Senin, 25 Februari 2013

Sadhana, Disiplin kehidupan

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Sejak dahulu selalu ada guru-guru agung yang membimbing manusia untuk mencapai tingkat spiritual yang tertinggi dengan mewujudkan sepenuhnya kekuatan fisik, mental, serta kecerdasannya. Sekarang dan kelak pun akan selalu ada guru-guru agung semacam itu. Mereka mengungkapkan dan mengajarkan cara-cara pemusatan usaha serta pikiran yang diperlukan untuk mencapai tujuan spiritual. Pikiran manusia menyukai obyek-obyek dunia lahiriah dan senang mengamati serta mengkritik dunia luar tanpa tujuan. Jadi, bagaimana pikiran semacam itu dapat dilatih agar mantap dan terpusat?

Setiap orang harus bertanya pada dirinya sendiri, tokoh-tokoh yang suci bijaksana itu adalah manusia juga seperti kita. Mereka juga mempunyai tubuh manusia. Bila mereka dapat mencapai kesempurnaan, kita pun  juga dapat, bila kita ikuti jejak mereka. Faedah apa yang akan kita peroleh bila kita habiskan waktu untuk mencari cacat cela dan kelemahan orang lain? Karena itu, langkah pertama pada jalan spiritual adalah upaya untuk mencari cacat cela serta kelemahan itu sendiri. Berjuanglah untuk memperbaiki hal itu dan berusahalah menjadi sempurna.

Manusia bekerja keras tiada hentinya setiap hari dengan tujuan agar kelak ia dapat hidup senang di hari tua. Tetapi, setiap hari senja pun tiba. Bila hari itu dilewatkan dalam perbuatan-perbuatan yang baik, maka malam harinya kita diberkati dengan tidur nyenyak yang menguatkan dan menyegarkan badan. Tidur semacam itu sama seperti keadaan semadhi.
Manusia hanya mempunyai masa hidup yang singkat di dunia ini. Tetapi dengan menggunakan waktu secara saksama dan bijaksana, dalam masa hidupnya yang singkat ini, ia dapat mencapai kebahagiaan Ilahi. Dua saudara kandung mungkin tampak serupa, tumbuh dan dibesarkan dalam kondisi yang sama. Tetapi yang satu menjadi sebaik malaikat sedangkan lainnya tetap memiliki sifat-sifat binatang. Mengapa perkembangan mereka berbeda? sebabnya adalah kebiasaan mereka yang berlainan. Dari kebiasaan itu terbentuklah tingkah laku dan tingkah laku itu kemudian menetap menjadi karakter. Manusia dikuasai oleh karakternya

Tidak ada komentar: