Selasa, 18 Agustus 2015

FAKTA TENTANG PERANG BHARATAYUDA (MAHABHARATA)

Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini


Perhitungan astronomi dan matematika mengenai Perang Mahabharata atas dasar uraian dari Kitab Mahabharata.
- Mulai perang : Pukul 6:30 waktu Kuruksetra, India tanggal 22 November 3067 SM, awal musim dingin belahan utara, hari Moksada Ekadasi. Semua yang terlibat perang berpuasa pada hari itu. Hari mulainya perang Mahabharata kini di peringati oleh umat Hindu sebagai Hari Gita Jayanti, hari diwahyukannya Kitab Suci Bhagavad Gita di Padang Suci Kuruksetra.
- Akhir Perang : Setelah 18 hari, yaitu tanggal 9 Desember 3067 SM.
- Tempat medan perang : Padang Suci Kuruksetra, India Utara.
- Ukuran medan perang : Daerah Kuruksetra seluas 80 km2 yang kini masih ada hanyalah titik temu perang tersebut. Perang ini terjadi di sepanjang perbatasan Kerajaan Kuru, dengan kata lain, hampir di sepanjang India Utara.
- Jumlah pasukan infanteri per satuan aksauhini : 109.350 orang.
- Jumlah satuan infanteri aksauhini di kedua belah pihak : 18 aksauhini.
- Jumlah total pasukan infanteri : 1.968.300
- Jumlah pasukan per 1 aksauhini : 21.870 pasukan kereta, 21.870 gajah, 109.350 infanteri, 65.600 pasukan kavaleri (berkuda).
- Jumlah korban jiwa : +/- 660.020.000 orang
- Jumlah tentara selamat : 240.165 orang.
- Jumlah yang selamat di antara 5 Pandawa dan pihak Kurava : 10 orang, Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kretawarma.
- Rincian raja-raja utama dari negara-negara lain yang terlibat dalam perang :
PIHAK PANDAWA
- Raja Yuyudhana : 1 aksauhini
- Raja Cedi, Drstaketu, dsb : 1 aksauhini
- Raja Magadha, Jayatsena : 1 aksauhini
- Kerajaan Pandya, Drupada, Virata (Raja Matsya) dan yang lainnya : 4 aksauhini
TOTAL : 7 AKSAUHINI
PIHAK KURAWA
- Raja Bhagadata, Cina dan Kirata : 1 aksauhini
- Raja Bhurisrava dan Salya : 1 aksauhini
- Krtavarma, putra Hrdika, Raja Bhoja, Andha dan Kukura : 1 aksauhini
- Raja Sindhu Jayadhrata : 1 aksauhini
- Raja Sudaksina, Kamboja, Yavana (orang barat) dan Sakha :1 aksauhini
- Dua Raja Avanti : 2 aksauhini
- Lima bersaudara, para pangeran Kekaya : 1 aksauhini
- Raja Nila dari Mahispati dll : 3 aksauhini
TOTAL : 11 AKSAUHINI

Dapat kita bayangkan, lima ribu tahun yang lalu, seluruh bangsa berperadaban tinggi di seluruh muka bumi bertemu di Padang Kuruksetra, India Utara, untuk saling tusuk dan tebas. Negeri-negeri dari barat Bharata-Varsa seperti Gandhara (Kerajaan Shakuni, kini Kadahar, Afghanistan), Yavana (kini Yunani dan Romawi), Tuskara (kemungkinan bangsa Mediteriania), dan Andhra (bangsa-bangsa Afrika), termasuk bangsa China (Cina), Kirata (bangsa-bangsa Asia Timur) dan bangsa-bangsa dari Uttara-Kuru (kini Rusia)ikut ambil alih dalam peperangan mahabesar tersebut. Berdasarkan besarnya jumlah bangsa yang turut serta di dalamnya, perang Mahabharata bisa kita sebut sebagai perang dunia yang mengawali sejarah manusia modern. Perang Mahabharata telah mengubah sejarah dunia. Ketika semua raja besar yang mewakili peradaban bangsa-bangsa di dunia berkumpul di Padang Kuruksetra, hampir tak satupun dari raja-raja itu yang selamat. Berdasarkan uraian Resi Vyasa dalam Mahabharata sendiri, raja-raja Mleccha (mereka yang tidak mengikuti prinsip-prinsip keagamaan) memihak kubu Kurawa, dan ketika perang berakhir, hanya beberapa orang yang selamat dari pihak Kurawa. Dengan kata lain, tidak ada seorangpun dari raja-raja asing itu yang pernah kembali lagi ke tanah airnya setelah perang Mahabharata.

Ketika raja, para pejabat penting, para ksatria dan orang-orang terhormat di suatu kerajaan yang jauh pergi berperang dan tidak pernah kembali, apa yang terjadi dalam kerajaan tersebut ? Yang pasti , ketika ada kelemahan atau kekosongan kepemimpinan, hal pertama yang terjadi adalah kudeta. Kita bisa melihat contoh dalam Kitab Srimad Bhagavadtam, Skanda Keempat, mengenai situasi kerajaan yang kacau setelah meninggalnya Raja Vena. Perampokan, pencurian, perampasan dan pemerkosaan terjadi dimana-mana. Ini adalah hal yang alami terjadi ketika pemimpinnya tidak ada. Jika kita bandingkan dengan kecanggihan teknologi pada masa kini di mana telepon, faksimile dll sudah menjadi makanan sehari-hari, pada masa itu, kemampuan telepati, teleportasi dan sebagainya hanya dikuasai oleh para brahmana dan ksatria yang suci saja. Dapat kita bayangkan bagaimana keadaan sebuah negeri nun jauh yang ditinggal rajanya dan tak pernah kembali untuk memberitakan sesuatu. Secara alami negeri itu akan membangun budayanya sendiri dan berusaha menghapus sejarah mereka bahwa mereka dahulunya adalah bagian wilayah bawahan kerajaan super-power Indraprastha-Hastinapura.

Bangsa-bangsa dunia, yang dahulunya adalah pengikut ajaran Veda berkat kepemimpinan para rajarsi yang suci mulai meninggalkan prinsip-prinsip dharma dan membangun budaya dan pemerintahan mereka sendiri. Tak mengherankan peradaban dunia seperti Mesir, Mesopotamia, Cina, Aztec, Indian, Maya, Mediterania dan sebagainya mulai muncul pada 3000 tahun sebelum masehi, seolah muncul dari cakrawala begitu saja. Mereka (bangsa-bangsa itu) entah dari mana awalnya tiba2 saja bisa membangun piramida dengan perhitungan matematis yang sangat akurat, membangun sistem kerajaan yang besar, arsitektur, sistem navigasi, perbintangan, kalender serta hasil-hasil budaya yang bisa dikatakan tinggi. Dari mana mereka belajar semua itu jika bukan dari VEDA yang disebarluaskan selama pemerintahan Maharaja Yudhistira dan para pendahulunya?

Tidak ada komentar: