Kamis, 13 Desember 2012

Sath Sang ( Pergaulan dengan orang-orang benar)




Tanggal cantik, tahun keramat, sekaligus tanggal yang pernah menjadi fenomena menakutkan bagi beberapa orang karena dikaitkan dengan ramalan kiamat mini 2012 akhirnya terlampaui juga tanpa meninggalkan peristiwa super heboh sebagaimana prediksi yang pernah muncul untuk tanggal 12 bulan 12 tahun 2012 itu. Tapi jangan takabur apalagi sudah terlena dalam kesibukan menyambut tahun baru yang akan datang karena lembaran bulan ke dua belas ini masih menyisakan rentang waktu18 hari yang masih menjadi misteri dan teka-teki bagi sebagian orang yang menyikapinya dengan serius. Tapi apapun itu, postingan tulisan saya hari ini bukanlah untuk membahas hal dimaksud. Biarlah kiamat terjadi ataupun tidak yang penting kita tetap punya persiapan untuk menyambut kematian yang sudah pasti bagi mereka yang pernah menyatakan hidup. Salah satu persiapan tambahan yang akan saya bagi hari ini selain cerita ketuhanan sebagaimana yang sudah saya postingkan beberapa hari yang lalu adalah mengenai pentingnya menjalin pergaulan dengan orang-orang baik untuk menyadari kesunyataan diri sendiri.


Jaranglah di dunia ini mendapat teman yang baik budhi. Orang jahat sekarang ini sangat banyak. Ibaratnya batu granit berserakan disana sini tetapi batu berlian, itu harus dicari.

Tubuh adalah piala tempat engkau menampung madu rahmat Tuhan. Itulah tujuan utama diberikannya tubuh kepadamu, karena tanpa mangkuk atau wadah, bagaimana kita dapat menerima madu rahmat itu? Tuhan adalah madu yang sangat manis. Tidak kurang dari itu “demikian kata kitab suci Veda. Bila rahmat-Nya dilimpahkan, tubuh akan bergetar.

Tubuh harus dijaga agar tetap bersih dan murni. Tidak terpengaruh oleh kotoran,penyakit,dan kesedihan, penderitaan, atau keputusasaan. Manusia dan Tuhan dapat diibaratkan dengan besi dan magnet. Sifat Tuhan adalah menarik manusia kepada-Nya. Karena dalam diri manusia terdapat sifat ketuhanan. Bila magnet tidak berhasil menarik lempengan besi, beis itu dengan bodohnya mengira bahwa magnet sudah kehilangan kekuatannya ! namun kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa lempengan besi itu terselubung karat dan debu yang terlalu tebal. Tetapi besi itu tidak menyadari kekurangannya sendiri.ia segera menyalahkan Tuhan (magnet) atau bahkan mengingkari-Nya.
Cara yang paling mudah dan efektif untuk menjaga agar kita bebas dari debu dan karat adalah dengan menjaga pergaulan yang baik (Sath sang). Karena pergaulan dengan teman-teman yang baik dan saleh secara perlahan-lahan namun pasti akan dapat menyucikan dan membersihkan kebiasaan kita yang mungkin sering menyimpang dari jalan yang lurus guna kembali menuju pada kesadaran diri yang sejati. Kita harus berhati-hati dalam memilih teman yang baik kemudian tetap menjaga hubungan dengan mereka. Secangkir air tidak ada hilainya tetapi bila dituangkan kedalam sepuluh cangkir susu, air itu akan memperoleh nilai yang sama dengan susu!. Sebaliknya, bila secangkir susu dituangkan kedalam sepuluh cangkir air, susu itu akan kehilangan nilainya dan akan dianggap tidak berguna. Karena itu, kumpulan teman-teman baik yang kita ikuti harus lebih murni dan lebih mulia dari kita, serta berpegang teguh pada cita-cita kebenaran dan kebajikan yang lebih luhur dari kita sendiri. Bila seorang perokok berteman dengan orang-orang yang tidak merokok, besar kemungkinan ia akan dapat meninggalkan kebiasaan merokoknya secara perlahan. Tetapi bila seorang yang tidak merokok jatuh kedalam pergaulan dengan orang-orang yang suka merokok, maka pastilah lambat laun ia juga akan menjadi seorang perokok. Demikianlah pengaruh halus yang tidak kelihatan yang akan kita peroleh dari teman-teman. Oleh karenanya pergaulan yang kita ikuti secara kualitatif ataupun kuantitatif harus lebih agung dan lebih luhur.


Ada permata kebijaksanaan yang berharga di dalam hati kita yang harus digali agar dapat kita manfaatkan. Dan alat yang harus kita gunakan untuk memperolehnya adalah apa yang disebut dengan akal budhi. Pada mulanya mungkin kita akan menghadapi penghalang seperti bongkahan batu besar yang menghambat jalan menuju hal itu. Penghalang yang berupa kesadaran badan, sang ego. Keinginan atau hawa nafsu merupakan bongkahan batu yang juga harus digali,dikeluarkan,dan disingkirkan. Kemudian kita akan mendapati lapisan pasir pikiran yang baik, perkataan yang baik, dan juga perbuatan yang baik. Bila lapisan ini telah kita capai, kita sudah mendekati keberhasilan. Apalagi jika kita tetap menjaga hubungan yang baik dengan teman-teman yang berhati mulia dalam sathsang. Namun jika kita hanya kadang-kadang saja mengikutinya, maka akan sukarlah memperoleh rahmat Tuhan (atau ikut mengambil bagian di dalamnya) disebabkan oleh wadahnya yang kusam dan kotor. Sebagaimana dalam rumah tangga akan kita lihat bahwa perangkat masak yang digunakan setiap hari akan lebih bersih dan mengkilap jika dibandingkan dengan peralatan memasak lainnya yang hanya dipergunakan sesekali lalu disimpan beberapa waktu sehingga ketika akan mempergunakannya kita harus menggosoknya dengan keras agar kelihatan lebih bersih.
Kebahagiaan jiwa yang kita peroleh bila kita baik dan berbuat baik harus cukup sebagai inspirasi dan ganjaran. Lawanlah segala godaan untuk mengikuti pergaulan yang buruk. Ini akan member kita rasa harga diri. Kita akan meningkat dalam penilaian kita sendiri, kita tiak perlu menunduk di hadapan siapapun bila kita sudah menempuh cara hidup yang bijak sebagaimana ujar-ujar kitab suci. Tetapi bila kebohongan dan kedengkian merajalela, anggaplah hal itu sebagai ujian bagi kemampuan pertimbangan dan kesabaran kita. Dengan maju selangkah demi selangkah, kita akan dapat mencapai ujung jalan. Suatu perbuatan baik yang diikuti oleh perbuatan baik lainnya akan berkembanga menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Dengan mendengarkan, kita akan terdorong untuk bertindak. Bulatkan tekad kita untuk hanya bergaul dengan teman-teman yang baik saja dan membentuk kebiasaan guna mengulang-ulang nama suci Tuhan. Kemudian dengan merenungkan pengejawantahan kebahagiaan (Anandaswarupa) tabir kekaburan bhatin dalam diri kita akan terungkap melenyapkan segala kesedihan dan kekhawatiran. Pergaulan yang baik akan membawa kita menuju kepada ketidak terikatan, dan dengan ketidak terikatan ini akan membantu kita dalam mencapai kesadaran diri sejati. Tetaplah berusaha agar kita senantiasa berada di dalam pergaulan dengan orang-orang yang mengabdikan dirinya pada kehidupan rohani, orang-orang yang akan mendorong dan member kita semangat agar maju terus kepada tujuan yang dicita-citakan. Dengan cara ini kita akan dapat mencapai kemurnian pikiran dan perasaan sehingga kebenaran kesunyataan akan tercermin dengan jelas di dalamnya. Pergaulan dengan teman-teman yang baik lambat laun akan menyebabkan kita mengundurkan diri dari berbagai kegiatan yang mengikat. Bila sepotong arang diletakkan ditengah bara api yang menyala kemudian dikipasi, arang itupun akan ikut menyala. Demikian halnya dengan api kebijaksanaan akan menyala dengan cara yang sama.
Bila manusia lahir sebagai orang yang mengetahui kenyataannya yang sejati, ada suatu cara untuk memurnikan dirinya. Prosesnya adalah dengan menemui dan bergaul dengan orang-orang baik dan bijaksana, mendengar petuah mereka, berkonsultasi serta mengikuti nasehat orang-orang yang berhati mulia.
Karena Tuhan bertanggung jawab untuk memperbaiki kita dan membimbing kita ke jalan yang benar, maka Tuhan telah mengajarkan kepada kita agar selalu berhati-hati terhadap kejahatan mata : janganlah kita senang melihat tontonan yang tidak pantas, tidak senonoh,rendah, serta memalukan seperti apa yang disuguhkan oleh kemajuan jaman dewasa ini. Sebuah perangkap yang bisa menarik kita menuju kebusukan dan kejahatan. Selain itu, Kita juga harus menghindari kejahatan telinga, yaitu prilaku suka mendengarkan skandal,fitnah,umpatan kepada Tuhan,gossip, cerita tentang kebencian dan ketamakan, ceramah oleh orang-orang yang jahat dan tidak berketuhanan, yang tidak memiliki kasih di dalam hatinya serta tidak memperlihatkan persaudaraan dalam perbuatannya. Hendaknya kita juga berusaha menghindari kejahatan lidah, kejahatan pikiran, serta kejahatan tangan. Dengan kata lain, janganlah kita sampai mengucapkan perkataan yang bisa merusak nama baik orang lain, merugikan kepentingannya,dan juga menyakiti hatinya. Hentikanlah emosi dan nafsu yang jahat. Jauhkan diri kita dari hal-hal demikian sebab hanya dengan cara itu maka kita bisa terbebas dari berbagai kejahatan yang seringkali mencemari pikiran serta perasaan yang bisa menyebabkan kegelisahan,kekalutan,serta kekacauan.

Maut mengendap-endap mengikuti langkah kita seperti harimau yang mengintai dari semak-semak. Karenanya janganlah membuang-buang waktu lagi, berusahalah dari sekarang membuang kemalasan dan sifat pemarah dalam diri. Berusahalah tenang di tengah keributan lalu cari dan peliharalah pergaulan dengan orang-orang yang lebih suci dan murni. Biarlah asap harum pikiran suci yang timbul dari ini membumbung di sekeliling kita. Hentikan segala percakapan mengenai orang yang tersesat (menurut kita) lalu gantilah topic dengan usaha untuk mencapai jalan kerohanian. Hentikan segala hubungan dengan orang-orang yang suka mengotori lidahnya dengan hal-hal yang tidak berguna. Kita harus mengembangkan kebajikan, kebiasaan baik, sikap yang baik, serta watak yang baik. Bila tidak, hidup kita hanyalah merupakan rantai plus dan minus dimana prilaku yang satu menghapuskan prilaku yang lain sehingga bila dijumlahkan, kita hanya akan mendapatkan hasil nol.

Bila ketetapan hati kita menuju kepada yang buruk dan bila kita berada dalam pergaulan dengan teman yang buruk, keadaan kita menjadi makin parah karena plus ditambah dengan plus maka akibatnya adalah bencana. Bial niat dan ketetapan hati kita baik dan bila kita bergabung dengan pergaulan yang baik, kita dapat maju dengan pesat. Pergaulan dengan orang baik itu seperti bayangan pada tengah hari; pada mulanya pendek, tetapi sementara senja menjelang, bayangan itu menjadi semakin panjang. Sebaliknya pergaulan dengan yang tidak baik ibarat bayangan pada pagi hari; bayangan itu panjang pada waktu fajar, tetapi menjelang siang menjadi semakin pendek. Persahabatan dan pembicaraan yang tidak baik pada mulanya tampak manis dan menyenangkan tetapi akibatnya hanya akan mengotori hati dan pikiran.

Teman-teman yang tidak baik sangat mudah didapat, sedangkan teman yang baik harus dicari dan diperjuangkan. Jatuh itu amat mudah tetapi memanjat memerlukan kekuatan kehendak. Karena itu manusia lebih sering tergoda untuk mencari cara yang lebih mudah. Dunia objektif ini ibarat fatamoragana, hanya suatu bayangan. Bila kita bercukur dihadapan cermin, kita tidak akan mengenakan pisau cukur itu pada bayangan di cermin bukan? Tetapi kita akan menggunakan pisau cukur itu pada rambut kita yang sesungguhnya. Tuhan terpantul dalam cermin dunia objektif dan kita seharusnya dapat melihat bayangan beliau dalam manusia, margasatwa, burung,tanaman, pepohonan,dan rerumputan. Namun saat ini manusia lebih terpikat dan tergila-gila pada cermin dan bayangan itu tanpa mengetahui (kenyataan sejati) yang tercermin di dalamnya. Bagaimana Tuhan dapat bersinar dalam hati yang digelapkan oleh pikiran dan niat yang tidak baik ?

Manusia menjadi baik atau buruk disebabkan oleh factor lingkungan pergaulannya. Sebagaimana perumpamaan diatas : secangkir air yang bisa mendapatkan nilai lebih karena dituangkan ke dalam sepuluh cangkir susu dan sebaliknya secangkir susu akan kehilangan nilai jika dicampur dengan sepuluh cangkir air. Demikian pulalah apa yang terjadi dengan manusia. Bila debu berhubungan dengan angin, debu itu akan terbawa ke tempat yang tinggi walau ia tidak mempunyai sayap untuk terbang. Tetapi debu yang sama akan mengalir ke tempat yang terendah bila berhubungan dengan air. Debu itu tidak memiliki kaki untuk pergi ke tempat yang rendah, juga tidak memiliki sayap untuk bisa pergi ke tempat yang tinggi. Jadi teman-teman yang kita milikilah yang seringkali menentukan apakah kita akan naik atau turun.  Oleh karena itulah mulailah dari langkah awal ini, lihat siapa saja orang-orang yang menjadi teman dekat kita, evaluasi, lalu berani untuk memutuskan. Kedekatan dengan teman-teman yang baik apalagi yang berketuhanan sudah pasti akan membawa hidup lebih bernilai. Dapatkanlah kedekatan dengan Tuhan sebab dengan begitu kesucian dan penghormatan itu akan kita dapati. Ibarat ular yang melilit di leher dewa shiva, yang akhirnya mendapat penghormatan karena tempatnya yang agung, demikian pula dengan batu yang dipahat menjadi lingam akan jauh lebih beruntung daripada batu kali yang dipakai sebagai pondasi rumah.

Tidak ada komentar: