Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Beliau
adalah Deva yang paling agung sehingga nama lainnya adalah Mahadewa. Tetapi
penampilannya sungguh tidak mencerminkan keagunganNya. Dewa Siva mengolesi
seluruh tubuhnya dengan abu mayat, berpakaian kulit binatang, berkalung dan
bergelang ular cobra, menghias tubuhnya dengan tulang belulang dan kadang kala
untaian tengkorak manusia melingkar dileher Beliau. Dengan kata lain, Dewa Siva
berpenampilan sungguh nyentrik. Mengapa demikian? Padma Purana Uttara-Khanda
Bab 235-236 menjawab dengan penuturan cerita dialog antara Dewa Siva sendiri
dengan istrinya, Dewi Parwati.
Dewi
Parwati berkata, Junjunganku, anda pernah memberitahu saya agar seseorang
menghindar bicara dengan pasandi, orang asurik yang atheistic. Jika bicara
dengannya, maka itu akan lebih buruk daripada berbicara dengan orang candala,
orang buangan amat kotor dan hina. Mohon beritahu hamba, bagaimana tanda-tanda
orang pasandi dan ciri-ciri fisik yang nampak pada dirinya.
Dewa
Siva menjawab, orang-orang yang diliputi kebodohan menyatakan Deva lain
siapapun lebih tinggi kedudukannya dari Visnu, Sang Penguasa Jagat, mereka
inilah disebut pasandi, orang orang brahmana yang tidak mengenakan tanda dan
simbul seperti sanka, cakra dan tilaka pada dahinya, mereka inilah disebut
pasandi. Orang brahmana yang tidak menuruti Sastra, tidak memiliki bakti kepada
Tuhan, orang yang berperilaku menurut kemauannya sendiri, dan menghaturkan
persembahan ke dalam api korban suci (yajna) untuk memuja dewa-dewa selain
Tuhan Yang Maha Agung, Sri Visnu, juga disebut pasandi. Sebab Sri Visnu-lah
penikmat segala persembahan yajna dan pujaan para brahmana. Mereka yang
menganggap Sri Visnu setingkat dengan dewa-dewa lain seperti Brahma dan saya sendiri
Rudra, harus selamanya dianggap pasandi.
Dewi
Parvati berkata, Junjunganku, oh dewa terbaik, hamba ingin bertanya sesuatu
yang rahasia. Atas dasar cinta kepadaku, mohon jawab pertanyaan hamba, hamba
sangat ragu, sastra mencela memakai tengkorak manusia, menghias badan dengan
abu mayat dan mengenakan kulit binatang. Tapi anda sendiri melakukan semua itu,
anda belum pernah menjelaskan semua ini kepada hamba, karena itu, oh junjungan
hamba, maafkan pertanyaan hamba.
Ditanya
seperti itu, Dewa Siva menjelaskan kepada sang istri rahasia besar tentang
perilakunya sendiri. Dahulu kala pada masa pemerintahan Swayambhu Manu, hidup
banyak asura perkasa seperti Mamuci, musuh para dewa (Bhagavata Purana
8.11.23-40). Mereka gagah perkasa, semua memuja Sri Visnu, dan melakukan
penebusan dosa. Melihat kenyataan ini, para dewa yang dipimpin oleh Deva Indra
menjadi frustasi dan ketakutan, lalu mendatangi Sri Visnu dan berlindung
kepada-Nya. Para
Dewa berkata, oh Kesava, hanya andalah yang mampu menaklukkan para asura yang
perkasa ini. Mereka tidak bisa dikalahkan oleh para Dewa, dan mereka telah
menghapus dosa-dosanya melalui pertapaan.
Dewa Siva lanjut berkata, mendengar kata-kata para dewa yang ketakutan, Sri Visnu atau Purusotama, menenangkan mereka. Lalu Beliau berkata kepadaku sebagai berikut, oh Rudra yang berlengan perkasa, oh Dewa yang terbaik, untuk membingungkan musuh-musuh para dewa, mohon dirancang perilaku untuk diikuti oleh para pasandi. Tuturkan kepada mereka kitab-kitab purana gelap (purana dalam sifat tamas) yang akan menyesatkan mereka, Oh anda yang cerdas, anda hendaknya ciptakan kitab-kitab agama yang akan menyebabkan para asura kebingungan.
Melalui
kebhaktian kepada-Ku dan demi kebaikan seluruh jagat, anda hendaknya mendekati para
rishi yang berperangai atheistic seperti Kanada, Gautama, Sakti, Upamanyu,
Jaimini, Kapila (bukan Kapila putra Devahuti), Durvasa, Mrikiandu, Brhaspati,
Bhargava dan Jamadagni. Masukan kedalam pikiran mereka tenagamu yang mengandung
kemauanmu.
Dengan
dimasuki oleh tenagamu, mereka akan menjadi para pasandi besar. Dengan
diberikan kekuatan olehmu, orang-orang brahmana ini akan menuturkan keseluruh
tiga dunia kitab-kitab purana dan ajaran-ajaran rohani dalam sifat kegelapan
(tamasa-guna). Oh Siva, pada dirimu sendiri, anda hendaklah mengenakan hiasan
berupa tulang-tulang dan tengkorak manusia, abu mayat dan kulit binatang.
Dengan penampilan demikian, bingungkan semua di seluruh tiga dunia. Anda juga
hendaklah meresmikan ajaran kehidupan Pasupata beserta bagian-bagian
kelompoknya seperti Kankala, Saiva, Pasanda, dan Mahasaiva. Melalui orang-orang
ini hendaknya anda ajarkan satu doktrin yang para pengikutnya tidak mengenakan
pengenal khusus dan mereka hidup diluar ajaran Veda. Berhiaskan tulang-tulang
dan abu mayat,mereka akan kehilangan kesadaran yang lebih tinggi dan akan
menganggap anda sebagai Tuhan.
Dengan
menuruti doktrin demikian, semua asura dalam sekejap akan menjadi tidak peduli
kepada-Ku, tidak ada keraguan tentang hal ini, oh Rudra nan perkasa, dalam
setiap jaman, dalam reinkarnasi-Ku yang berbeda-beda, Aku juga akan memuja
dirimu untuk menipu para asura. Dengan menuruti doktrin-doktrin demikian, pasti
mereka akan jatuh.
Dewa
Siva lanjut berkata kepada Devi Parvati, oh anda nan cantik, setelah mendengar
kata-kata Sri Visnu, meskipun saya berbicara fasih, saya jadi tak berdaya dan
diam. Kemudian setelah sujud kepada Beliau, saya berkata, oh Tuhan ku, jika
hamba laksanakan apa yang anda telah katakan, itu pasti akan menuntun diri
hamba menuju kehancuran spriritual. Tidaklah mungkin bagi hamba melaksanakan
perintah-Mu. Tetapi perintah-Mu harus dilaksanakan, ini sungguh menyakitkan.
Oh,
Dewi, mendengar kata-kataku, Sri Visnu bicara begitu rupa untuk mengembalikan
kebahagiaanku, Beliau berkata ini tidak akan menyebabkan kehancuranmu. Lakukan
seperti apa yang saya perintahkan demi kebaikan para Dewa. Saya juga akan
memberi anda cara-cara mempertahankan diri sementara anda sibuk mengajarkan
filsafat asurik ini.
Lalu
dengan penuh kasih Sri Visnu memberikan doa-doa pujian yang dikenal dengan nama
Visnu-sahasra-nama kepadaku. Beliau berkata dengan menempatkan diri-Ku
dihatimu, ucapkan mantra-Ku yang abadi ini. Mantra nan perkasa yang terdiri
dari enam baris kata ini, berhakekat spiritual dan menganugrahkan pembebasan
bagi mereka yang memuja-Ku dengan bhakti.
Tidak ada keraguan akan hal ini.
Tidak ada keraguan akan hal ini.
"
Indivara-dala syamam padma patra-vilocanam
sankhanga-sarngesu-dharam sarvabharana-bhusitam
pita-vastram catur bahum janaki-priya vallabham
sri ramaya nama ity evam uccaryam mantram-uttamam
sarva duhkha haram caitat papinam api mukyi-dam
imam mantram japan nityam amalas tvam bhavisyasi "
sankhanga-sarngesu-dharam sarvabharana-bhusitam
pita-vastram catur bahum janaki-priya vallabham
sri ramaya nama ity evam uccaryam mantram-uttamam
sarva duhkha haram caitat papinam api mukyi-dam
imam mantram japan nityam amalas tvam bhavisyasi "
Hamba
sujud kepada Beliau yang berwarna gelap bagaikan bunga padma biru, yang bermata
seindah bunga padma, memegang sanka, cakra dan busur sranga, berdandankan
berbagai macam perhiasan, mengenakan jubah kuning, bertangan empat dan pujaan
tercinta Sita Devi. Mantra paling utama “sriramaya namah” hendaklah diucapkan.
Mantra ini meniadakan segala kesedihan dan bahkan memberikan pembebasan kepada
orang-orang berdosa. Orang yang secara teratur mengucapkan mantra ini, akan
bebas dari segala dosa. (Padma Purana 235.44-46)
Segala
reaksi dosa akibat memoleskan abu mayat dan mengenakan tulang-belulang orang
mati sebagai hiasan pada badan akan hapus dan segala sesuatu jadi bertuah
dengan mengucapkan mantra-Ku ini. Oh Dewa yang paling baik, atas karunia-Ku,
bhakti hanya kepada-Ku akan timbul. Pujalah diri-Ku, didalam hatimu, turuti
perintah-Ku, karena cinta kasih (bhakti) kepada-Ku, maka segala sesuatu akan menjadi
bertuah bagimu.
Setelah
memberi perintah demikian kepadaku, oh Dewi, lalu Beliau meninggalkan para dewa
yang berkumpul itu, kembali ketempat tinggalnya masing-masing. Para dewa yang
dipimpin oleh Indra itu memohon kepadaku, oh Mahadeva, Siva segeralah
laksanakan kegiatan-kegiatan yang menguntungkan ini, sebagaimana yang telah
diperintahkan oleh Sri Visnu.
Mahadeva
lanjut berkata kepada Dewi Parvati, oh anda nan suci, demi kebaikan para dewa,
maka saya berperilaku seperti pasandi. Semenjak itu saya mulai mengenakan
untaian kalung tengkorak dan tulang-tulang, memoleskan abu mayat dan mengenakan
kulit binatang pada badanku. Oh anda nan suci, sebagaimana diperintahkan oleh
Sri Visnu, kemudian saya menyebarkan kitab-kitab purana tamasik (purana dalam
sifat tamas, kegelapan) dan ajaran-ajaran saivaisme yang pasandi, atheistik.
Oh,
anda yang tak berdosa, dengan memasuki pikiran Gautama dan para brahmana lain melalui
tenagaku, saya menyebarkan ayat-ayat agama diluar ajaran Veda. Dengan menuruti
sistim pemujaan yang saya berikan, maka semua asura jahat menjadi tak perduli
kepada Sri Visnu, dan mereka diliputi kebodohan. Dengan mengoleskan abu mayat
ketubuhnya dan melaksanakan pertapaan keras, mereka berhenti memuja Sri Visnu
dan hanya memujaku dengan mempersembahkan daging, darah dan pasta cendana.
Dengan
mendapat berkah dariku, orang-orang asura itu menjadi mabuk dengan kekuatan dan
kebanggaan. Mereka amat melekat pada objek-objek indriya, penuh nafsu dan
kemarahan. Dalam keadaan seperti itu, tanpa sifat baik apapun, mereka akhirnya
dikalahkan oleh para deva. Tanpa pengetahuan tentang jalan kehidupan yang
benar, mereka yang menuruti ajaranku ini pasti masuk neraka.
Oh
Dewi, demikianlah perilaku ini hanya untuk diriku saja demi kebaikan para dewa.
Dengan menuruti perintah Sri Visnu, maka saya menghias diriku dengan abu mayat
dan tulang-belulang orang mati. Ciri-ciri jasmani ini hanya dimaksudkan untuk
menipu orang-orang asurik. Didalam hatiku saya selalu bermeditasi kepada Tuhan,
Sri Visnu dan senantiasa mengucapkan mantra-Nya. Dengan mengucapkan mantra
utama yang terdiri dari enam suku kata (om ramaya namah) ini, kita senantiasa
merasakan gairah amrita kekal kebahagiaan. Oh wanita mulia berwajah indah, saya
telah jawab semua yang anda tanyakan. Dengan penuh kasih, saya bertanya
kepadamu, apa lagi yang anda ingin dengar ?
Dewi
Parvati berkata, Oh anda nan suci, beritahulah saya tentang kitab-kitab suci
tamasik bikinan para brahmana yang tidak memiliki bhakti kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Oh penguasa para dewa, mohon beritahu nama-namanya secara berurutan.
Deva
Siva menjawab, Oh Devi, dengarlah… secara berurutan saya akan sebutkan kepadamu
tentang ayat-ayat agama tamasik. Hanya dengan mengingat ayat-ayat agama tamasik
ini, bahkan orang bijaksana sekalipun akan tertipu. Pertama, saya sendiri
menyebarkan ajaran saiva, pasupata dan ayat-ayat agama serupa. Setelah tenagaku
memasuki dirinya, lalu Rishi Kanada menyebarkan filsafat vaisesika. Begitu pula
Gautama mengajarkan filsafat nyaya, dan Kapila mengajarkan filsafat samkhya
yang atheistik. Brhaspati mengajarkan doktrin Carvaka yang banyak dicela, dan
Visnu sendiri dalam wujud sang Buddha menyebarkan ajaran palsu buddhisme untuk
menghancurkan para asura.
Filsafat
mayapada ini adalah kepercayaan kotor dan jahat. Filsafat ini adalah ajaran
Buddhisme terselubung. Parwati tercinta, pada masa Kali-Yuga saya lahir dalam
wujud seorang brahmana dan mengajarkan filsafat rekayasa ini (Padma Purana
6.236.7).
Filsafat
mayapada ini menyebabkan kata-kata dari ayat-ayat kitab suci kehilangan makna sebenarnya,
sehingga filsafat ini dicela di dunia. Filsafat ini menganjurkan supaya orang
meninggalkan tugas-kewajibannya, sebab orang yang telah jatuh dari tugas dan
kewajibannya berkata bahwa meninggalkan tugas dan kewajiban adalah ajaran agama
yang sebenarnya. Saya juga mengajarkan bahwa Tuhan dan roh individual adalah
sama. (Padma Purana 6.236.8-9).
Dengan
maksud untuk membingungkan orang-orang atheistik pada masa Kali-Yuga, saya
jelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah tanpa wujud dan tanpa sifat serta
ciri apapun (Padma Purana 6.236.10).
Begitu
pula dalam menjelaskan Vedanta-sutra, saya ajarkan filsafat mayapada yang sama
dengan maksud untuk menyesatkan seluruh penduduk ke arah atheisme dengan
menolak adanya wujud pribadi Tuhan Yang Maha Esa. (Padma Purana 6.236.11).
Demikian
dewa Siva menjelaskan tentang diri dan ajarannya kepada sang istri dewi
Parvati.
Sloka-sloka
Padma-Purana diatas dikutip dalam Caitanya-Caritamrta Adi – Lila Bab VII. Sri
Caitanya mengutip sloka-sloka ini ketika berdiskusi dengan Prakasananda
Sarasvati dan para sannyasi mayavadi di Benares. Beliau berkehendak menunjukkan
kepada mereka bagaimana Deva Siva telah muncul pada masa Kali-Yuga sebagai
Sripada Sankaracarya untuk mengajarkan filsafat monisme ( yaitu Tuhan dan
makhluk hidup adalah satu dan sama)
(Dari berbagai sumber...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar