Senin, 04 Maret 2013

Sifat Bhakta sejati

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Sifat Bhakta yang utama harus bebas dari egoisme.

Suatu hari di Vaikunta loka, Narayana sedang bercakap-cakap dengan Devarsi Narada tentang kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan untuk menghancurkan pengaruh buruk pikiran. Pada waktu itu Narada menyatakan ketidak mengertiannya terhadap tabiat manusia yang sudah tahu akibat dosa tetapi masih tetap melakukannya, serta tidak mau mengikuti perintah sastra untuk mengambil nama Tuhan sebagai nafas hidupnya agar tidak tersesat dalam pengaruh kemerosotan jaman. Ia menyatakan bahwa walaupun dirinya setiap saat menyebut nama Tuhan juga masih harus berjuang melawan kuatnya arus jaman Kali. Sri Narayan mengetahui ada ego yang sangat halus dalam nada pernyataan penyembahnya itu. Maka Sri Vishnu menceritakan tentang seorang petani yang mengerjakan sebidang tanah yang kecil sebagai seorang bhakta yang agung serta menganjurkan Narada untuk mengunjunginya untuk bisa mengerti dan belajar tentang pengabdian dari petani tersebut. Bagaimanapun juga akhirnya Narada pergi mencari petani tersebut yang oleh Sri Vishnu dikatakan sebagai bhakta yang agung. Ia ingin tahu seberapa seringnya sang petani menyebut dan mengingat Tuhan dalam seharinya.
Pada waktu itu dilihatnya sang petani sedang sibuk mengerjakan tugasnya sehari-hari di sawah, di kandang ternak, dan juga dirumahnya. Walaupun telah diamati dengan sangat seksama, Narada tidak mendengarkan petani itu mengucapkan nama Tuhan lebih dari tiga kali sehari. Sekali ketika ia bangun dari tidur, yang lain ketika ia istirahat makan, dan terakhir ketika akan pergi tidur. Narada semakin penasaran, atas dasar apa Sri Vishnu memberikan penilaian yang bahkan bisa dibilang melebihinya, padahal dalam kenyataannya Narada justru yang lebih banyak mengucapkan nama Tuhan, menyanyikan kemuliaan-Nya serta menyebarkan amanat Namasankirtana kemana-mana. Sedangkan orang itu, yang oleh Sri Vishnu dianggap lebih unggul darinya hanyalah seorang petani sederhana yang mengingat Tuhan tiga kali dalam sehari. Dengan perasaan seperti itu, Narada segera pergi menemui Sri Vishnu. Setelah mendengar pembelaan dan pembenaran dari Narada, akhirnya Sri Vishnu memberikan Narada sebuah periuk yang penuh berisi air sampai ke tepinya, lalu disuruhnya Narada menjunjung periuk tersebut di atas kepalanya kemudian berjalan keliling tanpa mencecerkan airnya barang setetespun. Narada melakukan perintah itu dan ketika ditanya berapa kali ia bisa mengingat Tuhan saat itu, Narada mengaku bahwa dalam usahanya untuk berjalan tanpa menggoyangkan periuk dan mencecerkan airnya, ia terkadang lupa dengan nama Tuhan. Sri Vishnu-pun lalu memberi tahu bahwa petani yang mempunyai berbagai beban yang lebih berat di kepalanya, dan lebih mudah tercecer daripada seperiuk air tadi setidaknya masih menyempatkan diri untuk mengingat Tuhan. Semua orang harus melakukan tugas kewajiban yang telah ditetapkan baginya dengan tetap mengingat Aku senantiasa, sehingga kerja itu bisa dijadikan sebagai persembahan. Jika kita ingat kepada Tuhan saat tidak berkegiatan, itu masih wajar dan memungkinkan tetapi jika engkau bisa mengingat Aku di dalam kesibukan kerja, maka hidupmu akan tersucikan. Bukankah hal yang sama telah Kukatakan kepada Arjuna yang harus menyibukkan dirinya dalam tugas sebagai seorang Ksatriya di medan perang. Ia harus tetap bertempur sambil terus mengingat Aku.

Tidak ada komentar: