Rabu, 14 November 2012

Dajjal = Pemimpin Yahudi

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini



“ Sesungguhnya menjelang terjadinya kiamat, ada fitnah-fitnah seperti sepotong malam yang gelap gulita, pada pagi hari seseorang dalam keadaan beriman, tetapi pada sore hari ia menjadi kafir. Sebaliknya, pada sore hari seseorang dalam keadaan beriman, namun pada pagi hari ia sudah dalam keadaan kafir. Orang yang duduk pada masa itu lebih baik daripada berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berjalan cepat. Maka, patahkan busur kalian, putus-putuslah tali kalian dan pukullah pedang kalian dengan batu. Jika salah seorang dari kalian kedatangan fitnah-fitnah ini, hendaklah ia bersikap seperti anak terbaik diantara dua anak Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil-Pent).

 
Dalam sebuah hadits, Rasullulah juga menyebutkan “ Ketahuilah, sesungguhnya fitnah itu dari sini, fitnah itu dari sini, dari arah terbitnya tanduk setan”
Ini merupakan peringatan penting bagi setiap muslim, bahwa banyaknya fitnah yang menyebabkan seseorang murtad merupakan tanda dekatnya akhir jaman. Namun diantara berbagai fitnah yang dinubuatkan oleh beliau, tidak ada satupun fitnah yang lebih berbahaya, lebih dahsyat, dan lebih keras efek yang ditimbulkannya melepihi fitnah Dajjal. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah “…Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya tidak ada fitnah dimuka bhumi ini semenjak Allah menciptakan keturunan Adam-yang lebih besar dari fitnah Dajjal. Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang Nabi, melainkan telah memperingatkan kaumnya tentang fitnah Dajjal.(Al-Fath Juz XIII.)
Berbagai tafsiran yang muncul dari orang-orang yang merasa sebagai ahli agama seringkali menumbuhkan ketakutan yang berlebihan pada umatnya sendiri sehingga berbagai fenomena alam yang terjadi selalu dikaitkan dan dihubungkan dengan semakin dekatnya akhir zaman seperti yang dijanjikan Rasulullah. Peristiwa gempa dengan dibarengi Tsunami yang menelan korban ratusan jiwa, banjir bandang, tanah longsor, fenomena nabi palsu, perang, dan yang lainnya terus dihubung-hubungkan oleh penulis buku agama yang merasa diri paling tahu rencana Tuhan walaupun sebagian dari penulis itu kemudian merevisi kembali berbagai statement dan klaim yang pernah mereka lontarkan karena tidak ada kesesuaian dengan realita dan bahkan tidak pernah terbukti kebenarannya.namun bagi seorang muslim,memahami dengan baik nash-nash yang terkait dengan berita akhir zaman adalah merupakan sebuah kewajiban karena kesalahan dalam memahami nash dimaksud akan sangat berakibat pada sikap dan tindakan yang keliru dalam melakukan amal ataupun dalam menentukan prioritas amalan.misalnya hadits tentang pastinya kejadian perang antara umat islam dengan orang-orang Yahudi di akhir zaman.
 Makaadalah sangat keliru mereka yang membolehkan damai dengan Yahudi. Bagaimana hal itu dibolehkan sedangkan Rasulullah menyatakan bahwa kiamat tidak akan berdiri hingga umat islam memerangi mereka, bahkan jika orang-orang Yahudi itu berlindung di balik batu dan pepohonan, maka keduanya akan memberitahukan tempat persembunyian mereka. Dengan demikian, tabi’at umat islam adalah memerangi orang-orang Yahudi, Memusuhi mereka, dan tidak boleh ada kata damai dengan mereka. (Dajjal sudah muncul dari Khurasan Bab 01.hal 27). Bagi penganut agama cinta kasih dan kedamaian, hadits ini pasti dirasakan sebagai kesesatan atau paling tidak kesalahan tafsir yang cukup serius karena telah menganjurkan umatnya untuk melakukan tindakan kekerasan dan penghakiman kepada bangsa Yahudi atau umat agama lain yang mereka label sebagai Kafir hanya karena tidak memakai nama Allah sebagai Tuhan dalam keyakinan mereka. Keimanan seseorang hanya dipandang dari segi keseragaman penampilan luar tanpa mau mengerti bahwasannya kedalaman iman dan spiritual seseorang hanya Tuhan sendiri yang tahu. Nama Islam sendiri artinya Damai sehingga sungguh tak pantas jika isi hadits demikian justru dipelihara dimuka bhumi ini. Beberapa nama lain dari Allah yang dikenal umat islam adalah Al-Rahman, Al Rahim, dan Al Alim yang artinya Allah itu maha pengasih dan penyayang juga maha adil. Lalu pantaskah jika kesucian nama beliau akhirnya dikotori oleh penafsiran hadits yang justru memutar balikkan makna dari kesucian nama itu. Bagaimanapun bejat dan nakalnya seorang anak, tetapi sang ayah tidak akan pernah membencinya sedemikian rupa sampai harus mengancam untuk membunuhnya. Sang ayah selalu diliputi oleh sifat pemaaf, dan sikap yang penuh welas asih untuk menyadarkan anaknya jika memang keliru. Jika ayah di dunia saja bisa memiliki sifat yang sedemikian mulia, tidakkah Tuhan kita juga akan lebih memiliki perasaan demikian yang jauh lebih besar untuk dilimpahkan kepada anak-anaknya. Betapa berani dan kurang ajarnya manusia yang telah membatasi kemaha kuasaan Tuhan dalam hal ini.
Kembali kepada hadits-hadits lain tentang fitnah akhir zaman, maka akan kita dapatkan bahwa Rasulullah terus menerus mengulangi peringatan tersebut kepada umatnya. Hadits-hadits tersebut mengisyaratkan bahwa masa depan kaum muslimin adalah berjihad fie sabilillah dan keharusan kaum muslim untuk bergabung bersama kelompok itu untuk menaklukkan dunia, hingga islam benar-benar merata dan dan kaum muslimin hidup dalam kondisi aman dalam melaksanakan agama mereka

Kalau pernyataan ini ditafsirkan apa adanya tanpa mencari tahu Kenapa Rasulullah berkata demikian, dimana Ia mengatakan hal itu, kepada siapa ia mengatakannya dan dalam kondisi bagaimana umat ketika itu,maka bisa jadi umat muslim akan terbawa kepada kesesatan selanjutnya. Walaupun saya bukan seorang muslim, tetapi saya membaca beberapa riwayat tentang Beliau yang sangat jauh dari penafsiran seperti ini. Sebab bagaimana mungkin orang yang dipilih Allah sebagai Rasul memiliki pikiran picik seperti  itu walau memang dalam riwayatnya, Beliau hanyalah seorang yang buta huruf  namun memiliki hati bersih yang menjadikannya pilihan bagi Allah untuk mewahyukan kebenaran Tuhan dalam qur’an. Pastilah ada alasan dan situasi khusus yang menjadikan nash seperti itu diucapkan. Misalnya, kenapa di Indonesia sekarang harus ada hukum yang mengatur tentang kejahatan teroris padahal dari dulu tidak ada ayat dalam UUD 45 yang membicarakan hal ini. Jawabannya adalah  karena di Negara Indonesia sekarang ada sebuah gerakan teroris yang ingin memaksakan keinginannya guna menaklukkan dunia hingga islam / agama lain yang menganggap diri paling benar dan paling baik merata dan diterima oleh semua umat manusia.(Saya berani mengatakan demikian berdasarkan kenyataan bahwasannya sebagian besar pelaku teroris yang ada di dunia yang berhasil ditangkap adalah berasal dari umat muslim. Tapi saya tidak akan mengatakan bahwa Islam agama teroris, karena terrorist berbeda dengan Islam. Hanya kebetulan saja semua pelaku itu mengimani keyakinan yang disebut Islam.) salah tafsir akan isi kitab suci besar kemungkinan telah menjadi penyebab tumbuh suburnya sikap fanatisme buta yang selalu mengagungkan keyakinan sendiri lalu memandang rendah keyakinan lain yang juga berasal dari Tuhan yang sama.
Memang pro dan kontra dalam memahami sesuatu adalah hal wajar dan alami bagi kehidupan di muka bhumi ini, karena bukankah Tuhan telah menciptakan perbedaan ini sebagai dua buah pilar yang saling menguatkan dan melengkapi. Ada terang ada gelap, ada hitam ada putih, ada benar pasti ada yang salah, ada pria ada wanita, dan sebagainya. Jadi amatlah picik jika kita sampai berfikir bahwa keseragaman itu selalu baik. Bukankah pelangi tidak akan lagi memiliki keindahan jika hanya ditopang oleh satu warna saja. Demikian halnya dengan kebun bunga yang tidak lagi kelihatan indah jika hanya terdiri dari satu warna saja. Bandingkan jika di dunia ini hanya ada satu keyakinan agama yang disebut muslim, apakah kita mengira bahwa hidup akan menjadi lebih baik ?. Misalnya karena islam telah merata dan tidak ada lagi agama lain maka tentu  segala bunga, daun kelapa, ataupun buah-buahan yang biasa dipakai melakukan ritual keagamaan khususnya oleh agama Hindu dan Budha tidak bisa lagi memberikan manfaat sebagai sumber penghidupan oleh umat islam yang tingkat kehidupannya menengah ke bawah karena biasanya bunga, buah, dan daun yang mereka miliki masih bisa menjadi sumber penghasilan saat dijual kepada umat Hindu. Namun jika Hindu, atau Budha yang telah di cap sesat ini kemudian diusahakan untuk dimusnahkan dari muka bhumi oleh kaum fanatisme buta, apakah bisa terjamin bahwa siklus kehidupan ini bisa berjalan lebih baik. Apakah mereka sudah mempersiapkan diri untuk menampung tenaga kerja yang banyak menganggur karena wisatawan tidak lagi mau ke bali karena Ikon keindahan bali sudah ditelanjangi. Saya kira ini adalah sebuah mimpi di siang bolong yang sangat sulit untuk digapai karena sekarang saja pertumbuhan umat islam yang telah menjadi mayoritas ternyata belum bisa mencukupi kebutuhan umatnya yang masih banyak hidup di kolong jembatan hingga seringkali  menjalani kehidupan yang bertentangan dari Akidah agama 

kenyataan di media yang memaparkan hal ini tidak bisa ditutupi dan dipungkiri bahwasannya penghuni sel penjara masih lebih banyak didominasi oleh masyarakat dari kaum ini walaupun beberapa juga datang dari latar belakang keyakinan lain). Tidakkah gambaran nyata tentang pertentangan kaum Sunni dan Syi’ah di Irak ataupun Negara Islam lainnya menyadarkan bahwa dalam kesamaanpun masih tetap akan ada perbedaan. Lalu kenapa harus terus mempersoalkan perbedaan yang sesungguhnya bisa dipakai untuk melengkapi keindahan ?. sebagaimana fitnah Dajjal yang kita bahas sekarang yang juga tidak terlepas dari pro dan kontra masyarakat luas dan bahkan dari kaum muslimin sendiri yang telah terbagi menjadi 3 kelompok yakni :
Kelompok pertama, yakni kelompok yang  beriman dan paling yakin dengan semua hal yang dijanjikan Rasulullah tentang kiamat dimana kesemuanya itu akan didahului oleh berbagai fitnah yang muncul. Namun keyakinan kelompok ini biasanya asal yakin tanpa terlebih dulu melakukan penelusuran akan kebenaran tafsir yang sudah terlanjur disuratkan
Kelompok kedua, adalah mereka yang kurang perduli dengan nash-nash tentang peristiwa akhir jaman dan tidak banyak mengkajinya sebab dianggap kurang realistis dan bukan masanya.apalagi jika peristiwa akhir zaman ini dikaitkan dengan kemenangan umat islam dibawah kepemimpinan Al-Mahdi yang menaklukkan seluruh dunia, mereka menganggapnya hanya ilusi dan mimpi kosong. Diantara beberapa pendapat yang bersesuaian dengan hal ini adalah apa yang dilakukan oleh Muhammad Fahim Abu Ubayyah dalam tahqiqnya terhadap kitab “Al-Bidayah wan Nihaya fil fitan wal Malahim” karya Ibnu Katsir. Dalam mengomentari hadits tentang Dajjal, Abu Ubayyah cenderung menafikan keberadaannya dan menyebutkan bahwa Dajjal hanyalah sebatas simbul dan lambang keburukan, bukan manusia anak Adam yang sesungguhnya. Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Hasan At-Turabi yang mengatakan bahwa turunnya Nabi ‘Isa (Yesus) ke bhumi untuk memerangi Dajjal merupakan hal musykil dan mustahil yang tak bisa diterima akal sehat. Senada dengan itu, Syaikh Muhammad Abduh juga memberikan pendapat yang sama bahwasannya Dajjal hanyalah merupakan symbol bagi khurafat, kedustaan dan keburukan-keburukan yang akan sirna seiirng ditegakkannya syari’at dihadapannya. Sementara itu, orang-orang liberal sekuler islam menganggap bahwa membicarakan tentang munculnya Imam Mahdi dan Nabi Isa untuk membunuh Dajjal hanyalah merupakan bagian dari kemalasan berfikir dan kejumudan umat islam.mereka menganggap bahwa kedatangan Al-Mahdi hanyalah rekayasa kaum minoritas fanatik yang tidak mampu bersosialisasi dengan kehidupan global. Sedangkan berbicara tentang petaka akhir zaman yang akan mengembalikan kejayaan Islam adalah upaya menghibur diri secara palsu dan merupakan pembodohan umat secara terselubung.
Kelompok ketiga, adalah mereka yang tidak percaya dengan datangnya kiamat akhir jaman.
Jika dalam satu keimanan saja sudah muncul beragam pendapat yang tidak sejalan,lantas bagaimana seseorang tetap bersikukuh bahwa klaim yang dilontarkannya adalah paling benar dan paling masuk akal, padahal dalam kasus Dajjal inipun berbagai pendapat dari para ahli kitab agama nyatanya masih menyisakan tafsiran-tafsiran yang tidak sama, baik itu mengenai ciri-ciri fisiknya, lamanya ia berada di bhumi, dan juga tentang sepak terjangnya. Berikut adalah uraian singkat terhadap hal dimaksud.

MAKNA DAJJAL

Dalam sejarahnya, penisbatan nama Dajjal dipergunakan oleh Rasulullah untuk menamai para pendusta agama. Beliau menjanjikan munculnya para Dajjal hingga berjumlah 30 pendusta. Dan yang terakhir kali keluar adalah rajanya pendusta yakni Al masih Al Dajjal. Dikatakan Dajjal karena ia menutup kebenaran dengan kebatilan, oleh karena ia menutupi kekafirannya terhadap orang lain dengan kebohongan,kepalsuan,dan penipuannya atas mereka. Namun ada juga yang mengartikan karena Dajjal telah menutupi bhumi dengan banyaknya pengikutnya.

 CIRI-CIRI PHISIK DAJJAL.

Menurut beberapa tafsir, Dajjal adalah laki-laki keturunan Adam. Ia adalah seorang pemuda Yahudi berkulit merah, bertubuh pendek, berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, matanya yang sebelah kanan buta,(namun dibeberapa riwayat muslim yang lain, justru ada yang menyifati bahwa mata Dajjal yang buta adalah sebelah kirinya),  matanya itu tidak menonjol keluar tetapi juga tidak tenggelam (seperti buah anggur yang masak). Pada mata kirinya terdapat daging tumbuh yang lebih besar daripada sudutnya. Dan diantara kedua alisnya terdapat tulisan huruf  Ka Fa Ra secara terpisah yang dapat dibaca oleh setiap mukmin, baik buta huruf maupun pandai menulis. Ciri menonjol lainnya adalah bahwa ia mandul dan tidak punya anak.
Ketidak jelasan tentang ciri-ciri phisik Dajjal ini ternyata sudah bermula sejak zamannya Nabi yang mana bisa kita lihat dari ketidak sesuaian uraian antara hadits Al-Jassasah / hadits Tamim Ad-Dari dengan hadits Ibnu Shayyad. Pendapat bahwa Dajjal adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Tamim Ad-Dari oleh para ulama dianggap lebih cocok karena diceritakan langsung oleh Fatimah binti qais. Dikatakan bahwa satu waktu ketika Rasulullah usai melakukan shalat, beliau duduk diatas mimbar sambil tersenyum lalu menceritakan kisah Tamim Ad-Dari, seorang pengikut Nasrani yang telah berbai’at masuk islam tentang pengalamannya bertemu dengan mahluk besar yang mengaku sebagai Al Masih Al-Dajjal di sebuah pulau kecil ketika Ad-Dari terdampar karena perahu yang ditumpanginya pecah. Selanjutnya Rasulullah bersabda “ Aku heran terhadap cerita Tamin Ad-Dari yang sangat sesuai dengan apa yang telah aku ceritakan kepada kalian. Juga tentang kota Mekkah dan Madinah. Ketahuilah bahwa sekarang ia sedang berada di laut Syam atau Yaman. Oh tidak, tetapi dia akan datang dari arah timur…dari arah timur…”. Bertitik tolak dari hal ini dapat kita lihat bahwasannya Rasulullahpun sebenarnya tidak tahu persis bagaimana rupa dari wujud Dajjal itu, Ia hanya mendapat pewahyuan tentang ciri-ciri Dajjal sehingga iapun merasa heran saat mendengar ada kesesuaian antara pengalaman atau apa yang dilihat oleh Tamin Ad-Dari dengan ciri-ciri Dajjal yang pernah diberitahukannya kepada para sahabatnya sebelum itu. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penuturan Tamin Ad-Dari kepada Rasulullah adalah :
1.      Dajjal saat itu (ketika dijumpai oleh Tamim Ad-Dari) sedang berada di sebuah pulau dekat laut Yaman.dan dia akan keluar pada waktu yang telah dijanjikan.
2.      Kondisi Dajjal saat itu sedang terbelenggu pada kedua tangannya hingga ke kuduknya, antara kedua lututnya dan kakinya dirantai dengan besi.
3.      Dajjal akan keluar setelah cirri-ciri yang disebutkannya terjadi (Keringnya mata air Zughar, keringnya danau Thabariah dan berhentinya buah di Nakhl Baisan)
4.      Dajjal saat itu hingga kini masih dikerangkeng dengan rantai besi dan dijaga oleh seekor binatang bernama Al-Jassasah.
Dalam riwayat Ibnu Shayyad, dikisahkan bahwa ia sendirilah yang telah tertuduh sebagai Dajjal berdasarkan beberapa ciri (yang sesungguhnya belum merupakan bukti mendasar ) misalnya karena ia berada dalam kandungan ibunya selama 12 bulan, dan ketika lahir tangisannya menyerupai tangisan anak yang sudah berusia 1 bulan. Hal lain juga adalah karena Ia pernah mengklaim diri sebagai Rasul ketika ditanya oleh Rasulullah dan diperkuat lagi ketika dalam satu riwayat, Ibnu Shayyad pernah berkata bahwa demi Allah dia bersumpah bahwa sesungguhnya ia mengetahui dimana keberadaan, dan tempat kelahiran si Dajjal sehingga beberapa orang akhirnya menyindirkan ia sebagai pendusta agama.

WAKTU DAN TEMPAT KELUARNYA  DAJJAL

       Tentang hal inipun beberapa perbedaan tafsir masih menyelimuti karena menurut hadits Tamim Ad-Dari yang diriwayatkan oleh Fatimah binti qais, menjelaskan bahwa posisi Dajjal berada di laut Yaman sedangkan janji Rasulullah tentang tempat keluarnya Dajjal adalah dari wilayah Khurasan. sungguh sebuah fenomena yang menggelikan jika terjadi pembiaran tafsir yang demikian tajam padahal mereka (Fatimah dan Rasul) berada dalam kurun waktu yang sama.bukankah hal ini justru akan menimbulkan kebingungan atau barangkali orang yang menerima tafsir ini yang terlalu membodohkan diri. Bukankah sudah menjadi kebiasaan manusia yang karena egonya biar dibilang sumber yang paling pasti, paling tahu, dan paling mengerti seringkali membubuhi cerita dengan kepentingannya sendiri. (titip omong seringkali dibumbu-bumbui atau dilebihi tetapi jika titip uang seringkali di sunat-sunat atau dikurangi) jadi bukan tidak mungkin bahwa tafsir kitab suci agama yang dalam satu rumpun ternyata memiliki variasi yang berbeda dalam penyampaiannya telah mengalami bias seperti ini. Oleh karena itu sungguhlah bijak jika kita lebih memakai nalar atau akal bhudi dalam menelaah sesuatu dan bukannya seperti burung beo yang asal menerima dan mengikuti tanpa mengerti apa yang dibicarakannya.

Kembali kepada waktu keluarnya Dajjal, disebutkan bahwa perioda pertama keluarnya Dajjal berlangsung cukup lama, jika merujuk pada pendapat yang menyatakan bahwa Ibnu Shayyad adalah Dajjal. Adapun keluarnya Dajjal untuk kedua kalinya, adalah pada saat pertempuran terakhir antara Dajjal dengan kaum muslimin untuk menaklukkan Konstantin dan itu terjadi setelah kedatangan Al-Mahdi. Dan pendukung Dajjal pada saat itu bukan lagi Yahudi Israel tetapi adalah Yahudi Asbahan yang tinggal di sebuah perkampungan Yahudiyah. Jumlah mereka sebanyak 70.000 orang dan semuanya menggunakan pakaian seragam yang sama. Juga disebutkan bahwa dalam perioda ini Dajjal akan keluar karena suatu kemarahan.
Mengenai lamanya Dajjal tinggal di bhumi, menurut riwayat Imam Hambal dan Imam Ahmad dari  jalur Ibnu Khaitsam menyatakan bahwa ia keluar selama 40 hari, akan tetapi hari pertamanya bagai 1 tahun, hari keduanya bagai 1 bulan dan hari ketiganya bagai 1 pekan. Kemudian sisa-sisa hari lainnya sebagaimana hari-hari di dunia. Selama masa inilah banyak kaum muslimin yang murtad dan menjadi pengikut Dajjal. Namun lagi-lagi sebuah ketidak pastian melanda isi-isi hadits ini karena beberapa ulama justru menafsirkannya secara beragam, seperti komentar Sayikh Nashiruddin Al-Albani yang mengatakan “Terdapat perbedaan pendapat, apakah 40 tahun ataukah 40 hari 40 malam sebagaimana pula disebutkan dalam riwayat lain. Menurutnya, yang benar dan harus diperhatikan adalah pendapat kedua (40 hari dan 40 malam) sebab hadits-haditnya lebih shaih dan jumlahnya lebih banyak. (Dari hal ini semakin jelas bahwa banyak sahabat ternyata memakai nama Rasulullah untuk memperkuat tafsiran yang dilakukannya sendiri karena dalam riwayat lain oleh tafsiran sahabat lainnya juga menyebutkan Rasulullah berkata “….” Yang isinya justru berseberangan dengan tafsir versi sahabat yang lain. Jadi tidakkah kita sekarang mesti berfikir lebih dalam untuk mengkaji kebenaran hadits ini daripada langsung main tuduh dan berprasangka buruk kepada orang lain sebagai Dajjal.

KEADAAN  DUNIA  SEBELUM  KELUARNYA  DAJJAL

Keadaan manusia sebelum datangnya Dajjal dalam kondisi serba kacau, Dajjal dating sebagai pelengkap fitnah-fitnah zaman yang melanda manusia. Peperangan, perampokan,pembunuhan terus dialami oleh manusia. Karena sejak di bai’atnya Imam Mahdi, maka tiada hari yang dilalui oleh kaum Muslimin yang bersamanya kecuali perang dan penaklukkan. Selama masa itu pula kondisi alam berada dalam ketidak seimbangan. Tahun-tahun itu adalah tahun-tahun paceklik dan kekeringan, tahun dimana banyak manusia yang mengalami kelaparan dan banyaknya bencana alam. Hujan tidak menurunkan airnya dan bhumi tidak mengelurakan tumbuh-tumbuhan. Tentang kondisi dunia saat itu, Rasulullah pernah menggambarkannya sebagai berikut : “Sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal adalah tempo waktu 3 tahun yang amat sulit dimana pada waktu itu, manusia akan ditimpa oleh kelaparan yang sangat. Allah memerintahkan kepada langit pada tahun pertama darinya untuk menahan 1/3 dari hujannya dan memerintahkan kepada Bhumi untuk menahan 1/3 dari tanamannya. Tahun kedua darinya, bumi dan langit diperintahkan untuk menahan 2/3 dari air dan tanaman kemudian pada tahun ketiga, darinya Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya sehingga langit tidak meneteskan setitik airpun dan juga memerintahkan bhumi supaya menahan semua tanamannya, maka sesudah itu tidak tumbuh satu tanamanpun sehingga semua binatang berkuku akan mati kecuali yang dikehendaki Allah. Para sahabat kemudian bertanya “Dengan apa manusia akan hidup pada saat itu ?” Beliau menjawab “Tahlil, Takbir, dan Tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan makanan “

PARA  PENGIKUT  DAJJAL

Disebutkan bahwa Dajjal akan memiliki pengikut yang sangat banyak namun pasukan inti Dajjal adalah orang-orang Yahudi yang telah lama menantikan kehadirannya. Ia banyak mengelabui orang-orang dengan kekuatan sihir dan sulapnya sehingga banyak orang tertipu karenanya. Disamping itu hal ini juga dikarenakan bahwa pada saat Dajjal mendekati kota Madinah, Ia menghentak-hentakkan kakinya di kota itu yang membuat suasana seperti gempa dan menimbulkan kegaduhan sehingga banyak orang yang keluar lalu memohon perlindungan kepadanya. Orang ajam juga banyak yang mendukung Dajjal, orang Turki dan manusia dari berbagai Negara yang kebanyakan adalah orang-orang arab dusun yang tidak banyak mengetahui hakekat Dajjal. Kaum wanita juga termasuk kelompok yang paling mudah terpengaruh oleh fitnah si Dajjal.

FITNAH  DAN STRATEGI DAJJAL.
1.    Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Hudzaifah “Rasulullah berkata “ sungguh Aku lebih mengetahui apa yang menyertai Dajjal. Ia akan bersama 2 buah sungai yang mengalir dimana yang satu akan kelihatan mengalirkan air dan satunya lagi mengeluarkan api yang menyala-nyala. Maka hendaknya kamu mendatangi sungai yang kelihatan seperti api itu, dan hendaklah ia pejamkan matanya, karena yang Nampak api itu sesungguhnya adalah air yang dingin. Arti kiasnya adalah bahwa Dajjal akan menggunakan strategi pemutar balikan keadaan dimana kebenaran dibungkus dengan kepalsuan dan kemurtadan dikemas dengan hal hal yang tampaknya indah dan benar. Dajjal akan membawa surge dan neraka, siapa yang masuk surge Dajjal maka Allah akan mengazabnya dengan neraka dan barang siapa yang bersabar dengan neraka Dajjal, ia akan dimasukkan dalam surge yang sesungguhnya.
2.    Dajjal mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati, sehingga banyak orang yang menganggapnya sebagai Tuhan yang sesungguhnya.
3.    Karena Dajjal diberi kemampuan untuk menurunkan hujan dan memerintahkan bhumi untuk mengeluarkan tanaman, maka hal ini akan dipakai trik dan strategi untuk mendapatkan pengikut. Barang siapa yang tidak mengikutinya, maka  sawah ladangnya dan juga hewan ternaknya akan dihancurkan dengan kelaparan dan tempatnya akan diselimuti oleh kekeringan.
4.    Dajjal akan memaksa seorang manusia, lalu membunuh dan memotongnya dengan gergaji hingga tubuhnya terbelah menjadi dua. Kemudian Dajjal akan menghidupkan kembali orang itu dan memaksanya untuk beriman (Sebuah demo kekuasaan yang dimilikinya sehingga orang merasa takut dan akhirnya mau beriman kepadanya.)
5.    Dajjal mampu mendatangi sebuah bangunan yang runtuh, kemudian ia meminta agar semua harta simpanannya keluar, maka secara tiba-tiba harta itu akan beterbangan mengikutinya seperti sepasukan lebah yang terbang.
6.      Dajjal akan datang dengan menyertakan gunung roti dan sungai air
7.      Dajjal bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara cepat untuk menunjukkan kemampuannya.
Berdasarkan semua hal diatas dan menyimak fenomena kehidupan yang terjadi sekarang yang sudah tentu karena didasarkan pada ketakutan yang sangat akan datangnya hari kiamat disebabkan karena di Islam tidak dicantumkan secara jelas saat zaman ini berakhir. Sehingga hidup mereka jadi was-was, dan selalu diliputi kecurigaan dan penafsiran tak pasti tentang kapan waktu itu tiba. Namun terlepas dari Benar tidaknya hari Kiamat total yang dijanjikan, tidakkah kita sebagai umat beragama tetap harus mempersiapkan diri untuk menyongsong kematian entah itu sekarang atau pada saat kedatangan Dajjal di akhir zaman. Membentengi diri dengan iman dan ahlak yang baik jauh lebih baik daripada mengotori pikiran dengan aneka kecurigaan tentang hal-hal tidak baik kepada orang lain yang belum teruji kebenarannya. Jangan lantas seperti maling yang teriak maling untuk menutupi kebusukan yang dilakukannya. Menuduh seseorang sebagai pendusta sedangkan kita sendirilah yang telah melakukan fitnah kejam itu kepada orang lain. Memang penyakit jiwa /rohani ini sangat beda dengan penyakit jasmani. Kalau penyakit jasmani, maka kita sendirilah yang paling tahu tempat dan rasa sakitnya sedangkan orang lain belum tentu bisa mengetahuinya misalnya penyakit bisul, sakit perut, dll. Berbeda dengan penyakit rohani, ini justru kebalikannya, orang lainlah yang justru paling tahu tentang hal ini tetapi kita tidak menyadarinya. Penyakit macam ini misalnya rasa sombong, iri hati, dan dengki. Sepertinya inilah penyakit kronis yang sedang diderita saudara kita yang paling gemar menuduh orang lain sebagai pendusta tanpa sedikitpun menyadari bahwa sesungguhnya ia tidak lebih baik daripada yang dituduhkan kepada orang lain. Kenapa harus membuang-buang waktu yang tidak pasti untuk memikirkan keburukan orang lain dan keselamatan orang lain yang juga belum tentu kurang beruntung daripada kita. Bukankah lebih bijaksana jika sisa waktu hidup ini dipergunakan untuk memikirkan kemuliaan Tuhan karena di alam akhirat nanti, semua orang akan sibuk mengurusi dirinya sendiri, sehingga bukan tidak mungkin jika seorang ayah tidak lagi sempat mengurusi anak, istri, maupun keluarganya yang lain karena system dunia akhirat sudah lebih cermat dalam mengurusi kita sesuai dengan amalan yang pernah kita perbuat di bhumi. Berfikir untuk menyelamatkan orang lain agar tidak terkena fitnah atau tercebur kedalam samsara kehidupan di luar kaidah agama adalah hal baik tetapi sudahkah kita juga benar-benar telah selamat sehingga berani mengambil resiko demikian. Jangan sampai orang yang masih tenggelam dan tidak bisa berenang karena kecintaan yang tidak pada tempatnya nekat ingin menolong temannya yang juga berada di air. Ini namanya goblok karena selamat belum tentu dan tenggelam bersama sudah pasti. Betapa indah dan nyamannya bhumi ini ditempati jika kita bisa berfikir seperti itu. Menjaga iman dan akidah masing masing dengan kuat dan baik tanpa mencampuri keyakinan orang lain. Bukankah fitnah merupakan bagian dosa paling kejam karena lukanya akan tetap membekas di hati seumur hidup. Ia dikatagorikan sebagai dosa yang lebih kejam daripada membunuh anak kecil yang tak berdosa. Karenanya, sebelum kita berbicara dan mengeluarkan statement tertentu, alangkah baiknya jika kita menanyakan ketiga hal ini terlebih dahulu :
1.   Apakah hal yang akan kita bicarakan itu BENAR ? (Bukan gossip, Akurat dalam artian tidak hanya berdasarkan pengakuan sepihak, sudah teruji dan terbukti)
2.  Apakah yang akan kita katakan itu hal BAIK ? ( bagus untuk diucapkan atau tidak. Bukankah seorang dokter juga akan menjaga etika ini, untuk tidak mengatakan keadaan gawat kepada pasiennya karena dirasa bukan merupakan hal yang baik bagi motivasi hidupnya walaupun itu hal yang benar.)
 3.    Apakah yang akan kita katakan itu BERMANFAAT bagi diri sendiri maupun bagi orang lain

Jika ketiga pertanyaan ini tidak kesemuanya terjawab dengan kata “YA”, sebaiknya kita menunda dulu untuk berbicara apalagi jika hal tersebut menimbulkan rasa tidak enak bagi orang banyak seperti misalnya fitnah Dajjal yang dituduhkan kepada seorang Guru suci Spiritual yang bernama Bhagavan Sri Sathya Sai Baba. (Agar pembaca tidak terlalu bosan berada dalam halaman ini, maka ulasan tentang Fitnah Dajjal yang dituduhkan kepada Sai Baba, akan saya ulas pada halaman lain dengan judul Dajjal = Sai Baba ???.)

Tidak ada komentar: