Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Pengertian Halal yang dilabel
pada setiap makanan khususnya di Indonesia adalah sebuah slogan atau peringatan
khusus oleh umat islam kepada para penganutnya agar lebih hati-hati dalam
memilih makanan ataupun minuman untuk dikonsumsi.
Lawan kata dari istilah “Halal”
atau yang diijinkan ini adalah Haram yang artinya kurang lebih “Dilarang”
adalah penamaan yang diperkenalkan agama islam sebagai rambu-rambu agar umatnya
tidak kejatuhan dosa karena mengkonsumsi makanan yang dilarang. Namun tidak
demikian halnya dengan apa yang tertera dalam keyakinan Sanathana Dharma (Saya
tidak memakai istilah agama Hindu karena dalam kenyataannya banyak sekali umat
hindu yang masih belum mengerti masalah ini dan juga melakukan pelanggaran
terhadap aspek makanan yang disebut Sattvik atau Halal menurut istilah
islamnya). Dalam keyakinan Sanathana Dharma, apa yang dimaksud Halal oleh umat
muslim belum tentu dapat dikatakan Sattvik menurut pengertian Veda, karena
Halal hanya berkaitan dengan materi, sedangkan Sattvik mengandung pengertian
yang lebih luas, yakni : Jenis makanan, Asal makanan, Alat-alat yang
dipergunakan memasak, Orang yang memasak, serta Orang yang menghidangkan. Misalkan
saja dalam proses memasak, salah satu dari unsure tersebut tidak Sattvik maka
bisa dipastikan bahwa makanan itu juga akan mengalami pencemaran Vibrasi yang
secara halus akan memasuki pikiran orang yang memakannya.
Sebagai
contoh mungkin jenis atau bahan masakan itu di dapat dari atau dengan cara yang
tidak baik, misalnya dari hasil kejahatan korupsi, lalu dimasak mempergunakan
peralatan yang tidak suci, kemudian dimasak dan dihidangkan oleh orang yang
dalam keadaan emosi, maka bisa dipastikan bahwa orang yang makan makanan itu
akan tervibrasi oleh sifat dan karakteristik proses pengolahan itu. Penjelasan ini
mungkin akan tampak sebagai sesuatu yang mustahil jika tidak dicoba sendiri,
tapi saya tidak akan merekomendasikannya kepada anda kecuali anda mau mengambil
resikonya sendiri. Tapi bagaimanapun dampak atau akibat dari mengkonsumsi
makanan tidak Sattvik ini tidak akan anda rasakan seperti makan cabe, sebab ia
akan bereaksi dengan sangat halus memasuki wilayah bawah sadar pikiran anda
untuk kemudian masuk dan mengganggu spiritualitas anda. Sebuah slogan yang
sangat familiar saya dengar adalah “You are what you eat” Engkau adalah apa
yang engkau makan. Maksud dari slogan ini adalah berhati-hati dan selektiflah
dalam memilih makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi karena pengaruhnya
sangat besar pada kepribadian kita selanjutnya. Sebagai contoh adalah ketika
orang mengkonsumsi daging anjing maka jika ia berjalan melintasi anjing,
binatang yang terkenal dengan deteksi penciumannya itu akan langsung dapat
mengenali aura atau vibrasi kesakitan anjing yang dimakan orang dimaksud
sehingga anjing akan menyalak dan ingin menggigit orang yang telah makan daging
kaumnya itu (kaum dan koloni anjing maksudnya). Demikian halnya jika orang
terlalu sering makan daging ayam kampung yang terkenal suka ribut dalam hal
berebut makanan secara tidak langsung akan mempengaruhi mind set orang-orang
yang mengkonsumsinya untuk meniru kebiasaan warga ayam.
Begitu pula pemakan
daging babi yang dibali begitu popular dengan nama babi guling, akan dihadapkan
pada kenyataan bahwasannya sifat dan tingkah laku si babi yang hanya suka
mencari makan, tidur, dan beketurunan akan mencemari pikiran orang yang
memakannya sehingga mungkin oleh karena ini maka babi menjadi salah satu
binatang paling diharamkan dalam agama islam. Karena kenyataannya banyak orang
yang mengeluh kehilangan semangat dan dorongan kerja setelah memakan daging
babi, tetapi toh setelah mengetahui hal itu mereka tak kuasa untuk menolak
tuntutan lidah yang menggemakan kenikmatan sesaat dalam kunyahan di mulut itu. Inilah
celakanya kehidupan jaman Kali dimana kebanyakan orang telah menyerah pada 3
hal yang dikenal dengan istilah “likemper” yakni tuntutan Lidah-Kemaluan-dan Perut.
Pengertian
Halal dan Haram apalagi katagori Sattvik seakan sudah tidak memiliki arti lagi,
sebab yang dipentingkan sekarang adalah terpenuhinya kebutuhan Likemper,
perkara itu dilarang atau diharamkan adalah urusan no 2, soal itu akan
mempengaruhi kinerja otak dan juga kesehatan badan tidak jadi soal, sebab yang
dipentingkan adalah nikmat sesaat.
Para
umat beragama seharusnya kembali kepada kitab suci agamanya masing-masing serta
melihat dengan jelas bagaimana Tuhan telah merekomendasikan hal-hal kecil
sekalipun bagi kepentingan manusia itu sendiri. Tuhan bahkan telah mengatur dan
menganjurkan sebuah pola makan yang sehat agar terhindar dari berbagai macam
penyakit seperti yang terjadi dewasa ini yang kebanyakan timbul karena pola
makan yang salah.
Tuhan
Sri Krishna dalam Bhagavad Gita Bab 3.14 menyebutkan :
Annad bhavanti bhutani //
Parjanyad anna-sambhavah
Yajnad bhavati parjanyo // yajnah karma-samudbhavah
Semua
badan yang bernyawa makan dari biji-bijian yang dihasilkan oleh hujan. Hujan dihasilkan
oleh pelaksanaan yajna atau korban suci, dan Yajna dihasilkan dari pelaksanaan
tugas serta kewajiban yang telah ditetapkan.
Biji-bijian
dan sayuran merupakan sumber pangan bagi semua mahluk. Demikian hewan karnivora
pemakan daging juga sangat bergantung dari keberadaan hewan herbivore yang
hidup dari memakan tumbuh-tumbuhan. Jadi secara tidak langsung kelangsungan
hidup hewan pemakan daging juga sangat bergantung kepada ketersediaannya
tumbuh-tumbuhan bagi hewan mangsanya. Ketiadaan biji, sayur, atau
tumbuh-tumbuhan akan mengganggu siklus rantai makanan dari awal. Sedangkan keberadaan
sayur, biji, atau tumbuhan itu juga tergantung dari banyaknnya curah hujan yang
ia dapatkan. Dan hujan terjadi adalah karena pelaksanaan yajna. sehingga kondisi
bhumi terjaga, dan iklim bisa berjalan dengan baik. Sinar matahari menguapkan
air laut lalu mengumpulkannya menjadi mendung untuk kemudian diturunkan sebagai
hujan. Berdasarkan uraian ini pulalah akhirnya para pengikut spiritual
keagamaan cenderung memilih hidup sebagai seorang Vegetarian untuk bisa lebih
memurnikan pikirannya dalam menapaki tujuan hidup.
Tidak
makan daging sebenarnya adalah pilihan hidup. Seseorang bisa jadi tidak ikut
Sai Baba, Hare Krishna, Tao, Ananda Marga ataupun kelompok spiritual lainnya,
tetapi ia menerapkan pola hidup vegetarian karena berbagai alasan kesehatan
ataupun sifat welas asihnya kepada mahluk hidup yang lain. Bagaimanapun,
mengambil keputusan untuk tidak mengkonsumsi daging karena kesadaran yang
tumbuh dari diri sendiri, akan jauh lebih terpuji daripada akhirnya
bervegetarian karena perintah dokter disebabkan oleh komplikasi penyakit yang
kita derita. Memang hampir sebagian besar kelompok spiritual menganjurkan
pengikutnya agar tidak makan daging dengan alasan bahwa ketika seseorang makan
daging hewan, maka sifat-sifat binatang yang dimakan akan masuk dan
mempengaruhi gerak pikiran. dimana secara tidak langsung juga mempengaruhi
kemajuannya dalam memahami apa yang dikenal dengan nama Prema Bhakti.
Seorang
Sadhaka dituntut untuk menghilangkan sifat-sifat kebinatangan dalam dirinya dan
bukan sebaliknya memupuk kecendrungan hewani dengan mengkonsumsi aneka daging.
Sifat welas asihpun akan sangat sulit ditumbuh kembangkan jika kita masih suka
menikmati daging mereka (para binatang) yang
tak pernah berbuat salah kepada kita dan yang berusaha mempertahankan hidupnya
bersama keluarga kecil mereka tetapi sewaktu-waktu harus direnggut paksa oleh
manusia dengan mempersembahkan jerit tangis mereka sebagai dalih persembahan
atau sekedar pemuas tuntutan lidah dan perut. Perasaan iba dan sedih yang
ditujukan hanya kepada sanak keluarga atau sahabat yang dekat dengan kita saja
bukanlah tanda kasih sayang sejati karena orang yang benar-benar diliputi kasih
pastinya akan selalu merasakan kepedihan orang lain sebagai kepedihan pada
dirinya. Ia tidak akan mau menyakiti sebagaimana halnya ia tidak mau disakiti.
Memang binatang tak kan bisa menuntut
atau memprotes hak hidup mereka yang telah ditindas secara semena-mena oleh
manusia, hanya karena manusia berfikir bahwa mereka diwenangkan untuk melakukan
hal itu sebagai ritual “Nyupat” agar kehidupan para hewan itu nantinya bisa
menjadi lebih baik, meningkat menjadi manusia ataupun tinggal di alam para
dewa. Bayangkan jika alasan “Nyupat” ini juga digunakan sebagai prinsip hidup oleh para gandharwa atau para dewa,
dengan alasan yang sama yang digunakan manusia yakni “Nyupat”, para gandharwa
akhirnya mengambil seseorang dari keluarga kita lalu menyembelihnya di api
kurban sebagai ritual. Kira-kira apakah masyarakat manusia bisa menerima hal
ini ? bukankah para Gandharwa berada diatas manusia, seperti halnya manusia
mengklaim dirinya sebagai yang lebih tinggi tingkatannya daripada binatang
sehingga mempunyai kewenangan dan hak untuk menentukan hidup para hewan yang
dianggapnya lebih rendah.
Survey
atau penelitian yang bisa membuktikan bahwa roh binatang yang telah dijadikan
hewan kurban akan meningkat posisinya ke alam manusia ataupun sampai ke alam para
dewapun masih perlu dipertanyakan kebenarannya sebab di jaman sekarang, orang-orang
yang merasa bisa nyupat binatang, nyatanya sudah tidak lagi memiliki tingkat
kesucian dan kesidhian seperti para Brahmin atau Maharsi layaknya para pendeta
di jaman Sri Rama yang bisa mengantarkan langsung jiwa binatang yang
dikorbankan ke tempat para dewa. Jika manusia sekarang masih bisa melakukan hal
yang sama atas nama “Nyupat”, idealnya mereka harus menyupat diri mereka
sendiri dulu agar bisa terbang ke surga / alam para dewa karena disana berjuta
kesenangan dan kebahagiaan menanti para jiwa.
Terlepas dari ritual “Nyupat”
binatang, keputusan untuk bervegetarian atau tidak makan daging dalam ajaran Spiritual
lebih dituntut dari sebuah kesadaran daripada sekedar keharusan. Ajaran
spiritual mewacanakan bahwa jika kita ingin maju dan lebih bisa memahami ajaran
cinta kasih beliau, maka hal itu harus diawali dengan perasaan welas asih
terhadap sesama mahluk hidup dimana salah satu pengejawantahannya adalah dengan
tidak menyakiti ataupun memakan mereka (para binatang). Tidak perlu dirisaukan
bahwa jika manusia tidak memakan daging binatang maka populasi binatang akan
melebihi manusia. Buktinya manusia tidak makan kecoak tapi kita tidak pernah
menemukan bahwa jumlah kecoak telah melebihi jumlah manusia di bhumi ini. Juga
tidak pernah ada kabar bahwa cicak telah memenuhi satu rumah hanya karena
manusia tidak pernah memakan daging cicak. Pendapat yang mengatakan bahwa
jika seseorang tidak makan daging maka ia akan lemah, bodoh
dan tak bertenaga, sepertinya juga perlu ditinjau ulang karena Gajah dan Kuda
yang hanya makan rumput saja nyatanya lebih hebat daripada anjing yang makan
daging. Kancil yang vegetarian juga lebih pintar daripada Kucing
sang karnivora. Atau kalau mau melihat contoh manusia, kita juga bisa melihat
orang-orang besar yang telah sukses dalam hidupnya walaupun mereka hidup dengan
tidak makan daging seperti misalnya : Aristoteles (Filsuf), Albert Einstein
(scientist), Isac Newton (ahli kimia), Martin Luther (tokoh reformasi
protestan), Mahatma Gandhi, Robert de costela (pemenang lari marathon dari
australia), George Harrison (anggota The Beattles), Murray Rose (perenang yang
meraih 3 kali medali emas), Bill Walton (pebasket Amerika), dll
Kembali
kepada masalah halal dan haram, berikut ini akan coba dipaparkan dasar hukum dan
landasan umat islam untuk menjalankan kewajiban keagamaanya itu. Berharap tulisan
ini akan lebih memotivasi dan menjengahi umat hindu agar lebih bisa berbenah
dalam memahami konsep agama dan bukan hanya mementingkan urusan lidah dan perut
saja dalam hal memilih makanan.
Al Qur’an, Surat Al Maidah : 88 yang
artinya:
“dan makanlah makanan
yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan
bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya”
Allah memerintahkan kita untuk
memakan makanan yang bukan cuma halal, tapi juga baik (Halalan Thoyyiban) agar
tidak membahayakan tubuh kita. Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa
kepada Allah, sebagai sebuah perintah yang sangat tegas dan jelas. Perintah ini
juga ditegaskan dalam ayat yang lain, seperti yang terdapat pada Surat Al
Baqarah : 168 yang artinya:
“Wahai sekalian manusia, makanlah
yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh
yang nyata bagimu”
Pertama kita ketahui, halal itu
bukan sekedar halal makanannya, tapi juga dari sumber bagaimana mendapatkannya
pun harus halal. Kalau sumbernya haram seperti korupsi, mencuri, merampok,
menggusur tanah rakyat dengan harga yang rendah, maka makanan yang dimakan pun
meski sebetulnya halal, tetap haram. Dan akan membuat si pemakannya disiksa di api
neraka. Nabi berkata:
Tiap tubuh yang tumbuh dari
(makanan) yang haram maka api neraka lebih utama membakarnya. (HR.
Ath-Thabrani)
Sesungguhnya Allah baik dan tidak
menerima kecuali yang baik-baik. Allah menyuruh orang mukmin sebagaimana Dia
menyuruh kepada para rasul, seperti firmanNya dalam surat Al Mukminun ayat 52:
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan-makanan yang baik-baik dan kerjakanlah
amal yang shaleh.” Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah 172: “Hai
orang-orang yang beriman makanlah di antara rezeki yang baik-baik.” Kemudian
Rasulullah menyebut seorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan
wajahnya kotor penuh debu menadahkan tangannya ke langit seraya berseru: “Ya
Robbku, Ya Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya
haram dan dia diberi makan dari yang haram pula. Jika begitu bagaimana Allah
akan mengabulkan doanya? (HR. Muslim)
Semua yang berasal dari laut adalah
halal untuk dimakan, sebagaimana ayat berikut ini:
“Dihalalkan bagimu (ikan) yang ditangkap di
laut dan makanan yang berasal dari laut”
QS Al Maidah : 94
Beberapa ayat berikut ini menyebutkan bahwa dalam Al-Qur’an
hanya sedikit yang tidak halal. Namun dengan perkembangan teknologi, yang
sedikit itu bisa menjadi banyak karena masuk ke dalam makanan olahan secara
tidak terduga sebelumnya. Beberapa larangan yang terkait dengan makanan haram
tersebut adalah:
QS Al Maidah : 3
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tecekik, yang dipukul, yang jatuh ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya.”QS Al Baqarah : 173
“Sesungguhnya Allah yang mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan yang disembelih dengan nama selain Allah.”QS Al Maidah : 4
“Dan makanlah binatang yang ditangkap dalam buruan itu untukmu dan sebutlan nama Allah ketika melepaskan hewan(anjing) pemburunya.”QS Al An’ am : 121
“Dan janganlah kamu makan sembelihan yang tidak menyebut nama Allah dan sesungguhnya yang demikian itu fasik.”
QS Al Maidah : 3
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tecekik, yang dipukul, yang jatuh ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya.”QS Al Baqarah : 173
“Sesungguhnya Allah yang mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan yang disembelih dengan nama selain Allah.”QS Al Maidah : 4
“Dan makanlah binatang yang ditangkap dalam buruan itu untukmu dan sebutlan nama Allah ketika melepaskan hewan(anjing) pemburunya.”QS Al An’ am : 121
“Dan janganlah kamu makan sembelihan yang tidak menyebut nama Allah dan sesungguhnya yang demikian itu fasik.”
“Rasulullah SAW melarang membunuh
shurad, kodok, semut, dan hud-hud. (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shohih).
Nabi pernah bersabda “Lima jenis
hewan yang harus dibunuh, baik di tanah haram maupun di tanah biasa, yaitu :
ular, kalajengking, tikus, anjing buas dan burung rajawali” (H.R. Abu Daud)
dalam riwayat lain disebutkan juga burung gagak.
Imam Syafi’ie mengharamkan hewan
yang hidup di 2 alam (di air dan di darat) seperti kodok, buaya, kura-kura, dan
kepiting.
Selain halal, makanan juga harus
baik. Meski halal tapi jika tidak baik, hendaknya tidak kita makan. Di antara
kriteria makanan yang baik adalah:
- Bergizi tinggi
- Makanan lengkap dan berimbang. Waktu SD kita belajar makanan 4 sehat 5 sempurna seperti nasi/jagung, lauk/pauk, sayuran, buah-buahan, dan terakhir susu. Semua makanan tersebut mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Ada baiknya ditambah dengan herbal seperti madu, pasak bumi, habbatus saudah, minyak zaitun, dan sebagainya agar tubuh kita sehat.
- Tidak mengandung zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan kita, misalnya kolesterol tinggi atau bisa memicu asam urat kita.
- Alami. Tidak mengandung berbagai zat kimia seperti pupuk kimia, pestisida kimia, pengawet kimia (misalnya formalin), pewarna kimia, perasa kimia (misalnya biang gula/aspartame, MSG, dsb)
- Masih segar. Tidak membusuk atau basi sehingga warna, bau, dan rasanya berubah
- Tidak berlebihan. Makanan sebaik apa pun jika berlebihan, tidak baik.
Jurusan
Kesehatan Universitas Harvard ternyata sekarang menyarankan kita mengkonsumsi
minyak seperti minyak Zaitun agar kita lebih sehat. Sebaliknya hindari lemak jenuh
yang membeku dalam suhu kamar seperti lemak binatang, margarin, dan mentega
karena bisa menyumbat pembuluh darah kita yang berakibat pada
hipertensi/stroke.
Hindari
juga minuman bersoda seperti Coca Cola atau Pepsi Cola karena itu bisa merusak
kesehatan.Para pakar kesehatan berpendapat bahwa penyakit itu sumbernya selain dari pikiran, eksternal (tabrakan/virus), juga dari makanan/minuman. Jika kita biasa memakan makanan/minuman yang tidak bagus, lama kelamaan itu akan merusak berbagai bagian tubuh kita seperti usus, ginjal, dan hati. Merusak kesehatan. Selain itu juga melanggar perintah Allah.
Ahli Gizi Michael Pollan menulis:
Food Rules:
- Don’t eat anything your great-grandmother wouldn’t recognise as food.
- Eat only foods that eventually will rot.
- Get out of the supermarket whenever you can.
Artinya,
jangan makan makanan yang tidak pernah dimakan oleh nenek anda. Contohnya
berbagai makanan kemasan yang ada di super market. Jangan juga makan makanan
yang tidak membusuk selama berbulan-bulan. Itu artinya makanan tersebut
mengandung banyak pengawet kimia yang akan merusak hati, ginjal, bahkan otak
anda. Ada yang menulis, makanan yang tidak membusuk dalam 1 minggu, berarti itu
busuk. Hindari membeli makanan di supermarket. Karena umumnya masa kadaluwarsanya
bisa berbulan-bulan (memakai pengawet).
Di
CBS disebut Sally Davies, seorang seniman Manhattan telah memfoto paket makanan
Happy Meal dari McDonald’s selama 6 bulan setiap hari untuk melihat proses
pembusukannya, ternyata hingga 6 bulan, makanan yang terdiri dari hamburger,
french fries, dan minuman itu sama sekali tidak membusuk! Ini artinya zat
pengawet kimianya membuat bakteri pembusuk pun ogah untuk memakan makanan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar