Jumat, 01 Maret 2013

Kesamaan antara Jnana dan Bhakti

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Tidak ada perbedaan antara bhakti kepada Tuhan dengan pengetahuan tentang Tuhan (jnana). Dari pengabdian kepada Tuhan yang mengenakan wujud, berkembanglah pengabdian pada Tuhan yang mutlak dan tidak berwujud. Demikian pula dari bhakti kepada Tuhan, berkembanglah pengetahuan tentang Tuhan. Saya tidak setuju pada anggapan yang mengatakan bahwa karma, bhakti, dan jnana itu terpisah. Saya bahkan tidak suka menggolongkan satu di antaranya sebagai yang pertama, lainnya sebagai yang kedua, dan berikutnya lagi sebagai yang ketiga. Saya tidak mau menerima campuran ketiga hal ini atau bahkan peleburan ketiga hal tersebut. Kegiatan tanpa pamrih adalah bhakti dan bhakti adalah jnana. Sepotong gula batu mempunyai rasa manis, berat, dan bentuk. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan satu dari lainnya. Setiap partikel gula batu mempunyai ketiga hal ini. Kita tidak menjumpai partikel gula yang hanya mempunyai bentuk, partikel lain yang hanya mempunyai berat, dan partikel lain lagi yang hanya mempunyai rasa manis. Bila gula batu itu diletakkan di atas lidah, manisnya akan kita rasakan, beratnya akan berkurang, dan wujudnya pun akan berubah, semua itu terjadi pada saat yang sama. Demikian pula jiwa, dan Tuhan, satu sama lain tidak terpisah, mereka sama (Terutama dalam hal kwalitas).

Karena itu, semua perbuatan yang kita lakukan harus sarat dengan semangat pengabdian (sewa), kasih (prema), dan kearifan (jnana). Dengan kata lain, setiap kegiatan hidup harus sarat dengan hakikat ketiga jalan spiritual ini (karma, bhakti, dan jnana). Inilah jalan yang paling luhur. Hal ini harus benar-benar dipraktekkan, bukannya sekedar dibicarakan. Sadhana harus dilakukan terus menerus dengan hati yang selalu berkembang, sarat dengan bhakti dan kebijaksanaan. Keindahan pengulang-ulangan nama Tuhan merupakan pesona kehidupan. Kebahagiaan batin yang diperoleh dari pengulang-ulangan nama Tuhan sama dengan kegembiraan lahir yang kita alami bila kita mempersembahkan kegiatan duniawi kita kepada-Nya.

Bila engkau melakukan suatu perbuatan sebagai persembahan kepada Tuhan, hal ini tidak hanya baik bagimu (swartha), tetapi orang lain yang terpengaruh oleh perbuatan itu pun akan mendapat faedah (parartha). Sesungguhnya kebaikan dan faedah tersebut lebur dengan kebaikan tertinggi (paramartha), semuanya menjadi satu. Mula-mula "aku" dan "engkau" menjadi "kita". Kemudian "kita" dan "Ia" menjadi satu. Mula-mula jiwa (jiwa individu atau "aku") harus mencapai persamaan dengan alam semesta (yaitu prakrithi" atau "engkau") dan kemudian dengan Tuhan Yang Mahatinggi ("Ia"). Sesungguhnya inilah makna mantra "Om Tat Sat" (semua ini adalah Yang Mutlak).
Hari ini, kemarin, dan besok, semua ciptaan ini adalah Yang Mutlak selama-lamanya. "Ia" dan "aku" selalu ada. Latihan spiritualmu juga harus selalu dilakukan sebagaimana surya tidak terpisahkan dan tak pernah dapat diceraikan dari sinarnya, demikian pula peminat kehidupan rohani tidak boleh lepas dari latihan spiritualnya. Hanya bila sadhaka taat dan tekun melakukan sadhana dengan tidak putusnya maka ia dapat dikatakan manunggal dengan Yang Mutlak (Om)

Tidak ada komentar: