tidak benar, jahat, atau merusak. Tetapi pada mereka yang tidak memiliki kasih, sifat-sifat buruk tersebut melebihi semuanya. Raksasa menganggap rendah kasih dan mengagung-agungkan sifat-sifat yang rendah serta keji sebagai hal yang penting. Bagi manusia, sifat-sifat keji dapat disamakan sebagai ular yang harus dibinasakan. Hanya sifat pengasih sajalah yang harus mereka inginkan dan kembangkan. Kelakuan jahat dan kebiasaan jahat mengubah sifat-sifat manusiawi dalam diri seseorang. Hati yang penuh dengan madu kasih menunjukkan sifat kemanusiaan yang sejati dalam diri seseorang. Yang dimaksudkan dengan prema atau kasih adalah cinta yang tidak bercela, tidak mementingkan diri sendiri, tiada putusnya, dan tidak bernoda.


Dalam bahasa Sanskerta, manusia disebut manava, sedangkan raksasa (makhluk yang jahat) disebut danava. Perbedaannya hanya pada huruf m dan d! Tetapi secara simbolis huruf m melambangkan sesuatu yang lembut, manis, dan kekal, sedangkan huruf d menggambarkan sesuatu yang kejam, ingkar hukum, dan berapi-api. Dapatkah seseorang disebut manusia bila tidak ada kelembutan dalam dirinya, bila ia berusaha menekan hasrat untuk mencapai keabadian? Wujudnya manusia, tetapi sifatnya iblis! Karakterlah yang merupakan sifat yang menentukan, bukan rupa. Dapatkah mereka yang wujudnya manusia disebut manusia bila tidak memiliki kebaikan hati atau kejujuran, bila sifat-sifatnya seperti iblis? Tidak. mereka tidak dapat dipandang sebagai manusia. 

Ada banyak raksasa di antara manusia di dunia ini! mungkin mereka semua tampak sebagai manusia, tetapi sifat dan kelakuan merekalah yang menentukan apakah mereka itu raksasa atau manusia. manusia dapat dikenali karena tingkah laku mereka halus, mereka simpatik dan baik budi, mereka penuh kasih dan berpegang pada kebenaran. Mereka adalah saksi yang menunjukkan kemampuan manusia untuk menyadari dan memanifestasikan kekekalannya. Sifat baik mereka memancar berseri-seri dari paras mereka sebagai kebahagiaan suci. Tanpa keindahan batin itu, sekalipun seseorang sedang bersenang hati, wajahnya hanya akan memperlihatkan api iblis yang membinasakan. Wajah orang semacam itu tidak akan pernah menampilkan rahmat kebahagiaan suci.



PERBEDAAN ANTARA ORANG BIASA DAN PEMINAT KEHIDUPAN SPIRITUAL
Mereka yang menempuh jalan spiritual harus memperhatikan perbedaan antara kelakuan orang kebanyakan dan peminat kehidupan rohani. Orang biasa tidak memiliki daya tahan atau ketabahan, tetapi ia sombong. Ia penuh dengan hawa nafsu atau keinginan yang berhubungan dengan dunia dan dalam hal itu ia berusaha memperoleh kepuasan hidup. Manusia spiritual adalah mereka yang selalu merenungkan kemuliaan Tuhan dengan tiada putusnya bagaikan gelombang samudra. Ia mengumpulkan harta keseimbangan batin dan cinta yang sama bagi semua makhluk. Ia puas dalam keyakinan bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan dan tidak ada apa pun juga yang merupakan miliknya. Tidak seperti orang kebanyakan, mereka yang menempuh kehidupan spiritual tidak mudah menyerah bila mengalami kesedihan, kerugian, perubahan-perubahan yang tidak terduga, kemarahan, kebencian, atau egoisme, lapar atau haus. Engkau harus berusaha menguasai kelemahan-kelemahan tersebut sedapat mungkin dan menempuh perjalanan hidup dengan tabah, berani, riang, tentram, dermawan, dan rendah hati. Ketahuilah bahwa pemeliharaan badan bukanlah hal yang sangat penting. Tanggunglah lapar dan haus dengan sabar. Selalulah tenggelam dalam perenungan yang tiada putusnya pada Tuhan.
Sebaliknya, bertengkar mengenai hal-hal yang sepele, lekas kehilangan kesabaran, merasa sedih karena kekecewaan-kekecewaan kecil, menjadi marah karena terhina sedikit saja, cemas karena lapar, haus, dan kurang tidur, hal-hal tersebut bukanlah sifat khas seorang sadhaka. Beras tidaklah sama dengan nasi. Beras yang keras menjadi lunak setelah dimasak. Sejumlah orang seperti beras yang telah matang, bersifat lembut, manis menyenangkan, dan tidak berbahaya. Lainnya yang mentah, keras, angkuh dan penuh kekaburan batin. Sudah jelas kedua jenis ini adalah manusia yang berjiwa. Mereka yang tenggelam dalam khayal lahiriah dan kebodohan sifat-sifat duniawi adalah "orang biasa"; sedangkan mereka yang tenggelam dalam khayal batin atau hasrat untuk memperoleh pengetahuan yang sejati adalah sadhaka. Tuhan tidak tenggelam dalam kedua hal itu. Tuhan tidak memiliki khayal apa pun juga. Orang yang tidak terpengaruh oleh khayal lahiriah adalah sadhaka; bila khayal batin pun sudah tidak dimilikinya lagi, ia dapat disebut sebagai Tuhan, karena hatinya menjadi tempat Tuhan bersemayam. Karena itu, engkau dapat menyimpulkan bahwa segala sesuatu diliputi oleh Tuhan. Walau pun Tuhan berada dalam setiap hati, latihan spiritual tetap penting agar engkau dapat menghayati sendiri kebenarannya bukan? Bukankah engkau tidak dapat melihat wajahmu sendiri? Engkau harus mempunyai cermin untuk memperlihatkan bayangan wajahmu. Demikian pula engkau harus mempunyai suatu jalan utama, suatu metode sadhana untuk membebaskan dirimu dari segala sifat.
 

Tidak ada komentar: