Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Sanathana
dharma adalah
ibu semua agama, asal mula semua aturan etik dan moral di dunia ini. Dan
Bharatha Desa (India) adalah tempat lahir "Sang Ibu". Alangkah
beruntungnya bharathiyas
(para putra Bharat
atau rakyat India)! (Betapa indah dan luhurnya warisan pusaka mereka). Seluruh
dunia ini adalah badan Tuhan dan India adalah organ yang unik pada badan dunia
itu, yakni: mata. Bukankah tanpa mata, badan tidak dapat menguasai dirinya
sendiri? Juga dapat dikatakan bahwa India telah diperintah dengan dua mata,
yaitu ajaran yang diberikan langsung oleh Tuhan melalui kaum bijak pada zaman
dahulu serta naskah-naskah suci (Weda
dan Sastra).
Karena itu, dapat dikatakan bahwa samskara
yang telah dicapai oleh para putra Bharat,
belum didapat oleh orang dari negara lain. Kebijaksanaan kuno ini mengajarkan
bahwa kebenaran dapat dijumpai dalam semua agama; karena itu, semua agama harus
dihormati. Sanathana
dharma adalah jalan spiritual yang abadi bagi setiap manusia.
Sungai timbul di berbagai kawasan yang berlainan, mengalir melalui alur yang
berbeda, tetapi akhirnya semuanya mencapai lautan. Demikian pula manusia lahir
di negara yang berlainan dan mengikuti agama yang berbeda. Melalui cara
pemujaan mereka masing-masing, akhirnya mereka mencapai samudra kehadiran
Tuhan. Semua jalan yang berbeda, yang berasal dari berbagai arah, bertemu dalam
jalan spiritual yang abadi. Orang dari agama apa pun juga dapat mempraktekkan
kebijaksanaan kuno ini dengan selalu berbicara benar; menjauhkan rasa marah
serta dengki, dan melakukan kegiatan hidup dengan hati yang penuh kasih. Semua
orang yang mempraktekkan nilai-nilai luhur tersebut dalam hidupnya sehari-hari
dan berusaha mencapainya tanpa ragu, berhak disebut bharathiyas atau para putra Bharat
(mereka adalah keturunan sejati para resi agung zaman dahulu, tidak menjadi
soal apapun kebangsaan mereka).
Di
antara semua agama besar di dunia ini, agama Hindu adalah yang tertua dan
satu-satunya yang memegang peranan penting sepanjang sejarah umat manusia.
Masyarakat Hindu adalah satu-satunya yang bertahan dan tidak binasa sejak zaman
purba. Dalam agama ini, lebih daripada yang lainnya, umat telah mempraktekkan
hidup dengan penuh kasih, persamaan hak, dan rasa berterimakasih. Semua aturan
tingkah laku yang mereka bina berasal dari penemuan prinsip-prinsip filsafat
dan dari konsep-konsep Weda.
Mereka telah mereguk dalam-dalam hakikat Weda
yang tiada awal dan akhirnya. Negeri yang suci ini sungguh-sungguh merupakan tambang
kekayaan spiritual bagi seluruh dunia. Semua logam yang diketahui manusia
berasal dari tambang yang dalam di perut bumi di berbagai bagian dunia. Tambang
jalan spiritual yang abadi terdapat di India. Pengetahuan rohani yang agung ini
adalah hakikat seluruh kitab Weda,
Upanishad, dan semua kitab suci.
Sangat
mujurlah rakyat India karena sejak dahulu bersamaan dengan timbulnya
kebijaksanaan kuno dan demi kebijaksanaan kuno ini, di tanah ini telah lahir
para pemikir, pembuat ulasan, rasul-rasul Tuhan, dan para guru spiritual yang
agung. Di negeri ini juga muncul banyak Yogi besar yang menempuh jalan
pengabdian tanpa pamrih, kaum bijaksana, jiwa-jiwa yang telah mencapai
kenyataan dirinya, dan para penjelmaan Ilahi yang kini merupakan bagian dari
tradisi Hindu. Melalui mereka mengalirlah kebijaksanaan spiritual, yang
ditunjang oleh pengalaman, ke seluruh negeri ini. Sarat dengan hakikat
kebenaran, kebijaksanaan kuno ini disebarkan ke seluruh dunia. Tetapi, walau
jalan spiritual yang abadi ini tersiar ke manca negara, tempat tinggalnya yang
asli tetaplah India.
Lihatlah
dunia sekarang ini, segala macam mesin, mobil, dan motor dibuat di suatu negara
kemudian diekspor ke negara lain. Tetapi negara asalnya tidak dilupakan orang.
Mobil dan mesin semacam itu dibuat berdasarkan pengalaman. Tidak ada yang dapat
dilakukan tanpa landasan tersebut. Demikian pula mata air kebijaksanaan kuno
timbul di India. Melalui tokoh-tokohnya yang agung serta aneka buku yang mereka
tulis, orang dari berbagai negara lain memperoleh manfaat aliran air tersebut.
Karena itu, landasannya, tempat asalnya, tidak dapat diabaikan. Itu tidak
mungkin. Tetapi kini ada masalah yang serius di India. Di tanah ini, tanah
tempat kelahiran para tokoh suci yang mengasuh dan membantu mengembangkan jalan
yang luhur ini, masyarakat memungut pola hidup yang baru dan jalan spiritual
yang abadi ini dikesampingkan, diserahkan demikian saja pada orang dari
negara-negara lain.
Rakyat
India modern masa ini bahkan belum pernah mengecap manisnya kebijaksanaan kuno
ini, belum memahami maknanya dan menutupnya dalam perdebatan-perdebatan yang
kosong. Tentu saja hal ini disebabkan oleh tidak adanya tokoh spiritual yang
mumpuni yang dapat membimbing dan menunjukkan jalan pada mereka. Sayangnya,
bila pun ada pemimpin semacam itu, masyarakat lebih tertarik pada gaya hidup
yang modern dan melekat pada hal ini. Cara hidup yang modern ini seperti
penganan gorengan yang dijual di pasar. Jajan ini menarik orang banyak karena
baunya yang sedap dan dibeli oleh mereka yang tidak mempertimbangkan nilai
kefaedahannya. Walaupun Sanathana
Dharma adalah kebijaksanaan abadi yang suci, jalan spiritual ini
tidak memiliki pesona tontonan lahiriah dan karena itu diabaikan saja. Tetapi
kebenaran tidak memerlukan hiasan semacam itu. Cita rasanyalah yang penting. Sanathana dharma
diabaikan terutama karena manusia sekarang terdorong semata-mata oleh tingkah
fantasi dan kesenangannya sendiri. Sekarang mereka mempunyai kebiasaan menolak
kenyataan (budaya mereka) dan meniru-niru adat bangsa lain. Ini adalah
kesalahan yang serius. Seorang India menyalahi sifat bawaannya bila ia tertarik
oleh wujud-wujud lahiriah yang fana dan kesemarakan duniawi. Tidak ada jalan
lain yang akan memiliki kebenaran yang lebih agung atau kasih yang lebih luhur
daripada jalan spiritual yang abadi ini, yang merupakan perwujudan kebenaran.
Kebijaksanaan kuno ini adalah pusaka bagi setiap manusia. Kesucian tidak akan
dapat dibatasi. Bukankah kesucian itu tidak ada duanya?
Di
India muncullah mereka yang telah mencapai kebenaran spiritual dalam hidup ini
dengan mengikuti jalan yang abadi, mereka telah memperoleh rahmat Tuhan, yang
telah memahami sifat kebenaran, dan mereka yang telah mencapai kesadaran Tuhan.
Sejak dahulu orang India selalu menghormati dan memuja mereka yang telah mencapai
tingkat yang kudus ini, tanpa mengindahkan perbedaan kasta, kepercayaan, atau
jenis kelamin, Kesucian tingkat spiritual ini membakar habis semua keterbatasan
semacam itu. Sebelum manusia mencapai tingkat ini, tidak mungkinlah ia
memandang segala sesuatu secara sama dan seimbang. Karena itu, engkau harus
maju dengan berani di jalan yang abadi yang menuju kesadaran Tuhan. Itulah hak
setiap putra Bharat yang diperolehnya sejak kelahirannya.
Bila
kita periksa sejarah India semenjak dimulai, terbuktilah bahwa orang-orang suci
yang agung berasal dari seluruh golongan masyarakat Hindu. Ada Avatar dan
orang-orang yang telah mencapai kebebasan spiritual, misalnya Rama, Krishna,
Balarama, Janaka, dan Parikesit, serta yogi
besar seperti Wiswamitra,
semuanya berasal dari warna ksatriya. Para guru spiritual yang telah mencapai
penerangan batin, cendekiawan besar yang ahli dalam kitab-kitab suci, dan resi
serta kaum waskita pada zaman Weda,
berasal dari warna Bhramana. Kitab epik seperti Bhagawata menceritakan berbagai kisah
kepahlawanan yang dilakukan oleh orang warna Sudra. Banyak abdi Tuhan yang
agung berasal dari warna yang rendah. Praktek spiritual sangat penting bila
engkau ingin memperoleh kesucian dan mencapai Tuhan Yang Mahatinggi tanpa
terhalang oleh dunia. Faktor lain, seperti misalnya warna, sama sekali bukan
merupakan penghalang. Tetapi engkau harus memperoleh rahmat yang diperlukan
untuk mencapai kesadaran Tuhan, engkau harus menjalankan praktek spiritualmu
dengan teratur dan disiplin.
Namun,
kini keturunan tokoh-tokoh India yang mulia itu telah membawa aib yang tiada
habisnya pada agama Hindu. Mereka mengabaikan prinsip-prinsip yang diwujudkan
oleh nenek moyang mereka yang agung. Mereka tidak mengkaji amanat leluhur
mereka ataupun mengikuti petunjuk yang telah diberikan. Sebaliknya, mereka
mengubah cara hidup mereka untuk mengikuti zaman. Ada pepatah yang mengatakan,
"Pikiran-pikiran jahat timbul pada saat keruntuhan." Masyarakat India
yang modern telah menjadi budak nama, kemasyhuran, dan hasrat yang kuat untuk
memperoleh kekuasaan serta kedudukan. Mereka sibuk memajukan kesejahteraan
istri dan anak-anak mereka sendiri dengan cara-cara yang egois. Sekalipun
demikian, tetap ada banyak orang yang mencintai semuanya secara sama, yang
tidak egois, yang berusaha memajukan kesejahteraan dunia, yang telah
mengabdikan hidup mereka untuk melayani umat manusia, dan telah mengorbankan
segala-galanya. Tetapi mereka ditindas. Mereka tidak dihargai atau diberi
kedudukan yang tinggi, karena bila demikian, tidak akan ada tempat lagi bagi
orang-orang yang jahat, curang, dan tidak adil.
Betapapun
luas dan dalamnya samudra, bila tanah di dasarnya digoncangkan gempa, airnya
akan bergelora; bila pergolakan itu mereda, air lautan akan tenang kembali
seperti semula. Demikian pula orang-orang yang baik ini menjauh, tidak terjerat
dalam gelora gempa ketidakadilan, kejahatan, egoisme, dan lagak serta sikap
pamer. Segera setelah keributan mereda, mereka akan kembali ke dunia lagi.
Kekuasaan duniawi yang fana dan sikap mengangung-agungkan diri tidaklah
langgeng. "Tumbuh hanyalah untuk binasa," demikian kata pepatah.
Tiadanya kedamaian sekarang ini adalah kebinasaan, keruntuhan, bukan
pertumbuhan. Pada zaman dahulu, sejak kanak-kanak orang India tumbuh dan
dibesarkan secara benar dan bajik, dengan perasaan yang murni, pengendalian
diri, dan menghargai kehormatan nama baik. Ia dipelihara dengan susu
kitab-kitab suci kuno: Weda,
Sastra, dan Upanishad.
Ia menyambut dan menghormati bangsa-bangsa yang terusir dari negara mereka
sendiri dan mencintai mereka sebagai saudara setanah air. Kini orang India
menyerang saudara-saudaranya sebangsa karena keegoisannya dan karena
keranjingan kekuasaan. Dengan tidak sabar ia mencemburui kemakmuran saudaranya
dan menjadi gila karena rasa loba sehingga ia sampai hati menipu
saudara-saudaranya sendiri. Ia menjauhkan diri dari mereka yang sungguh-sungguh
mengharapkan kebaikannya dan mengejar tujuannya yang egois. Ia melipatgandakan
sifat-sifat buruk yang tidak pernah terdengar sebelumnya dalam masyarakat Hindu,
mengikuti jalan yang sesat dan cara hidup yang membawa kehancuran. Orang India
modern masa kini tidak takut berdosa, tidak takut pada Tuhan, tidak memiliki
disiplin, tidak mempunyai rasa hormat, dan tidak beriman, karena itu ia menjadi
sasaran pertentangan, perselisihan, dan kegelisahan. Keadaan ini sungguh
merupakan kemerosotan yang luas biasa dan sulit dipercaya.
Saudara
saudari-Ku umat Hindu, putra putri Bharat,
pengikut jalan yang abadi, kemanakah perginya sifat-sifat mulia zaman dahulu?
Bilakah engkau akan menerima kebenaran, toleransi, moralitas, dan disiplin?
Bangun! Tegakkan kembali kerajaan Sri Rama yang cemerlang dengan istana
kebenaran, kebajikan, dan kedamaian. Cintailah saudaramu setanah air.
Praktekkanlah ajaran kebijaksanaan yang kuno. Padamkanlah kobaran api
kebodohan, kegelisahan, ketidakadilan, dan kedengkian, dengan air kasih,
penahanan diri, dan kebenaran. Kembangkanlah rasa persaudaraan. Hapuskan semua
rasa iri dan kemarahan. Ingatlah ajaran kaum bijak waskita masa lalu dan
sifat-sifat para suci yang agung. Ingatlah kekuasaan Tuhan. Carilah kesalahan
serta cacat celamu sendiri dan insyafilah bahwa tidak ada gunanya mencari
kesalahan orang lain. Hal ini hanya membuang waktu dan menimbulkan
perselisihan. Maka buanglah sifat itu. Bila kesempatan ini kau lewatkan, kapan
engkau dapat memperolehnya lagi? Jangan patah hati dan mengikuti rasa sedih,
tetapi katakan "selesai" pada semua keburukan dan kejahatan masa
lalu. Menyesallah dengan sungguh-sungguh dan tempuhlah jalan doa, perbuatan
baik, serta kasih persaudaraan. Tegakkanlah kerajaan Tuhan di bumi ini.
(Majalah)
Sanathana Sarathi
'sais kereta perang yang abadi' telah dimulai untuk membantu menegakkan
kerajaan ini. Bala tentaranya akan menyokong usaha ini dengan perkataan dan
perbuatan yang baik. Sediakanlah keretamu! Bersiaplah dan ambillah langkah
pertama untuk menyerahkan diri kepada Tuhan. Semua putra Bharat adalah anak
yang berasal dari satu ibu, yaitu ibu Sanathana
Dharma. Lunasilah hutangmu kepada ibu. Orang yang melupakan ibunya
tidak layak disebut putra sang ibu. Kita bukanlah orang yang baik bila kita
mengatakan ibu kita buruk. Susu yang telah diberikannya kepada kita adalah
nafas hidup kita. Pemberi kehidupan ini, bapak semuanya, adalah Tuhan Yang Maha
Besar. Semuanya
adalah anak dari orang tua yang sama. Tanpa saling menyalahkan dan saling
menuduh, tanpa mengharapkan yang buruk bagi orang lain, berusahalah mengerti
bahwa saudaramu mempunyai keterikatan pada hal-hal yang mereka hargai, sama
seperti perasaanmu pada hal-hal yang juga kau hargai. Jangan mengecam atau
menertawakan hal yang dihargai orang lain. Sebaliknya, berusahalah untuk ikut
menghargainya. Inilah sifat kebenaran dan kasih yang merupakan ciri khas para
putra Bharat (Svami Sathya Narayana )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar