Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Sifat Bhakta yang utama harus bebas dari egoisme.
Suatu hari di Vaikunta loka, Narayana sedang bercakap-cakap
dengan Devarsi Narada tentang kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan untuk
menghancurkan pengaruh buruk pikiran. Pada waktu itu Narada menyatakan ketidak
mengertiannya terhadap tabiat manusia yang sudah tahu akibat dosa tetapi masih
tetap melakukannya, serta tidak mau mengikuti perintah sastra untuk mengambil
nama Tuhan sebagai nafas hidupnya agar tidak tersesat dalam pengaruh
kemerosotan jaman. Ia menyatakan bahwa walaupun dirinya setiap saat menyebut
nama Tuhan juga masih harus berjuang melawan kuatnya arus jaman Kali. Sri
Narayan mengetahui ada ego yang sangat halus dalam nada pernyataan penyembahnya
itu. Maka Sri Vishnu menceritakan tentang seorang petani yang mengerjakan
sebidang tanah yang kecil sebagai seorang bhakta yang agung serta menganjurkan
Narada untuk mengunjunginya untuk bisa mengerti dan belajar tentang pengabdian
dari petani tersebut. Bagaimanapun juga akhirnya Narada pergi mencari petani
tersebut yang oleh Sri Vishnu dikatakan sebagai bhakta yang agung. Ia ingin
tahu seberapa seringnya sang petani menyebut dan mengingat Tuhan dalam
seharinya.
Pada waktu itu dilihatnya sang petani sedang sibuk
mengerjakan tugasnya sehari-hari di sawah, di kandang ternak, dan juga
dirumahnya. Walaupun telah diamati dengan sangat seksama, Narada tidak
mendengarkan petani itu mengucapkan nama Tuhan lebih dari tiga kali sehari.
Sekali ketika ia bangun dari tidur, yang lain ketika ia istirahat makan, dan
terakhir ketika akan pergi tidur. Narada semakin penasaran, atas dasar apa Sri
Vishnu memberikan penilaian yang bahkan bisa dibilang melebihinya, padahal
dalam kenyataannya Narada justru yang lebih banyak mengucapkan nama Tuhan,
menyanyikan kemuliaan-Nya serta menyebarkan amanat Namasankirtana kemana-mana.
Sedangkan orang itu, yang oleh Sri Vishnu dianggap lebih unggul darinya
hanyalah seorang petani sederhana yang mengingat Tuhan tiga kali dalam sehari.
Dengan perasaan seperti itu, Narada segera pergi menemui Sri Vishnu. Setelah
mendengar pembelaan dan pembenaran dari Narada, akhirnya Sri Vishnu memberikan
Narada sebuah periuk yang penuh berisi air sampai ke tepinya, lalu disuruhnya
Narada menjunjung periuk tersebut di atas kepalanya kemudian berjalan keliling
tanpa mencecerkan airnya barang setetespun. Narada melakukan perintah itu dan
ketika ditanya berapa kali ia bisa mengingat Tuhan saat itu, Narada mengaku
bahwa dalam usahanya untuk berjalan tanpa menggoyangkan periuk dan mencecerkan
airnya, ia terkadang lupa dengan nama Tuhan. Sri Vishnu-pun lalu memberi tahu
bahwa petani yang mempunyai berbagai beban yang lebih berat di kepalanya, dan
lebih mudah tercecer daripada seperiuk air tadi setidaknya masih menyempatkan
diri untuk mengingat Tuhan. Semua orang harus melakukan tugas kewajiban yang
telah ditetapkan baginya dengan tetap mengingat Aku senantiasa, sehingga kerja
itu bisa dijadikan sebagai persembahan. Jika kita ingat kepada Tuhan saat tidak
berkegiatan, itu masih wajar dan memungkinkan tetapi jika engkau bisa mengingat
Aku di dalam kesibukan kerja, maka hidupmu akan tersucikan. Bukankah hal yang
sama telah Kukatakan kepada Arjuna yang harus menyibukkan dirinya dalam tugas
sebagai seorang Ksatriya di medan perang. Ia harus tetap bertempur sambil terus
mengingat Aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar