Rabu, 20 Agustus 2014

Permohonan Sri Vishnu kepada Mahadeva.

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Beliau adalah Deva yang paling agung sehingga nama lainnya adalah Mahadewa. Tetapi penampilannya sungguh tidak mencerminkan keagunganNya. Dewa Siva mengolesi seluruh tubuhnya dengan abu mayat, berpakaian kulit binatang, berkalung dan bergelang ular cobra, menghias tubuhnya dengan tulang belulang dan kadang kala untaian tengkorak manusia melingkar dileher Beliau. Dengan kata lain, Dewa Siva berpenampilan sungguh nyentrik. Mengapa demikian? Padma Purana Uttara-Khanda Bab 235-236 menjawab dengan penuturan cerita dialog antara Dewa Siva sendiri dengan istrinya, Dewi Parwati.

Dewi Parwati berkata, Junjunganku, anda pernah memberitahu saya agar seseorang menghindar bicara dengan pasandi, orang asurik yang atheistic. Jika bicara dengannya, maka itu akan lebih buruk daripada berbicara dengan orang candala, orang buangan amat kotor dan hina. Mohon beritahu hamba, bagaimana tanda-tanda orang pasandi dan ciri-ciri fisik yang nampak pada dirinya.
Dewa Siva menjawab, orang-orang yang diliputi kebodohan menyatakan Deva lain siapapun lebih tinggi kedudukannya dari Visnu, Sang Penguasa Jagat, mereka inilah disebut pasandi, orang orang brahmana yang tidak mengenakan tanda dan simbul seperti sanka, cakra dan tilaka pada dahinya, mereka inilah disebut pasandi. Orang brahmana yang tidak menuruti Sastra, tidak memiliki bakti kepada Tuhan, orang yang berperilaku menurut kemauannya sendiri, dan menghaturkan persembahan ke dalam api korban suci (yajna) untuk memuja dewa-dewa selain Tuhan Yang Maha Agung, Sri Visnu, juga disebut pasandi. Sebab Sri Visnu-lah penikmat segala persembahan yajna dan pujaan para brahmana. Mereka yang menganggap Sri Visnu setingkat dengan dewa-dewa lain seperti Brahma dan saya sendiri Rudra, harus selamanya dianggap pasandi.

Dewi Parvati berkata, Junjunganku, oh dewa terbaik, hamba ingin bertanya sesuatu yang rahasia. Atas dasar cinta kepadaku, mohon jawab pertanyaan hamba, hamba sangat ragu, sastra mencela memakai tengkorak manusia, menghias badan dengan abu mayat dan mengenakan kulit binatang. Tapi anda sendiri melakukan semua itu, anda belum pernah menjelaskan semua ini kepada hamba, karena itu, oh junjungan hamba, maafkan pertanyaan hamba.
Ditanya seperti itu, Dewa Siva menjelaskan kepada sang istri rahasia besar tentang perilakunya sendiri. Dahulu kala pada masa pemerintahan Swayambhu Manu, hidup banyak asura perkasa seperti Mamuci, musuh para dewa (Bhagavata Purana 8.11.23-40). Mereka gagah perkasa, semua memuja Sri Visnu, dan melakukan penebusan dosa. Melihat kenyataan ini, para dewa yang dipimpin oleh Deva Indra menjadi frustasi dan ketakutan, lalu mendatangi Sri Visnu dan berlindung kepada-Nya. Para Dewa berkata, oh Kesava, hanya andalah yang mampu menaklukkan para asura yang perkasa ini. Mereka tidak bisa dikalahkan oleh para Dewa, dan mereka telah menghapus dosa-dosanya melalui pertapaan.

Dewa Siva lanjut berkata, mendengar kata-kata para dewa yang ketakutan, Sri Visnu atau Purusotama, menenangkan mereka. Lalu Beliau berkata kepadaku sebagai berikut, oh Rudra yang berlengan perkasa, oh Dewa yang terbaik, untuk membingungkan musuh-musuh para dewa, mohon dirancang perilaku untuk diikuti oleh para pasandi. Tuturkan kepada mereka kitab-kitab purana gelap (purana dalam sifat tamas) yang akan menyesatkan mereka, Oh anda yang cerdas, anda hendaknya ciptakan kitab-kitab agama yang akan menyebabkan para asura kebingungan.
Melalui kebhaktian kepada-Ku dan demi kebaikan seluruh jagat, anda hendaknya mendekati para rishi yang berperangai atheistic seperti Kanada, Gautama, Sakti, Upamanyu, Jaimini, Kapila (bukan Kapila putra Devahuti), Durvasa, Mrikiandu, Brhaspati, Bhargava dan Jamadagni. Masukan kedalam pikiran mereka tenagamu yang mengandung kemauanmu.
Dengan dimasuki oleh tenagamu, mereka akan menjadi para pasandi besar. Dengan diberikan kekuatan olehmu, orang-orang brahmana ini akan menuturkan keseluruh tiga dunia kitab-kitab purana dan ajaran-ajaran rohani dalam sifat kegelapan (tamasa-guna). Oh Siva, pada dirimu sendiri, anda hendaklah mengenakan hiasan berupa tulang-tulang dan tengkorak manusia, abu mayat dan kulit binatang. Dengan penampilan demikian, bingungkan semua di seluruh tiga dunia. Anda juga hendaklah meresmikan ajaran kehidupan Pasupata beserta bagian-bagian kelompoknya seperti Kankala, Saiva, Pasanda, dan Mahasaiva. Melalui orang-orang ini hendaknya anda ajarkan satu doktrin yang para pengikutnya tidak mengenakan pengenal khusus dan mereka hidup diluar ajaran Veda. Berhiaskan tulang-tulang dan abu mayat,mereka akan kehilangan kesadaran yang lebih tinggi dan akan menganggap anda sebagai Tuhan.

Dengan menuruti doktrin demikian, semua asura dalam sekejap akan menjadi tidak peduli kepada-Ku, tidak ada keraguan tentang hal ini, oh Rudra nan perkasa, dalam setiap jaman, dalam reinkarnasi-Ku yang berbeda-beda, Aku juga akan memuja dirimu untuk menipu para asura. Dengan menuruti doktrin-doktrin demikian, pasti mereka akan jatuh.


Dewa Siva lanjut berkata kepada Devi Parvati, oh anda nan cantik, setelah mendengar kata-kata Sri Visnu, meskipun saya berbicara fasih, saya jadi tak berdaya dan diam. Kemudian setelah sujud kepada Beliau, saya berkata, oh Tuhan ku, jika hamba laksanakan apa yang anda telah katakan, itu pasti akan menuntun diri hamba menuju kehancuran spriritual. Tidaklah mungkin bagi hamba melaksanakan perintah-Mu. Tetapi perintah-Mu harus dilaksanakan, ini sungguh menyakitkan.
Oh, Dewi, mendengar kata-kataku, Sri Visnu bicara begitu rupa untuk mengembalikan kebahagiaanku, Beliau berkata ini tidak akan menyebabkan kehancuranmu. Lakukan seperti apa yang saya perintahkan demi kebaikan para Dewa. Saya juga akan memberi anda cara-cara mempertahankan diri sementara anda sibuk mengajarkan filsafat asurik ini.
Lalu dengan penuh kasih Sri Visnu memberikan doa-doa pujian yang dikenal dengan nama Visnu-sahasra-nama kepadaku. Beliau berkata dengan menempatkan diri-Ku dihatimu, ucapkan mantra-Ku yang abadi ini. Mantra nan perkasa yang terdiri dari enam baris kata ini, berhakekat spiritual dan menganugrahkan pembebasan bagi mereka yang memuja-Ku dengan bhakti.
Tidak ada keraguan akan hal ini.

" Indivara-dala syamam padma patra-vilocanam
sankhanga-sarngesu-dharam sarvabharana-bhusitam
pita-vastram catur bahum janaki-priya vallabham
sri ramaya nama ity evam uccaryam mantram-uttamam
sarva duhkha haram caitat papinam api mukyi-dam
imam mantram japan nityam amalas tvam bhavisyasi "

Hamba sujud kepada Beliau yang berwarna gelap bagaikan bunga padma biru, yang bermata seindah bunga padma, memegang sanka, cakra dan busur sranga, berdandankan berbagai macam perhiasan, mengenakan jubah kuning, bertangan empat dan pujaan tercinta Sita Devi. Mantra paling utama “sriramaya namah” hendaklah diucapkan. Mantra ini meniadakan segala kesedihan dan bahkan memberikan pembebasan kepada orang-orang berdosa. Orang yang secara teratur mengucapkan mantra ini, akan bebas dari segala dosa. (Padma Purana 235.44-46)
Segala reaksi dosa akibat memoleskan abu mayat dan mengenakan tulang-belulang orang mati sebagai hiasan pada badan akan hapus dan segala sesuatu jadi bertuah dengan mengucapkan mantra-Ku ini. Oh Dewa yang paling baik, atas karunia-Ku, bhakti hanya kepada-Ku akan timbul. Pujalah diri-Ku, didalam hatimu, turuti perintah-Ku, karena cinta kasih (bhakti) kepada-Ku, maka segala sesuatu akan menjadi bertuah bagimu.

Setelah memberi perintah demikian kepadaku, oh Dewi, lalu Beliau meninggalkan para dewa yang berkumpul itu, kembali ketempat tinggalnya masing-masing. Para dewa yang dipimpin oleh Indra itu memohon kepadaku, oh Mahadeva, Siva segeralah laksanakan kegiatan-kegiatan yang menguntungkan ini, sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Sri Visnu.

Mahadeva lanjut berkata kepada Dewi Parvati, oh anda nan suci, demi kebaikan para dewa, maka saya berperilaku seperti pasandi. Semenjak itu saya mulai mengenakan untaian kalung tengkorak dan tulang-tulang, memoleskan abu mayat dan mengenakan kulit binatang pada badanku. Oh anda nan suci, sebagaimana diperintahkan oleh Sri Visnu, kemudian saya menyebarkan kitab-kitab purana tamasik (purana dalam sifat tamas, kegelapan) dan ajaran-ajaran saivaisme yang pasandi, atheistik.

Oh, anda yang tak berdosa, dengan memasuki pikiran Gautama dan para brahmana lain melalui tenagaku, saya menyebarkan ayat-ayat agama diluar ajaran Veda. Dengan menuruti sistim pemujaan yang saya berikan, maka semua asura jahat menjadi tak perduli kepada Sri Visnu, dan mereka diliputi kebodohan. Dengan mengoleskan abu mayat ketubuhnya dan melaksanakan pertapaan keras, mereka berhenti memuja Sri Visnu dan hanya memujaku dengan mempersembahkan daging, darah dan pasta cendana.
Dengan mendapat berkah dariku, orang-orang asura itu menjadi mabuk dengan kekuatan dan kebanggaan. Mereka amat melekat pada objek-objek indriya, penuh nafsu dan kemarahan. Dalam keadaan seperti itu, tanpa sifat baik apapun, mereka akhirnya dikalahkan oleh para deva. Tanpa pengetahuan tentang jalan kehidupan yang benar, mereka yang menuruti ajaranku ini pasti masuk neraka.
Oh Dewi, demikianlah perilaku ini hanya untuk diriku saja demi kebaikan para dewa. Dengan menuruti perintah Sri Visnu, maka saya menghias diriku dengan abu mayat dan tulang-belulang orang mati. Ciri-ciri jasmani ini hanya dimaksudkan untuk menipu orang-orang asurik. Didalam hatiku saya selalu bermeditasi kepada Tuhan, Sri Visnu dan senantiasa mengucapkan mantra-Nya. Dengan mengucapkan mantra utama yang terdiri dari enam suku kata (om ramaya namah) ini, kita senantiasa merasakan gairah amrita kekal kebahagiaan. Oh wanita mulia berwajah indah, saya telah jawab semua yang anda tanyakan. Dengan penuh kasih, saya bertanya kepadamu, apa lagi yang anda ingin dengar ?
Dewi Parvati berkata, Oh anda nan suci, beritahulah saya tentang kitab-kitab suci tamasik bikinan para brahmana yang tidak memiliki bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oh penguasa para dewa, mohon beritahu nama-namanya secara berurutan.

Deva Siva menjawab, Oh Devi, dengarlah… secara berurutan saya akan sebutkan kepadamu tentang ayat-ayat agama tamasik. Hanya dengan mengingat ayat-ayat agama tamasik ini, bahkan orang bijaksana sekalipun akan tertipu. Pertama, saya sendiri menyebarkan ajaran saiva, pasupata dan ayat-ayat agama serupa. Setelah tenagaku memasuki dirinya, lalu Rishi Kanada menyebarkan filsafat vaisesika. Begitu pula Gautama mengajarkan filsafat nyaya, dan Kapila mengajarkan filsafat samkhya yang atheistik. Brhaspati mengajarkan doktrin Carvaka yang banyak dicela, dan Visnu sendiri dalam wujud sang Buddha menyebarkan ajaran palsu buddhisme untuk menghancurkan para asura.
Filsafat mayapada ini adalah kepercayaan kotor dan jahat. Filsafat ini adalah ajaran Buddhisme terselubung. Parwati tercinta, pada masa Kali-Yuga saya lahir dalam wujud seorang brahmana dan mengajarkan filsafat rekayasa ini (Padma Purana 6.236.7).

Filsafat mayapada ini menyebabkan kata-kata dari ayat-ayat kitab suci kehilangan makna sebenarnya, sehingga filsafat ini dicela di dunia. Filsafat ini menganjurkan supaya orang meninggalkan tugas-kewajibannya, sebab orang yang telah jatuh dari tugas dan kewajibannya berkata bahwa meninggalkan tugas dan kewajiban adalah ajaran agama yang sebenarnya. Saya juga mengajarkan bahwa Tuhan dan roh individual adalah sama. (Padma Purana 6.236.8-9).
Dengan maksud untuk membingungkan orang-orang atheistik pada masa Kali-Yuga, saya jelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah tanpa wujud dan tanpa sifat serta ciri apapun (Padma Purana 6.236.10).
Begitu pula dalam menjelaskan Vedanta-sutra, saya ajarkan filsafat mayapada yang sama dengan maksud untuk menyesatkan seluruh penduduk ke arah atheisme dengan menolak adanya wujud pribadi Tuhan Yang Maha Esa. (Padma Purana 6.236.11).

Demikian dewa Siva menjelaskan tentang diri dan ajarannya kepada sang istri dewi Parvati.
Sloka-sloka Padma-Purana diatas dikutip dalam Caitanya-Caritamrta Adi – Lila Bab VII. Sri Caitanya mengutip sloka-sloka ini ketika berdiskusi dengan Prakasananda Sarasvati dan para sannyasi mayavadi di Benares. Beliau berkehendak menunjukkan kepada mereka bagaimana Deva Siva telah muncul pada masa Kali-Yuga sebagai Sripada Sankaracarya untuk mengajarkan filsafat monisme ( yaitu Tuhan dan makhluk hidup adalah satu dan sama)

(Dari berbagai sumber...)

Tidak ada komentar: