Selasa, 11 Desember 2012

BHAGAVATAM Parti 18: KRISHNA KATTA : DEWA AGNI MENGEJAR ULAR TAKSHAKA

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Melihat ini Parikshit mohon dengan mengiba-iba sambil menghapus air mata bahagia yang mengenangi matanya, “Maharesi, cerita Maharesi yang melukiskan permainan mukjizat serta rahmat Sri Krishna membuat ananda dapat membayangkan Beliau dengan jelas. Mohon ceritakan lebih banyak lagi tentang berbagai peristiwa
ketika Bhagawan melimpahkan belas kasih Beliau kepada para kakek nanda, bagaimana Beliau bergaul akrab dengan mereka dan menyelamatkan mereka dari bencana. Rasa kantuk lenyap meninggalkan mata ananda dan membuat nanda ingin mendengarkan cerita-cerita tentang Tuhan. Buatlah malam ini suci dengan menceritakan kemuliaan Tuhan kepada ananda. Hanya itulah yang dapat memuaskan hati ananda. Biarlah ananda melewatkan malam ini dengan memikirkan dan merenungkan Beliau… sikap diam Maharesi membuat ananda amat sedih.”    


Wyasa melihat bakti dan kesungguhan parikshit lalu mengubah keputusannya. Katanya, “Nak, kalau mukjizat Krishna yang hebat-hebat itu hanya satu atau dua, pastilah telah saya ceritakan kepada Ananda. Jika seseorang memiliki sejuta lidah dan waktu yang abadi, kisah kemuliaan Beliau tidak akan pernah habis. Semua dewa bersujud di hadapan Beliau dengan tangan tertangkup. Kadang-kadang Beliau mengangkat abdi Beliau setinggi langit, tetapi segera beliau menarik mereka ke bawah serendah-rendahnya. Beliau menganggap dunia ini sebagai pentas wayang. Beliau selalu tersenyum berseri-seri. Beliau tidak mengenal kecemasan, kekecewaan, atau kesedihan. Kadang-kadang Beliau bertingkah laku seperti orang biasa, kadang-kadang seperti anak yang belum tahu apa-apa, pada kesempatan lain seperti kerabat dekat, sebagai sahabat      karib, atau sebagai penguasa yang berwibawa. Kadang-kadang Beliau bertingkah laku sebagai bocah angon yang jenaka. Beliau memiliki kemampuan dan kecerdikan untuk memainkan segala peran dengan perbedaan yang unik. Beliau menyayangi kakek Ananda, Arjuna, secara khusus. Beliau sering mengajak Arjuna dalam kesempatan atau tempat apa saja. Bahkan Arjuna bebas keluar masuk di bagian dalam tempat tinggal Sri Krishna. Bhagawan sering bermain-main dengan kakek Ananda di Sungai Yamuna, menyelam di suatu tempat dan muncul lagi di tempat yang jauh untuk membuat Arjuna heran, Beliau mengajaknya melakukan hal yang sama jika dapat, bertanding denganya dalam berbagai permainan yang tidak dapat dilukiskan dan disebutkan. Secara tiba-tiba Beliau akan mengajak Arjuna pergi ke suatu tempat yang sunyi dan disitu Beliau membicarakan beberapa misteri dengannya. Seringkali Sri Krishna meninggalkan pembaringan Beliau yang dialasi kain sutera halus lalu tidur dengan kepala tanpa alas bersama Arjuna.”

“Kakek Ananda pun membalas kasih sayang Beliau dengan sepenuh hati. Walau kadang-kadang mereka kedapatan marah satu sama lain, berbicara seakan-akan berang, mereka berbaikan lagi dengan cepatnya dan segera melanjutkan pembicaraan dengan sikap bersahabat. Anakku terkasih, dapat dikatakan mereka adalah Nara dan Narayana, ibarat tubuh dan napas; tiada Arjuna tanpa Krishna dan tiada Krishna tanpa Arjuna. Tidak ada rahasia yang tidak diberitahukan oleh kakek Ananda kepada Krishna atau tidak diberitahukan oleh Krishna kepada kakek Ananda. Bagian mana dalam hubungan persahabatan mereka yang kini harus saya ceritakan kepada Ananda? Tanyakan pada saya mana yang ingin Ananda ketahui, akan saya ceritakan kepada Ananda dengan senang hati
Ketika Wyasa bersedia memenuhi permohonannya, Parikshit yang memperhatikan dengan seksama, menjawab dengan suara tersendak penuh emosi, “Maharesi, Nanda tidak tahu dengan jelas apa sebabnya kakek Nanda menghancurkan Hutan Khandawa dengan kobaran api. Ceritakan pada ananda bagaimana Sri Krishna menolongnya dalam hal itu. Buatlah ananda bahagia dengan menceritakan kejadian ini kepada nanda.” Parikshit bersujud di kaki Wyasa dan mohon agar hal ini diceritakan kepadanya.

Wyasa memujinya dan berkata, “Baiklah, Nanda mengajukan permohonan yang menambah reputasi Nanda. Akan saya kabulkan.” Kemudian dilanjutkannya, “Suatu kali ketika Krishna dan Arjuna sedang beristirahat dengan riang di pasir di tepi sungai Yamuna, tanpa menyadari dunia dan segala keruwetannya, datanglah seorang brahmin lanjut usia mendekati mereka dan berkata, “Nak, saya hampir mati kelaparan. Berilah saya sedikit makanan untuk meredakan rasa lapar saya, jika tidak, saya tidak
mampu lagi bertahan hidup.” Mendengar perkataan ini, tiba-tiba mereka sadar bahwa orang yang datang ini aneh. Walau secara lahiriah tampak wajar, ada cahaya kedewataan di sekelilingnya yang memperlihatkan bahwa ia bukan manusia biasa. Sementara itu Krishna datang dan menyapanya, ‘Brahmin yang agung, tampaknya anda bukan manusia biasa. Anda tidak akan puas dengan makanan yang lumrah, itu dapat saya duga. Katakan kepada saya, makanan apa yang anda inginkan, pasti akan saya berikan kepada Anda.’ Arjuna berdiri di           kejauhan mengawasi dan mendengarkan percakapan ini dengan sangat heran. Didengarnya Sri Krishna yang memuaskan rasa lapar segala makhluk di seluruh alam, bertanya kepada Brahmin kurus kelaparan ini, makanan apa yang dapat memuaskannya! Krishna bertanya demikian tenang dan demikian penuh pertimbangan sehingga Arjuna merasa sangat heran dan ingin tahu.”      

“Brahmin itu mendadak tertawa dan berkata, ‘Bhagawan, tidakkah Paduka mengenali saya? Tiada apapun di dunia ini, bukan, di seluruh empat belas alam, yang tidak Paduka ketahui. Saya adalah Prana, salah satu prinsip
kehidupan; dalam ciptaan Paduka saya adalah Agni, prinsip api. Saya menyesal harus memberitahu paduka bahwa saya pun jatuh sakit. Untuk menyembuhkan gangguan pencernaan saya, saya rasa saya harus melahap sari pepohonan di Hutan Khandawa. Hutan itu harus dihanguskan dalam api. Hanya itulah yang dapat memuaskan rasa lapar dan memulihkan selera saya.”

“Mendengar ini Krishna bertanya kepadanya, ‘Baiklah, makanlah; mengapa Anda datang kepada saya untuk ini? Ini sungguh mengherankan. Anda mempunyai kekuatan untuk menghabiskan seluruh jagat raya menjadi abu! Mengapa anda menginginkan pertolongan orang lain? Ketika Krishna bertanya seperti itu kepadanya, berpura-pura tidak mengerti, Agni menjawab, ‘Bhagawan, Paduka mengetahui segala sesuatu. Bukankah ular yang hebat, Takshaka, hidup di Hutan Khandawa bersama kaum kerabatnya, para abdi dan teman-temannya? Indra, Dewa Hujan, adalah sahabatnya, karena itu ia telah mengambil tanggung jawab untuk menjaga hutan ini dari bahaya api dan bencana lain. Ia telah berjanji akan menyelamatkan hutan itu dan dengan demikian menyelamatkan Takshaka. Karena itu, begitu saya mulai melahap hutan tersebut, Indra akan mengirim anak buahnya dan menyiram hutan tersebut dengan hujan. Saya akan basah kuyup tidak dapat bergerak sehingga tidak mampu membakar lagi. Karena itu saya mohon pertolongan Paduka.

“Krishna tersenyum mendengar kekhawatirannya. Kata Beliau. ‘Jika demikian, kami akan menolong Anda. Katakan apa yang harus kami lakukan, kami akan siap.’ Agni merasa senang. Ia berseru, ‘Saya sungguh terberkati; saya selamat. Paduka dapat menolong saya jika Paduka memayungi hutan itu dengan atap yang terbentuk dari pancaran anak panah sehingga hujan yang dicurahkan Indra tertahan dan saya dapat melahap hutan itu tanpa gangguan. Krishna meyakinkan Agni bahwa permohonannya akan dikabulakan. Kakek Ananda berkata kepada Agni sebagai berikut, ‘Anda dapat membakar hutan itu tanpa ragu. Senjata saya mengandung kekuatan yang cukup besar untuk melawan dan menaklukan tidak hanya satu Indra, tetapi bahkan sepuluh juta dewa hujan. Tetapi saya tidak membawa anak panah yang diperlukan untuk operasi ini dan kereta yang dapat mengangkut seluruh beban itu. Jika ini disediakan, saya akan melaksanakan tugas yang Anda berikan dengan izin Sri Krishna.”

“Nak, Parikshit, Nanda harus ingat bahwa Krishna menerima senjata itu hanya untuk menyenangkan Dewa Api; Beliau tidak memerlukan senjata semacam itu.Tidak ada senjata yang lebih ampuh dari pada kehendak Beliau; dalam waktu kurang dari sedetik Beliau dapat mengubah bumi menjadi langit dan langit menjadi bumi. Bila bergerak diantara manusia Beliau memainkan peran sebagai manusia, karena itu manusia lalu membuat dugaan-dugaan mereka sendiri tanpa memahami makna lebih dalam yang terkandung dalam berbagai tindakan Beliau. Hal ini tiada lain akibat khayal yang menyelubungi pandangan manusia.”

“Setelah mohon diri dari Krishna dengan cara ini, Agnidewa mulai melahap Hutan Khandawa. Tepat pada waktu itu, sebagaimana dugaaan sebelumnya, Indra    mengirim para pembantunya untuk menyelamatkan hutan itu dari kebinasaan. Usaha mereka tidak berhasil menolongnya. Mereka kembali kepada junjungan mereka dan melaporkan kegagalan itu. Maka Indra sendiri diiringi para pengikutnya yang gagah berani bergegas menuju tempat itu untuk menyelamatkan Hutan Khandawa dan menyerang kakek Ananda, Arjuna.”

“Arjuna menyambutnya dengan anak panah dari busur gandiwanya yang termasyhur. Indra pun berjuang dengan segenap kekuatannya. Dalam beberapa menit para pengikut Indra mengundurkan diri, tidak sanggup menahan hujan anak panah yang menyerang mereka dari segala penjuru. Indra sadar bahwa orang yang mengalahkan mereka adalah puteranya sendiri, Arjuna; ia merasa sangat malu karenanya. Ia menyesal karena tidak mampu mengalahkan anaknya sendiri lalu kembali dengan sedih dan kehilangan semangat.”

“Sementara itu Dewa Api melahap hutan dengan riang dan penuh selera makan, menelan segala sesuatu dengan ribuan lidahnya yang membara dan menimbulkan kebakaran yang hebat. Hanya abu yang tertinggal. Melihat ini burung margasatwa hutan berusaha menyelamatkan diri dari bencana tersebut, tetapi tidak berhasil; mereka terperangkap api dan terbakar hidup-hidup. Krishna mengelilingi hutan itu dengan kereta Beliau untuk mencegah penghuninya lari keluar menyelamatkan diri, terutama ular dan binatang-binatang lain. Beliau melihat Takshka, sahabat Indra, sedang meloloskan diri dari api. Krishna memanggil Arjuna ke dekat Beliau untuk menunjukkan hal ini; kesempatan itu memberi Takshaka peluang untuk menjalar keluar dari hutan dan bergegas menuju Kurukshetra.”

“Agni mengejar ular itu; ia minta bantuan Dewa Angin untuk mengejar dengan kecepatan angin. Takshaka memohon perlindungan Maya, arsitek para dewa dan danawa . Bersama Maya ia bergegas menuju Kurukshetra. Krishna mengetahui hal ini dan mengejar mereka. Pada waktu itu Maya menyerah kepada Arjuna dan mohon perlindungan baginya sendiri dan bagi pihak yang dilindunginya yaitu Takshaka. Arjuna mengabulkan permohonannya. Maya, karena sangat berterima kasih bersujud di kakinya lalu berkata, “Oh, putera Pandu, saya tidak akan pernah melupakan kebaikan Anda. Saya akan melakukan apa saja yang dapat saya perbuat untuk anda dengan segala senang hati. Anda hanya perlu memberitahukan keinginan anda.”

“Kakek Ananda berpikir sebentar lalu menjawab, ‘Maya, jika anda ingin menyenangkan hati saya, saya hanya minta satu hal, bangunlah suatu balai pertemuan yang tiada duanya di bumi ini bagi kakak saya untuk mengadakan sidang. Gedung itu harus demikian megah sehingga tidak ada dewa, danawa, atau gandharwa dapat membuat bangunan yang sama untuk dirinya sendiri. Semua yang melihatnya harus kagum dan terpesona. Saya tidak memiliki keinginan lain, selain ini.’ Krishna pun memberi saran, ‘Di balairung yang hebat itu anda harus memasang singgasana yang mengagumkan untuk tempat duduk Dharmaraja, hanya dengan demikianlah balairung itu akan benar-benar megah.”      

“Apakah Ananda perhatikan Parikshit, betapa Krishna mencintai kakek Ananda? Apakah Nanda memerlukan lebih banyak lagi bukti yang meyakinkan untuk mengetahui bahwa Beliau selalu memikirkan kesejahteraan bakta Beliau? Duryodhana merasa iri melihat balairung yang hebat itu. Duryodhana, Dussasana dan teman-teman mereka kebingungan dan dipermalukan hingga merasa terhina ketika mereka mengira ada air di tempat yang tidak ada airnya, dan mengira bahwa ada pintu ditempat yang tidak ada pintunya!

Mereka jatuh di berbagai tempat dan kepala mereka terbentur berbagai dinding sehingga mereka menjadi sangat benci kepada Pandawa. Pihak kaurawa terus menerus berkomplot untuk membinasakan Pandawa, tetapi karena Pandawa memiliki rahmat Krishna secara berlimpah, mereka dapat mengatasi semua usaha pembunuhan itu seakan-akan hal tersebut hanyalah permainan anak kecil dan mereka menikmati berbagai pernyataan belas kasih Beliau. Kaurawa juga bukan   kepalang bencinya kepada Sri Krishna karena mereka mengerti bahwa Putra Yasodalah yang menganugerahkan nasib baik dan kemujuran kepada Pandawa. Tetapi apa yang dapat dilakukan manusia kepada penguasa segala ciptaan. Memupuk kebencian kepada Beliau hanya menunjukan kebodohan diri sendiri.

Tidak ada komentar: