Rabu, 14 November 2012

Tujuan hidup

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Ketika seorang bayi terlahir, ia tidak tersenyum bahagia sebahagia orang-orang yang menyambut kedatangannya. Tapi ia menangis seakan-akan hendak meratapi nasibnya yang kurang beruntung sehingga harus dipaksa takdir untuk lahir kembali ke bhumi demi suatu tujuan yang belum bisa dimengerti. Bagi orang yang mengarahkan pandangannya hanya secara duniawi, mungkin akan menganggap peristiwa demikian sebagai sesuatu yang alami bagi sang bayi apalagi jika mereka datang dari latar belakang agama yang tidak meyakini adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali, walaupun memang sudah ada begitu banyak hal yang bisa membuktikan bahwa hukum reinkarnasi ini adalah suatu kebenaran, dan bahwa beberapa orang nyatanya masih  bisa mengingat kelahirannya terdahulu yang mengindikasikan bahwa sebelum mendapatkan badannya sekarang, sang jiwa sudah pernah memakai badan jasmani lain dalam kehidupan sebelumnya. 

     Ketika oleh karma masa lalunya ia diharuskan untuk terlahir kembali, jiwa dalam raga sang bayi yang baru keluar dari rahim sang ibu, sudah dapat mengenali bagaimana aura dunia material yang sarat dengan ilusi, ketidak kekalan, dan penderitaan (anityam asukham loka ). Tempat dimana kesenangan hanya bersifat sementara dan kadang menyesatkan sang jiwa agar melupakan tujuan kedatangannya ke bhumi. Tempat yang penuh dengan aneka permasalahan walau kadang terlihat membahagiakan dan memabukkan. Lihatlah mereka yang menanti kelahiran sang bayi, mereka tampak begitu gelisah dan khawatir. Mereka baru bisa menarik nafas lega ketika mendengar tangisan sang bayi, tapi ketika diketahuinya sang bayi lahir dengan keadaan tidak normal, merekapun kembali terpuruk pada kekecewaan dan kesedihan mendalam. Demikian pula orang yang suka berjudi, melihat mahluk laen saling membunuh merupakan sorga baginya. Apalagi jika ayam aduannya yang keluar sebagai pemenang. Ia pasti akan sangat puas dan menyayangi ayamnya. Namun jika pada saat bersamaan tiba-tiba puluhan polisi  datang menggerebek perjudian, kebahagiaan itupun akan sirna seketika berganti rasa panik dan sedih karena kehilangan uang taruhan dan juga ayam aduan. Orang boleh bangga menyebut diri peminum tangguh, mempunyai kedudukan tinggi, kekayaan yang berlimpah atau memiliki pesona yang mengagumkan untuk menarik simpati lawan jenis. Tapi sampai kapan kebanggaan dan kepuasan itu bisa dinikmati jika badan yang menjadi obyek penilaian itu merosot menjadi tua dan rapuh karena usia ataupun penyakit.
     

Istilah “Hidup hanya sekali dan mesti dinikmati” memang menjadikan manusia semakin takabur mempersamakan dirinya (sang jiwa ) dengan badan yang tersusun dari lima unsur alam ini, sehingga kebanyakan hidup manusia sekarang, dilalui dengan cara keliru demi memenuhi kebutuhan jasmaninya saja. Beberapa orang sibuk bekerja siang dan malam untuk mengumpulkan kekayaan, sebagian bahkan mempergunakan cara-cara kotor untuk meraih ambisinya mengejar prestise, atau pemenuhan kepuasan lainnya. Benarkah hanya untuk menikmati hal begitu saja sehingga kita diberikan badan manusia?. Mencari makan, membuat rumah, dan menikmati kepuasan sensual serta berketurunan adalah kegiatan yang juga bisa dilakukan oleh para binatang. Lalu apa bedanya kita dengan mereka?. Bukankah dengan memakai badan binatang, sang jiwa juga mampu memperoleh kepuasan demikian. Jadi, pastilah ada tujuan yang lebih mulia daripada sekedar memburu kesenangan badan sesaat seperti itu ketika kita terlahirkan sebagai manusia. Manusia sebagai mahluk yang dianugrahi Viveka (kemampuan pertimbangan untuk menelaah mana yang baik atau buruk, mana yang pantas ataupun tidak pantas dilakukan), seharusnya tahu batas dalam menggunakan peralatan tubuhnya walaupun sesungguhnya tubuh atau badan ini hanyalah gudang kotoran, tumpukan dari daging, darah, dan tulang yang menghasilkan bau tidak sedap seperti keringat, air liur, air seni, air mani, tinja, dll. Tubuh adalah sasaran berbagai macam penyakit. Ia tidak akan dapat menolong kita mengarungi lautan kelahiran dan kematian, karenanya orang yang mengetahui hal ini hanya akan mendambakan nama suci Tuhan sampai ajalnya tiba. Tapi walaupun demikian tubuh tetap harus diperlakukan dengan baik. Ia harus dijaga dan dipelihara karena tubuh juga merupakan moving temple dimana atma yang suci sebagai bagian dari Yang Maha Kuasa, bertempat tinggal sebagai api pencernaan, suara bhatin, dan kesadaran yang murni. Tubuh juga sangat diperlukan untuk melakukan tugas di dunia, ibarat perahu yang diperlukan untuk menyeberangi lautan guna mencapai pulau harapan. Selama dalam penyeberangan di lautan samsara, manusia wajib memelihara perahu / badannya agar tidak rusak atau bocor yang mana dapat membahayakan keselamatan dirinya. Namun manusia juga tidak boleh menaruh perhatian yang berlebihan kepadanya
sehingga melupakan arah tujuannya. Sebab ketika manusia sudah mendarat pada tujuan (pulau harapan di kerajaan Tuhan) maka perahu badan, betapapun bagusnya harus ditinggalkan supaya tidak menjadi beban dalam perjalanan selanjutnya.
Jantunam nara janma durlabham “ kelahiran sebagai manusia adalah Sangat mulia” karena hanya dalam tingkatan  manusialah sang jiwa akan mendapatkan kesadaran lebih untuk bisa mengenali jati dirinya yang sesungguhnya dan juga untuk melakukan perubahan sikap, sifat, dan kebiasaan dari yang tidak baik menjadi sesuatu yang lebih terhormat dan bermartabat. 




https://blogger.googleusercontent.com/tracker/7478368255341821932-8488963063072142452?l=renungan-ragane.blogspot.com

Tidak ada komentar: