Jumat, 16 November 2012

Meninjau alam Neraka

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


 Pada bagian ini akan coba dijelaskan tentang berbagai keadaan roh dalam beberapa tingkatan neraka. Saya ambil dari Kitab Taoisme yang berjudul “Melawat ke alam Neraka” kitab ini dibuat berdasarkan pengalaman langsung Sdr Yan seng, yang karena kemurnian bhakti spiritualnya telah dipilih oleh para dewa sebagai mediator untuk melakukan perlawatan ke alam baka dengan dituntun oleh Guru sucinya. “ Budha hidup ci kung.” Kitab ini adalah sebuah dekrit atau titah langsung dari penguasa neraka yang karena welas asihnya ketika melihat banyak roh manusia terperosok ke dalam kuasa neraka sehingga menimbulkan jerit siksaan yang cukup mengibakan. Akhirnya memilih satu perguruan bhakti dimana seorang  penyembah murni dari sang Budha terpilih sebagai mediator. Kitab ini disusun selama hampir dua (2) tahun dimulai dari Imlek tahun Wu wu, si Gwee Cap Sa. Saya berharap para pembaca yang kebetulan memiliki keyakinan serta agama yang berbeda, tidak terlalu mempersoalkan  beberapa bagian yang bersinggungan dengan istilah agama Budha atau Tao. karena tulisan ini hanya bermaksud untuk memberikan sedikit gambaran serta perenungan kepada kita semua, bahwasannya keberadaan neraka dan siksa sebagai akibat dosa itu memang ada dan tak mungkin terelakkan saat roh kita telah lepas dari kungkungan badan jasmani ini.
Mengingat isi kitab ini sangat tebal dan lebih bernuansa agama tertentu, disamping juga karena saya ingin menyelipkan beberapa pandangan yang serupa dalam ajaran agama lain, maka uraian yang akan diberikan disini hanyalah merupakan petikan dari beberapa dialog yang dilakukan oleh Sdr. Yan seng dengan Guru sucinya, kesaksian roh pendosa yang sedang menjalani hukuman ataupun keterangan dari pejabat neraka yang sedang menangani hukuman. Saya berharap kebesaran spiritual para pembaca semakin bisa dikuatkan oleh berbagai pandangan ajaran ketuhanan yang akan saya sisipkan sebagai pelengkap untuk meramu tulisan ini

KARMA PHALA
Istilah ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita semua bahwasannya segala sebab perbuatan pasti akan menimbulkan akibat. Bagaimana buah yang akan kita petik dikemudian hari sangat tergantung dari jenis pohon (karma/ kegiatan) yang telah kita lakukan. Kalau kita menanam pohon kebaikan tentu saja kebaikan yang akan kita terima begitu juga sebaliknya. Namun perlu disadari bahwa tidak semua pohon akan menghasilkan buah yang cepat dan bisa dinikmati pada kehidupan sekarang. Hal ini sangat tergantung pada jenis pohonnya, dimana menanamnya, dan kapan menanamnya. Pohon kebaikan yang ditanam di antara pohon berduri yang sudah sangat banyak, rimbun, serta akarnya menyebar kemana-mana. Mungkin akan mengalami sedikit kesulitan untuk berkembang apalagi jika tidak rajin merawatnya dengan pupuk amal sehingga sebelum pohon kebaikan itu besar dan berbuah, kita cenderung hanya mendapatkan buah asam dan pahit (penderitaan) dari tanaman berduri (symbul dari karma buruk) yang mungkin secara tidak sengaja telah kita tanam pada kehidupan sebelumnya. Sehingga sering kali orang yang telah berbuat kebaikan di saat sekarang, justru hidupnya masih harus mengecap kepahitan dari penderitaan hidup. Apa sebab ? jawabannya tentu karna pohon berduri dari karma masa lalu masih hidup dan menghasilkan buah. Oleh karena itu lakukanlah percepatan dengan memangkas semua pohon berduri dan semak belukar (symbul dari akibat karma buruk) kita dengan sabit Tobat (pengampunan), lalu bakarlah dengan kegiatan amal kebaikan kepada sesama mahluk sehingga lahan yang dulunya rimbun oleh tanaman tidak berguna itu kini bisa ditanami pohon kebaikan dengan lebih baik dan juga pohon kebaikan yang telah ditanam bisa berkembang dengan baik sehingga akan menghasilkan buah yang baik dan bisa cepat dinikmati di saat sekarang. Semakin cepat proses ini dilakukan, tentu akan semakin baik karena jika kita terlambat menanam pohon kebaikan pada saat kita akan tutup usia, tentu kita tidak bisa menikmati buahnya pada saat kehidupan ini. apalagi jika tidak sempat menanam kebaikan saat hidup dan justru lebih sering menanam bibit kejahatan, bahkan saat di alam siksa neraka, menyesalpun pastinya sudah sangat terlambat seperti apa yang diceritakan oleh beberapa roh pendosa yang sedang menjalani siksa neraka.

JENIS KEGIATAN BERDOSA DAN AKIBATNYA.

Dari sekian banyaknya jenis dan kegiatan berdosa yang dilakukan manusia sekarang, saya hanya akan memetikan beberapa bagian saja yang paling condong dilakoni manusia jaman kali. Karena di jaman sekarang manusia benar-benar telah salah pandangan dan salah pegangan sehingga hampir dalam setiap kegiatannya membuat jenis kegiatan berdosa yang baru sehingga sub seksi nerakapun harus menyesuaikannya lagi. Seperti misalnya pada jaman dahulu tidak ada sub seksi neraka yang membidangi masalah pelanggaran karena melakukan publikasi pornografi lewat media sehingga meracuni moralitas, sekarang di Nerakapun harus dibuat undang-undang serupa beserta jenis hukumannya agar setimpal. Sama dengan undang-undang anti terorisme yang baru dibuat saat ada peristiwa terorisme. Sebelum ada aksi teror semua negara hanya mengatur hukuman yang sesuai dengan jenis pelanggaran yang terjadi pada saat itu. Demikianlah di alam neraka. Kini sub seksinyapun bertambah seiring semakin menggilanya ulah manusia yang membikin berbagai jenis kegiatan berdosa baru lainnya.
Dibawah ini akan dijelaskan lebih rinci tentang berbagai jenis kegiatan berdosa beserta akibat yang diterima oleh sang roh yang semasa hidupnya berbuat dosa beserta pengakuan mereka.

Sub. Neraka : BALAI PENGOREKSIAN PEMBACAAN KITAB SUCI.
Tempat ini tampak seperti bangunan rumah yang terbuat dari kayu yang sudah lama sekali tidak diperbaiki dan agak rusak. Disana-sini banyak berlubang, bagaikan tembok bobrok yang mau ambruk. Di dalamnya terdapat banyak para pendeta, dan kaum rohaniawan dengan minyak lampu yang sangat kecil sedang membuka kitab suci agamanya dan berusaha membacanya. Keadaannya tampak menderita sekali.

Penjelasan : mereka adalah para pendeta atau rohaniawan yang semasih hidup di dunia, mencari nafkah dengan memberi jasa kepada orang yang membutuhkan untuk dibacakan kitab suci guna menghilangkan bencana, mengangkat roh keluar dari penderitaan, tetapi membacanya tidak dengan sungguh-sungguh, dan tidak tulus. Semata-mata hanya prilaku bisnis saja. Ada yang mengurangi teks bacaannya dan dalam membaca juga tidak menuruti urutan yang sebenarnya. Maka setelah meninggal rohnya akan dibawa ketempat ini untuk membetulkan cara bacanya dengan hanya mengandalkan cahaya redup yang seperti kunang-kunang untuk menyelesaikan bacaannya. Jika salah dan tertinggal satu huruf dari apa yang dibaca, maka akan disuruh untuk membaca ulang sampai benar-benar lengkap. Hukuman ini dikecualikan untuk diri sendiri yang membaca kitab suci ataupun membacakan untuk orang lain dengan tanpa bermaksud mencari uang. Memang sangat mengibakan keadaan disini karena umur mereka rata-rata sudah tua tetapi harus dipaksa membaca tulisan kecil-kecil yang tertera dalam kitab suci dengan hanya mengandalkan cahaya sekecil kunang-kunang yang terkadang redup tertiup hembusan angin neraka. Oleh karena itu jika ada orang yang mencari nafkah dengan membacakan kitab suci, maka haruslah sangat berhati-hati, tiap huruf dan kalimat tidak boleh dikurangi ataupun salah baca sebab kalau tidak, bukan saja tidak bisa menghilangkan bencana orang lain, malah diri sendirilah yang mendapat celaka.

Sub. Neraka : KOTA MATI PENASARAN.
Ditempat ini kebanyakan penghuninya adalah bayi, bagian tubuh mereka berdarah dan tak henti-hentinya menangis bahkan ada yang tergeletak di tanah. Sungguh menyedihkan. Di tempat lainnya ada juga terdapat roh yang kelihatan sangat sedih yang dikurung dalam 2 kamar. Masing-masing adalah laki-laki dan wanita muda, rambutnya kusut terurai dan wajahnya pucat.

PENJELASAN : Mereka adalah roh dari bayi yang digugurkan oleh umat manusia ataupun orang yang dibunuh. Bayi itu, karena sewaktu digugurkan badannya sudah terbentuk, maka rohnyapun tidak musnah. Maka sesudah meninggal dibawa kesini. karena para remaja tidak mau menanggung akibat dari hubungan bebasnya yang menimbulkan kehamilan lalu memutuskan lari dari tanggung jawab dengan menggugurkan kandungannya, maka roh dari bayi yang dibunuh akan pergi disertai dengan rasa benci kepada kedua orang tuanya. Selain diam-diam akan menghantuinya, sang bayi juga akan menghamburkan kekayaan dan keuangan kedua orang tuanya. dengan cara beginilah ia akan membalaskan sakit hatinya karena telah diundang memasuki rahim ibunya tetapi akhirnya diusir dengan paksa tanpa belas kasihan sebagai manusia. Memang sungguh patut disesali kedunguan manusia hanya tahu larut dalam percintaan dan malah tega membunuh darah dagingnya sendiri. Membuang bayinya tanpa rasa kasihan sedikitpun. Sungguh sangat tragis bahkan para dewapun tak tega melihatnya.

Pesan Budha : Maka bagi yang pernah menggugurkan kandungannya, mulai kini banyaklah berbuat amal kebaikan untuk menebus kesalahan supaya mendapat keringanan hukuman neraka. Para remaja yang sedang berpacaran tapi tidak mendapat persetujuan dari orang tuanya juga tidak boleh nekat mengambil jalan pintas dengan minum racun atau bunuh diri. Karena tidak akan ada gunanya. Cita-cita dua sejoli tidak tercapai di dunia, apalagi bisa mimpi bisa hidup berdampingan di akhirat malah akan mendapat siksa karena telah mengakhiri hidup yang sangat berharga sebelum waktunya tiba.Dan bagi para remaja hendaknya lebih bisa mawas diri membentengi diri dengan iman dan spiritual sehingga tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang sekedar ingin mengejar nikmat melampiaskan nafsu birahi sesaat lalu menyeret sang roh semakin dekat ke gerbang siksa neraka. Sayangilah energi vital yang terbatas itu untuk berbakti kepada Negara dan masyarakat.

Sub Neraka : TANAH KOTORAN TINJA DAN AIR SENI
      Di wilayah neraka ini terlihat sebuah kolam yang sangat besar yang tidak terlihat ujung dan pangkalnya, hampir seperti lautan. Kolam itu terisi dengan air seni dan gumpalan tinja yang baunya sangat busuk. Sementara, di tengah-tengah kolam yang menjijikkan itu terlihat banyak sekali ada roh pria, wanita, tua maupun muda bercampur menjadi satu. Mereka berteriak-teriak seakan mau tenggelam dan saat mulut mereka terbuka maka kotoran tinja dan air seni itu akan masuk tertelan oleh mulut mereka sungguh suatu pemandangan yang sangat menjijikkan 

Penjelasan : Roh atau arwah manusia yang dikirim kesini adalah para pendosa yang telah melakukan kesalahan seperti : para pelacur yang menjual badannya demi mendapatkan uang kotor, orang yang suka menipu wanita dari keluarga baik-baik lalu menjerumuskannya ke dunia hitam sebagai bahan dagangan, para corruptor, orang yang suka main perempuan dan larut dalam kesenangan nafsu birahi, orang yang mengadakan arisan uang lalu menilapnya, atau seorang pemborong bangunan yang mengurangi kadar bahan dan menyalahi besteknya.
Karena semasa hidup jiwa dan raganya terkotori atau tercemar racun dosa dan mulutnya juga tidak bersih, maka sesudah meninggal rohnya secara langsung akan terperosok ke sub seksi tanah kotoran tinja dan air seni agar rohnya mendapatkan siksa yang setimpal. Setiap kali menarik nafas yang dicium hanyalah bau busuk dan pesing dari kotoran. Dan setiap kali membuka mulut untuk berteriak akan kemasukan gumpalan tinja, perutnya lapar lagi haus, ingin makan tapi tiada makanan, karena semasih hidup di dunia hanya makan makanan yang diperoleh dengan uang kotor.

Pesan Sang Budha dan pejabat neraka : Umat di dunia dalam mengerjakan pekerjaan apapun haruslah yang terang dan jujur, cari pekerjaan yang tidak bertentangan dengan hukum negara dan agama, jangan hanya karena uang lalu menghalalkan segala cara sebab walaupun semasa hidup bisa bersenang-senang dengan uang yang didapat dari cara-cara yang tidak benar, setelah meninggal dan roh terseret ke neraka tentu keadaannya sudah akan lain sekali. Benar-benar menyambung hidup dengan memakan tinja.

Sub Neraka : Daerah kelaparan
            Di tempat ini ada sebuah jalanan kecil yang penuh kerikil tajam dan digenangi air. Ada sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi namun pohonnya lebat masih ditumbuhi pula dengan gelagah perumpung (rumput yang tingginya mencapai 2 meter) dan juga ada tumbuhan yang sejenis rotan. Keadaannya sama seperti bukit yang ada di dunia. Di kaki bukit tampak sebuah bangunan yang dikelilingi oleh tembok beton berwarna hitam kecoklatan dan di dalam bangunan tersebut tampak sejumlah sel seperti penjara yang tiap ruangnya hanya muat untuk 3 dipan saja. Setiap roh yang berada disana walaupun dandanannya bagus tapi badannya sangat kurus, mukanya pucat pasi dan tak henti-hentinya merintih bahkan ada yang menggigit jari tangannya sampai hampir putus karena saking laparnya.

Penjelasan : Roh-roh yang terseret ke wilayah ini adalah karena melakukan dosa ketamakan dan lobha serta tidak mempunyai simpati terhadap penderitaan orang lain. Di dunia banyak keluarga kaya raya yang hidupnya bergelimang kemewahan dan kesenangan lalu karena merasa mampu, seenaknya membuang makanan, sering berfoya-foya memakai uang tetapi terhadap kesusahan orang miskin sama sekali tidak tersentuh rasa kasihan. Maka setelah mati arwahnya diseret kemari agar merasakan apa yang namanya kelaparan dan hidup dalam kekurangan.
Jika semasih hidup sembarangan menyia-nyiakan dan membuang makanan, menghamburkan uang dan tidak suka berhemat, uang yang dimiliki hanya dipakai untuk kesenangan pribadi tanpa perduli untuk mengamalkannya demi orang yang sedang kesusahan ataupun untuk kesejahteraan umum, atau pria yang setelah kaya lalu meninggalkan isterinya yang tadinya diajak susah kemudian mencari kehangatan bersama wanita simpanan ataupun seorang wanita yang menjadi kaya terrenal lantas memandang rendah suaminya sendiri. Setiap orang yang menjadi kaya lalu imannya berubah sehingga menimbulkan prilaku yang rendah budhi tak berkarakter tanpa terkecuali akan diseret ke dalam wilayah neraka kelaparan.

Pesan Sang Budha dan pejabat neraka : berharap kepada semua umat manusia agar lebih menumbuhkan simpati terhadap orang lain. Jika diberikan titipan harta yang lebih, hendaknya diamalkan untuk kesejahteraan orang banyak atau membantu mereka yang sedang dalam kesusahan. Jangan hidup terlalu royal dan mewah. Ingatlah bahwa jika taunya hanya makan, minum, main, dan bersenang-senang saja, setelah rejeki habis maka kemalanganlah yang akan menyusul



Reinkarnasi Sri Krishna di jaman Kali ini yakni ,Sri Caitanya Mahaprabhu,  menyebutkan 5 hal yang tidak boleh dilakukan di jaman Kali ini, salah satunya yaitu mempersembahkan daging kepada leluhur. Oleh sebab itu, ketika kita belum tahu aturan Veda, jangan mengambil resiko, karena api neraka telah menunggu, sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat berikut :Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26 ayat 12 evam eva maharauravo yatra nipatitam purusam kravyada nama rauravas tam kravyena ghatayanti yah kevalam dehambharah artinya
“Hukuman di neraka yang bernama Maharaurava dikenakan bagi orang yang menjaga badannya sendiri dengan menyakiti makhluk lainnya. Di neraka ini, binatang ruru yang dikenal dengan nama kravyada menyiksanya dan memakan dagingnya.”Penjelasan Yang Maha Suci A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada Maharaja
Orang yang menganut paham binatang yang hidupnya hanya dalam konsep badan tidak bisa dimaafkan. Dia akan dilemparkan ke dalam neraka yang dikenal sebagai Maharaurava dan diserang oleh binatang ruru yang dikenal sebagai kravyadas.Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26 ayat 13 yas tv iha va ugrah pasun paksinova pranata uparandhayati tam apakarunam purusadair api vigarhitam amutra yamanucarah kumbhipake tapta-taile uparandhayanti artinya “Untuk menjaga badannya dan kepuasan lidahnya, orang-orang jahat memasak binatang-binatang yang tidak berdaya dan burung-burung. Orang-orang seperti itu dihukum bahkan oleh pemakan manusia. Dalam kehidupannya mendatang mereka dibawa oleh Yamaduta ke planet neraka yang bernama Kumbhipaka, dimana mereka dimasak di dalam minyak yang mendidih”

Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26 ayat 14
yas tv iha brahma-dhruk sa kalasutra-samjnake narake ayuta-yojana-
parimandale tamramaye tapta-khale upary-adhastad agny-arkabhyam
ati-tapyamane bhinivesitah ksut-pipasabhyam ca dahyamanantar-
bahih-sarira aste sete cestate vatisthati paridhavati ca yavanti pasu-
romani tavad varsa-sahasrani. Artinya:
“Pembunuh seorang Brahmana diletakkan ke dalam neraka yang bernama Kalasutra yang mana kelilingnya sebesar 8000 mil dan yang mana seluruhya terbuat dari tembaga. Memanasinya dari bawah dengan api dan dari atas dengan sinar matahari yang membakar, permukaan tembaga dari planet ini luar biasa panasnya. Demikianlah pembunuh seorang brahmana menderita dari rasa yang membakar dari dalam dan dari luar. Dari dalam dia dibakar oleh rasa lapar dan haus, dan dari luar dia dibakar oleh panas matahari dan api dibawah permukaan tembaga. Untuk itulah dia kadang-kadang berbaring, kadang-kadang duduk, kadang-kadang berdiri dan kadang-kadang berlari kesana-kemari. Dia harus menderita seperti ini selama ribuan tahun sebanyak jumlah bulu di badan seekor binatang”

Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26 ayat 17
yas tv iha vai bhutanam isvaropakalpita-vrttinam avivikta-para-
vyathanam svayam purusopakalpita-vrttir vivikta-para-vyatho vyatham
acarati sa paratrandhakupe tad-abhidrohena nipatati tatra hasau tair
jantubhih pasu-mrga-paksi-sarisrpair masaka-yuka-matkuna-
maksikadibhir ye ke cabhidrugdas taih sarvato ‘bhidruhyamanas
tamasi vihata-nidra-nirvrtir alabdhavasthanah parikramati yatha
kusarire jivah. artinya
Karena aturan Tuhan Yang Maha Esa, makhluk hidup-makhluk hidup yang rendah seperti binatang-binatang kecil dan nyamuk menghisap darah manusia dan binatang-binatang lainnya. Makhluk hidup yang kecil seperti ini tidak sadar jika gigitan mereka menyakiti manusia. Akan tetapi, kelas pertama manusia seperti brahmana, ksatria dan vaisya berkembang dalam kesadarannya, dan untuk itu mereka mengetahui bagaimana sakitnya dibunuh. Seorang manusia diberkahi dengan pengetahuan, tentu saja berbuat dosa jika dia membunuh atau menyiksa makhluk-makhluk kecil, yang tidak mempunyai kemampuan untuk membeda-bedakan. Tuhan Yang Maha Esa menghukum orang seperti itu dengan menempatkannya ke dalam neraka yang bernama Andhakupa, dimana dia diserang oleh semua burung-burung dan binatang buas, reptile, nyamuk, kutu, cacing, lalat dan makhluk hidup lainnya yang dia siksa selama hidupnya. Mereka menyerangnya dari segala sisi, merebutnya dan mengganggu tidurnya. Dia tidak bisa beristirahat, dia selalu mengembara dalam kegelapan. Demikianlah di Andhakupa penderitaannya sama seperti makhluk hidup dalam spesies yang rendah.”Penjelasan Yang Maha Suci A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada Maharaja:
Dari ayat yang sangat bermakna ini, kita belajar bahwa binatang-binatang yang lebih rendah, dibuat oleh hukum alam untuk mengganggu manusia, tidak dikenakan hukuman. Karena manusia mempunyai kesadaran yang berkembang, akan tetapi, dia tidak bisa melakukan sesuatu yang menentang prinsip varnasrama-dharma tanpa dihukum. Krishna bersabda dalam Bhagavad-gita (4.13) catur-varnyam maya srstam guna-karma-vibhagasah: “Menurut aturan tiga sifat alam material dan yang bekerja untuk mereka, empat golongan manusia diciptakan oleh-Ku.” Demikianlah manusia harus dibagi ke dalam empat kelas yaitu brahmana, ksatriya, vaisya dan sudra dan mereka seharusnya berbuat sesuai dengan kewajibannya masing-masing. Mereka tidak bisa menyimpang dari aturan dan peraturan yang telah ditentukan. Satu hal dari pernyataan ini bahwa mereka seharusnya tidak pernah mengganggu binatang, bahkan jika binatang itu mengganggu manusia. Meskipun seekor macan tidak berdosa jika dia menyerang binatang lainnya dan memakan dagingnya, jika seorang manusia dengan kesadaran yang berkembang melakukan hal seperti itu, dia harus dihukum. Dengan kata lain, seorang manusia yang tidak menggunakan kesadarannya yang berkembang tetapi sebaliknya berbuat seperti seekor binatang pasti dihukum di neraka yang berbeda-beda.

Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26 ayat 25
ye tv iha vai dambhika dambha-yajnesu pasun visasanti tan amusmil
loke vaisase narake patitan niraya-patayo yatayitva visasanti artinya
Seseorang yang dalam kehidupannya bangga akan kedudukannya yang istimewa, dan yang secara tidak peduli mengorbankan binatang hanya demi kewibawaan material, ditempatkan ke dalam neraka yang bernama Visasana setelah kematiannya. Di sana asisten-asisten Yamaraja membunuhnya setelah memberikan rasa sakit yang tidak terbatas.”PenjelasanYang Maha Suci A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada Maharaja
Di dalam Bhagavad-gita (6.41) Krishna mengatakan, …sucinam srimatam gehe yoga bhrasto bhijayate: “ Karena hubungannya yang sebelumnya dengan bhakti yoga, seeorang dilahirkan dalam keluarga brahmana yang terhormat atau dalam keluarga bangsawan.” Setelah mengalami kelahiran, seseorang seharusnya menggunakannya untuk menyempurnakan bhakti-yoga. Akan tetapi, karena pergaulan yang buruk, seseorang sering lupa akan posisinya yang tinggi yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan dia menyalahgunakannya dengan melakukan berbagai jenis yadnya seperti kali-puja atau durga-puja, yang didalamnya binatang-binatang yang tidak berdaya dikorbankan. Bagaimana seseorang itu dihukum dijelaskan di dalam ayat ini. Kata dambha-yajnesu dalam ayat ini sangat penting. Jika seseorang melanggar petunjuk-petunjuk Veda pada waktu melaksanakan yadnya dan hanya merupakan sebuah pertunjukan yadnya yang bertujuan untuk membunuh binatang-binatang, dia akan mengalami hukuman setelah kematiannya.

Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26 ayat 15
yas tv iha vai nija-veda-pathad anapady apagatah pakhandam
copagatas tam asi-patravanam pravesya kasaya praharanti tatra hasav
itas tato dhavamana u bhayato dharais tala-vanasi-patrais chidyamana-
sarvango ha hato smiti paramaya vedanaya murcchitah pade pade
nipatati sva-dharmaha pakhandanugatam phalam bhunkte artinya
“Jika seseorang menyimpang dari aturan Kitab Suci Veda yang pengaruh kecurangannya sangat berbahaya, utusan-utusan Yamaraja melemparkannya ke dalam neraka yang bernama Asi-patravana, dimana meraka akan memukulnya dengan cambuk. Ketika dia berlari kesana-kesani, melarikan diri dari rasa sakit yang luar biasa, di segala sisi dia menemukan pohon palm dengan daun-daunnya seperti pedang yang sangat tajam. Dengan demikian melukai seluruh badannya dan membuatnya pingsan dalam setiap langkahnya, dia menjerit “Oh, apa yang harus saya lakukan sekarang! Bagaimana caranya saya bisa diselamatkan! Inilah bagaimana menderitanya seseorang yang menyimpang dari prinsip-prinsip agama yang ditetapkan”
Penjelasan Yang Maha Suci A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada Maharaja
Sesungguhnya hanya ada satu prinsip keagamaan : dharman tu saksad bhagavat-pranitam. Satu-satunya prinsip keagamaan adalah untuk mengikuti perintah-perintah dari Tuhan Yang Maha Esa. Sayangnya, khususnya di Jaman Kali, kebanyakan orang tidak mengikuti aturan Kitab Suci Weda. Orang-orang tidak begitu perhatian tentang Tuhan. Apa yang harus dikatakan untuk mengikuti kata-kata-Nya. Kata nija-veda-patha bisa juga berarti “ prinsip-prinsip agamanya tersendiri”.Yang tadinya hanya ada satu veda-patha, atau sekumpulan prinsip-prinsip agama, sekarang ada banyak. Ini tidak jadi masalah, yang mana prinsip-prinsip agama yang mesti diikuti; perintahnya hanyalah dia harus mengikutinya dengan ketat. Seorang atheis atau nastika, adalah orang yang tidak percaya dengan Kitab Suci Veda. Akan tetapi, bahkan jika seseorang menganut agama yang berbeda, menurut ayat ini dia harus mengikuti prinsip-prinsip agama yang telah ditetapkan. Apakah dia orang Hindu, Muslim atau Kristen, dia harus mengikuti prinsip-prinsip agamanya sendiri-sendiri. Akan tetapi, jika seseorang membuat jalan agamanya sendiri menurut pikirannya atau jika seseorang tidak mengikuti prinsip-prinsip agama manapun, dia dihukum ke dalam neraka yang bernama Asi-patravana. Dengan kata lain, manusia seharusnya mengikuti prinsip-prinsip agama. Jika seseorang tidak mengikuti prinsip-prinsip agama, tanpa disadari dia sedang menggiring kehidupannya menuju kelahiran sebagai binatang. Seiring dengan kemajuan Kali Yuga, orang-orang menjadi tidak percaya dengan Tuhan dan mengikuti paham duniawi. Mereka tidak tahu hukuman yang menanti mereka di Asi-patravana, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat ini.
Jika kita tidak memakan atau mempersembahkan daging, tidak akan berakibat apapun. Tetapi sebaliknya, jika kita membunuh binatang untuk dimakan atau untuk yadnya tanpa aturan yang sangat tepat dan ketat dari Kitab Suci Weda, maka akan berakibat fatal. Siksaan api neraka telah menanti dalam kelahiran berikutnya, menjadi makhluk seperti itu atau hidup menjadi manusia rendah yang menderita lahir dan bathin. Lihatlah kenyataannya, ada orang yang lahir di tempat yang sedang terjadi peperangan, miskin, hidup dengan menderita sakit keras, dan ada banyak jenis binatang di muka bumi ini, dan masih banyak lagi jenis penderitaan yang lainnya yang disebabkan karena perbuatan berdosanya di masa lampau termasuk melakukan himsa karma itu.
Sabda Sathya Sai : Dalam 9 pedoman prilaku point terakhir mewejangkan agar kita senantiasa bisa membatasi keinginan (Ceiling on desires) – Don’t waste energi (jangan membuang-buang energi seperti tenaga, air, ataupun listrik jika tidak benar-benar diperlukan), Don’t waste food (jangan membuang-buang makanan sebab orang lain mungkin belum makan sama sekali- makanlah jika engkau memang benar-benar.) Don't waste time (Jangan membuang-buang waktu sebab waktu adalah Tuhan. waktu yang telah lewat tidak mungkin akan bisa dikembalikan lagi. jadi mari pergunakan waktu dengan baik. mengisinya dengan hal-hal yang berguna untuk bekal kita pulang ke akhirat. coba bayangkan jika kita mau pergi ke Jakarta saja sudah harus melakukan persiapan dini dan membawa perbekalan yang cukup, maka tidakkah jika kita akan menempuh perjalanan yang amat panjang ke dunia akhirat harus mempersiapkan lebih banyak lagi bekal dan energi untuk itu.)  Don't waste money (mempergunakan uang secara tidak bijaksana adalah merupakan kejahatan terbesar yang bisa mengundang hawa neraka semakin dekat dalam kehidupan kita.) so ! Kenali Neraka tapi bukan untuk dihuni.

Tidak ada komentar: