Selasa, 03 Maret 2015

Pesan dan Ajaran Sathya Sai Baba



Sai Upanisad – Jawaban segala keragu-raguan.
Selama ini mungkin ada beberapa orang yang sedang dibingungkan oleh pernyataan beberapa orang yang telah menyandang predikat Sadhu atau orang suci dan berwawasan luas ternyata masih belum mampu mengerti apa yang dimaksud dengan kemampuan Atmavichaara atau usaha untuk mengetahui sifat-sifat atma dalam aspek nyatanya bukan sekedar pemahaman dalam aspek teori semata. Sehingga seringkali kita menjumpai bahwa orang yang telah digugu menjadi seorang pembimbing justru membuat pernyataan-pernyataan yang kurang bersesuaian dengan gelar yang disandangnya. Berikut adalah Sai Upanisad yang merupakan jawaban segala pertanyaan dari keragu-raguan dimaksud. Ajaran yang dikemas dalam bentuk Tanya jawab antara sang Otoritas dengan para Sadhaka.

Bhakta : Terimalah hormat kami, Svami
Sai : Aku senang melihatmu, engkau kelihatan begitu lelah, pada musim panas ini, perjalanan akan terasa lebih melelahkan. beristirahatlah sebentar, kita dapat berbicara nanti.
Bhakta : Bila tidak ada ketentraman bhatin, bagaimana mungkin kami dapat beristirahat ?
Sai : Ya, Anak-Ku, istirahat itu untuk memperoleh ketentraman batin. Jika engkau memiliki ketentraman itu, engkau tidak membutuhkan istirahat lagi. Pembalut diperlukan sampai luka sembuh, setelah itu apa gunanya ?
Bhakta : Svami, justru sekarang hati saya sedang kalut. Saya tidak dapat mengambil keputusan apapun. Saya tidak mengerti apa sebabnya. Apa yang harus saya perbuat ?
Sai : Ah tidak ada akibat terjadi tanpa sebab. Pasti engkau tahu penyebab keadaanmu sekarang..yah tidak ada yang perlu dilakukan selain ini : pada saat engkau menderita bhatin, duduklah di tempat yang sunyi selama beberapa waktu sambil mengulang-ulang nama Tuhan, atau nyanyikan kidung suci keras-keras dengan suara nyaring. Jika itu tidak mungkin dilakukan, gelarlah tikar dan tidurlah sebentar. Setelah itu engkau dapat memikirkan semua ini.
Bhakta : Svami telah mengatakan kepada kami bukan ? bahwa di dunia ini setiap orang memiliki sesuatu yang sangat dicintainya. Dan bila ada bahaya atau kemalangan menimpanya, maka tidak ada lagi ketentraman batin. Lalu bagaimana saya dapat memiliki ketentraman hati bila terjadi peristiwa seperti ini…seseorang menghina sesuatu yang amat saya sayangi, atau menjelek-jelekannya ? lalu apa yang harus saya lakukan ?
Sai : Baiklah, orang berbudi luhur yang telah memahami arti Atmavichara ‘atau usaha untuk mengetahui sifat-sifat atma’ sudah pasti tidak akan mencela sesuatu yang dicintai orang lain seperti itu. Iapun tidak akan bergaul dengan orang-orang semacam itu. Ia akan mempertimbangkan dalam hatinya bahwa bila ia mencela wujud Tuhan yang dipuja orang lain, orang itu akan merasa terluka seperti yang dirasakannya jika wujud Tuhan yang dipujanya dicela. Karena itu tenanglah, sadarlah bahwa orang-orang yang menghina seperti itu adalah orang tidak mengerti perihal ‘Atmavichaara. Sementara engkau melakukan usaha untuk mengetahui sifat-sifat atma, engkau tidak perlu berurusan dengan orang yang masih berada dalam kekaburan batin dan tidak memahami hal itu…Nah biarlah hal itu berlalu. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga mengakibatkan semua ini ? segala kesulitan akan berakhir jika apa yang ada di dalam dirimu dikeluarkan.
Bhakta : Dunia tahu benar betapa Svami menganugrahkan keberanian, keteguhan hati dan membimbing orang-orang agar berbuat baik secara spiritual, fisik, dan mental. Betapa Svami telah memberikan bantuan yang besar dalam bidang pendidikan dan medis. Svami tidak pernah berbuat sesuatu atau menyebabkan kerugian pada siapapun dan dalam bentuk apapun. Bagaimana caranya mencegah orang-orang yang telah mengarang dan menyebarkan berbagai cerita fitnah mengenai tokoh seperti Svami ? keuntungan apa yang mereka peroleh dari hal ini ?
Sai : Oh…jadi ini ceritanya! Tidak tahukah engkau bahwa baik dan buruk sudah merupakan sifat dunia ini ? bila semua orang menjadi penjual, siapakah pembelinya ?. Mengenai Avatar, sejak dunia ini diciptakan selalu ada orang yang mengecam atau mencari-cari kesalahan. Ini bukan hal yang baru. Hanya saja orang-orang jaman sekarang mungkin mengarang cerita dan cara-cara yang lebih baru. Nah mengapa kecaman semacam itu kau masukkan dalam hati ? Anggaplah bahwa mereka hanya bisa mengingat-Ku dengan cara seperti itu. Prema smarana “Mengingat Tuhan dengan kasih’ dan dvesha smarana ‘ mengingat Tuhan dengan rasa benci’ merupakan 2 cara untuk mengingat. Dari keduanya, mengingat Tuhan dengan rasa benci merupakan Avidyamaayaa – maya atau khayal. Timbul dari kekaburan batin yang mendasar dan membuat manusia menyamakan dirinya dengan identitas tubuhnya. Ini berhubungan dengan sifat rajasika yang penuh nafsu. Mengingat Tuhan dengan kasih merupakan Vidyamaayaa – kemampuan pertimbangan yang memungkinkan manusia membedakan hal yang fana dan sementara dengan hal yang kekal sehingga dengan  demikian dapat memperoleh penerangan batin dan kebebasan. Ini berhubungan dengan sifat Satvika yang murni, baik, dan tenang.Avidyamaaya mengakibatkan duka, sedangkan Vidyamaayaa menghasilkan kebahagiaan jiwa. Setiap perbuatan akan menimbulkan akibatnya masing-masing. Nah sekarang mengapa engkau harus mencegahnya ? Bukankah engkau menanyakan keuntungan apa yang mereka peroleh dari hal itu ? sebenarnya mereka tidak memerlukan hasil apapun. Mengecam dan mencari kesalahan orang, sudah menjadi kebiasaan mereka. Mereka melakukannya seperti kewajiban saja. Seperti kata pepatah,”Ngengat tidak perduli dan tidak mendapat keuntungan apapun, entah kain sari yang dirusaknya berharga mahal ataupun murah. Menggerogoti dan melubangi merupakan sifat ngengat. ia tidak mengerti nilai barang-barang itu. Pekerjaannya memang demikian. Karena itu, Tenanglah..sadarlah bahwa pekerjaan orang-orang yang suka mencari kesalahan itu sama dengan pekerjaan ngengat.
Bhakta : Svami, apa yang Svami katakan memang benar. Kami dapat menerima bahwa orang-orang bodoh, jika berkelakuan seperti itu memang sebangsa dengan ngengat. tetapi jika orang-orang yang berpendidikan, yang hebat, yang tahu yang menyebarkan pernyataan semacam itu, bagaimana hal ini dapat diterima ?
Sai : Pengetahuan berarti Atmajnaana – Pengetahuan tentang diri sejati. Ini bukan pengetahuan mengenai hal hal yang berkaitan dengan keduniawian yang melatih orang agar dapat mencari nafkah dan berguna sebagai landasan mata pencaharian. Mambandingkan atmajnaana dengan pengetahuan semacam itu merupakan kesalahan besar. Orang yang mulia adalah mereka yang tidak menjelek-jelekkan orang lain, yang mencari kenyataan dengan niat baik. Masalah spiritual tidak akan dapat dipahami oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan mempertimbangkan, mereka yang sombong karena wewenang yang mereka miliki, atau mereka yang sama sekali tidak tahu mengenai Atmajnaana. Karena itu ketahuilah bahwa mereka yang kauanggap terpelajar dan hebat itu sebenarnya termasuk dalam golongan yang sudah kujelaskan tadi. Karena itu tanpa memberi peluang pada pikiran dan kekawatiran semacam itu, sibukkanlah dirimu dalam usaha untuk memperkokoh keyakinanmu.
Bhakta : Di dunia ini banyak orang yang percaya pada Tuhan berubah menjadi tidak percaya karena ulah orang-orang semacam itu. Bukankah begitu Svami ? tidak adakah senjata untuk menyadarkan orang-orang demikian. Yang tanpa mengingat pendidikannya sendiri dan tanpa usaha sedikitpun untuk mengetahui kenyataan, mencaci maki para pribadi yang agung ?
Sai : Oh iya, tentu ada. Peribahasa mengatakan “Tumpukan gombal akan ditempatkan pada pelana yang rusak” perkataan semacam itu hanya akan didengarkan oleh orang-orang sejenis.  Abdi Tuhan yang sejati tidak aka nada yang bergaul dengan mereka. Kalaupun ada, mereka akan segera menjauhinya setelah mengetahui bahwa cerita-cerita itu ternyata tidak benar. Jadi senjata untuk menyadarkan orang demikian terletak di tangan mereka sendiri. Belum pernahkah engkau mendengar kisah Bhasmaasura yang memiliki kekuatan di tangannya. jika ia meletakkan tangannya diatas kepala siapa saja, orang itu akan habis menjadi abu. Akhirnya karena kesombongannya itu, Tuhan memperdayanya agar meletakkan tangan diatas kepalanya sendiri sehingga ia tewas menjadi abu. Demikian pula, karena menuduh orang lain, akhirnya mereka akan dituduh oleh kata-katanya sendiri.
Ada 4 macam orang yang mengecam atau mencari-cari kesalahan Avatar yaitu :
  1. Mereka yang sama sekali tidak menaruh minat pada hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan.
  2. Orang-orang yang karena diperbudak rasa iri dan dengki, tidak tahan melihat keagungan dan kejayaan orang lain.
  3. Orang-orang yang tidak memiliki pengalaman pribadi, kontak atau pengetahuan apapun. Jadi mereka hanya mengarang cerita berdasarkan kabar angin yang telah memperbudaknya.
  4. Orang yang dating karena mempunyai beberapa keinginan duniawi, tetapi gagal memperolehnya karena nasib (buruk) mereka sendiri, kemudian menggunakan hal itu sebagai alas an untuk menyalahkan Tuhan.
Hanya keempat macam orang ini yang membuat keributan seperti yang kau katakana. Lainnya tidak akan berteriak-teriak ataupun berjingkrak seperti wayang golek, walaupun mereka tidak mempunyai pengalaman pribadi, bila mendengar cerita-cerita semacam itu, mereka hanya akan menganalisanya di dalam hati dan mengambil kesimpulan untuk kepuasannya sendiri. Mereka tidak akan menjelek-jelekkan orang lain. Kelirulah jika seseorang tidak mempercayai pikirannya sendiri, tetapi menerima omongan orang lain. Selain itu, tidak ada gunanya berdiskusi dengan mereka yang tidak memahami kenyataan sebenarnya. Sesungguhnya kenyataan sejati tidak memerlukan diskusi sama sekali. Berdebat dengan orang-orang yang masih dalam tingkat pertengahan (tidak sepenuhnya ada dalam kekaburan batin tetapi juga belum begitu mencapai penghayatan kesunyataan) adalah seperti melihat belalai dan peraya bahwa itu merupakan keseluruhan dari tubuh gajah. Seperti dalam cerita orang buta yang meraba gajah.
Nah perhatikan ini! Tidak baik menghabiskan waktu dalam percakapan semacam ini. Menjelek-jelekkan dan mencari-cari kesalahan, itu biasa dan umum terjadi. Setelah mengetahui hal ini, mereka yang bercita-cita menjadi bhakta sejati sebaiknya hanya berusaha mencari landasan untuk membangun kebahagiaan jiwanya. Seluruh waktu yang ada harus digunakan untuk tujuan yang suci, jangan membuang-buang waktu. Engkau tidak perlu mengurusi kebaikan atau keburukan orang lain. Daripada membuang waktu percuma, lebih baik kaumanfaatkan hal itu untuk menghilangkan keburukan dan mengembangkan kebaikan dalam dirimu.

Senin, 02 Februari 2015

Hubungan antara Maharaja Bali, Vamana Avatara, Sri Krishna, dan Raksasi Putana



2 Hal mendasar yakni Hukum sebab akibat atau Karma phala dan juga Reinkarnasi, mungkin tdk tersurat secara jelas dlm kitab agama Abrahamik. Namun terlepas dari yakin tidaknya seseorang terhadap hal dimaksud, kedua hukum ini adalah keniscayaan yang pasti akan dialami semua roh. Sebab Ia adalah produk Tuhan bukan hasil kecerdasan manusia.
Kisah tentang Putana, seorang Raksasi wanita yang dikirim oleh Raja Kamsa untuk menghabisi Sri Krishna yang telah ditakdirkan sebagai maut bagi Kamsa, adalah salah satu gambaran nyata bagaimana seharusnya mahluk hidup yang dikarunia daya pikir agar mampu mempergunakannya dengan baik untuk menyelamatkan dan meningkatkan kwalitas kehidupan jiwanya ke taraf yang lebih tinggi dan mulia dari kehidupan yang didapatkannya pada saat ini.

Sebenarnya siapakah Putana sebelum ia dilahirkan dalam wujud seorang raksasa wanita ?. Sebagaimana penuturan dari Bhagavan Sri Sathya Narayana, Putana adalah putrid dari Maharaja Bali yang merupakan penguasa di kerajaan Kerala. Walaupun Bali adalah seorang raksasa, tapi Ia adalah pemimpin yang sangat arif. Ia melandaskan segala kegiatannya pada kebenaran. Dilaksanakannya tugas-tugasnya dengan menganggap rakyat sebagai anak-anaknya sendiri. Bali adalah raja yang sangat dermawan. Ia penuh belas kasihan dan cemerlang bagaikan surya kebenaran sehingga menyebabkan pemerintahannya di Kerala makmur dan bahagia. Namun sangat disayangkan bahwa dengan berkah kekuatan yang dimilikinya, ia menjadi agak congkak dan menyerang beberapa kerajaan untuk dikuasainya, bahkan alam sorgapun hendak ditaklukannya. Ia telah mengalahkan semua dewa yang kurang sakti dengan keperkasaannya yang hebat. Maka suatu hari, untuk memperingati kemenangannya itu, ia menyelenggarakan sebuah yajna yang disebut Visvahit yajna di tepian sungai Narmada.

Jumat, 12 Desember 2014

Mencari Guru Spiritual sejati.



Ini adalah Saiupanisad. atau ajaran Sai yang dikemas dalam bentuk tanya jawab antara Bhagavan Sri Sathya Sai Baba dengan Bhakta beliau mengenai kapasitas guru kerohanian bagi perkembangan spiritual sadhaka.



Bhakta       : Svami, bolehkah kami bertanya secara leluasa kepada Svami mengenai pokok pembicaraan apa saja yang berkaitan dengan jalan kerohanian yang tidak kami ketahui ?
Sai    : Tentu saja. Apa keberatannya ? kenapa masih ragu ? Bukankah Aku disini untuk menjelaskan hal-hal yang tidak engkau ketahui. Engakau dapat bertanya kepada-Ku tanpa perlu merasa takut atau ragu sedikitpun. Aku selalu siap menjawab. Hanya Aku ingin bahwa pertanyaan yang ingin engkau sampaikan benar-benar timbul dari rasa ingin tahu.
Bhakta       : Tetapi beberapa Pinisepuh mengatakan bahwa tidak baik jika mengganggu guru dengan berbagai pertanyaan. Benarkah demikian Svami ?
Sai    : Itu tidak benar! Siapa lagi yang dapat ditemui murid ? karena guru (pembimbing rohani) merupakan segala-galanya baginya, maka seharusnya ia memang meminta nasehat beliau dalam segala hal baru kemudian bertindak.
Bhakta       : Beberapa orang mengatakan bahwa segala hal yang diminta pinisepuh harus dijalankan dengan penuh hormat tanpa membantah sedikitpun. Apakah itu juga bentuk perintah Svami ?
Sai    : Sebelum engkau percaya / yakin sepenuhnya kepada mereka dan tahu bahwa perkataan mereka benar, sulitlah bagimu menjalankan perintahnya dengan hormat. Maka sebelum itu, tidaklah salah jika engkau menyakan kembali arti dan kebenaran dari perintah-perintah itu kepada mereka hingga engkau benar-benar yakin dan mengerti.
Bhakta       : Svami, siapakah yang harus kami percaya dan siapa yang harus kami hindari ? Dunia ini begitu penuh kepalsuan. Bila mereka yang tadinya kami percaya sebagai Sadhu dan orang baik kemudian ternyata tidak menampilkan kapasitas sbg Sadhu atau orang baik, bagaimana kepercayaan kami bisa tumbuh ?
Sai    : Ah Anak-Ku! Apa perlunya engkau menumbuhkan kepercayaan kepada orang lain di dunia ini atau di alam lain ? Pertama dan terpenting, percayalah pada dirimu sendiri (Jiwa), kemudian percayalah kepada Tuhan, Paramatma. Jika engkau percaya kepada kedua hal ini, Kebaikan atau keburukan tidak akan bisa mempengaruhimu.
Bhakta       : Svami, kadang-kadang kepercayaan kepada Tuhan juga berkurang, apa sebabnya ?
Sai    : Bila seseorang terperdaya oleh dunia lahiriah belaka dan tidak berhasil mencapai aneka keinginan lahiriahnya, kepercayaan kepada Tuhan akan mulai berkurang. Karena itu hilangkan keinginan semacam itu. Dan sbg gantinya, inginkanlah pertalian spiritual saja. Maka engkau tidak akan menjadi sasaran keraguan dan kesulitan. Yang terpenting dalam hal ini adalah kepercayaan kepada Tuhan. Tanpa itu engkau mulai meragukan segala hal besar maupun kecil.
Bhakta       : Sebelum kami memahami benar-benar kenyataan Tuhan, menurut kata orang, sangat penting berkawan dengan orang yang baik dan bijaksana. Dan juga sangat penting untuk mempunyai seorang guru spiritual atau kerohanian. Apakah itu memang perlu, Svami ?
Sai    : Tentu saja berkawan dengan orang baik dan bijaksana sangat perlu. Dan untuk menyadari jati dirimu, seorang guru atau pembimbing spiritual juga penting. Tetapi dalam hal ini engkau harus sangat berhati-hati sebab dewasa ini guru sejati sudah sangat langka. Para penipu bertambah banyak dan guru-guru spiritual telah mengundurkan diri ke tempat yang terpencil agar dapat memperoleh penghayatan kesunyataan tanpa terganggu. Sebenarnya banyak guru sejati, tetapi mereka tidak mudah ditemui. Bahkan jikalaupun engkau berhasil menemukan mereka lalu mendapatkan lebih dari satu Sadvaakya (Pernyataan kebenaran), engkau harus berterima kasih atas nasib baikmu karena biasanya mereka tidak akan membuang waktu dengan menceritakan berbagai hal kepadamu!. Janganlah tergesa-gesa mencari seorang Guru.
Bhakta       : Lalu apakah sebenarnya jalan spiritual itu ?
Sai    : Ya! Justru untuk inilah kita mempunyai Veda, Shastra, Purana, dan Itihasa. Pelajarilah kitab-kitab itu. Ikuti petunjuk yang diberikan dan kumpulkan pengalaman darinya. Pahami makna dan arah tujuan dan pesan dari para ahli. Ikuti petunjuk kitab suci itu sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Bermeditasilah kepada Yang Mahatinggi (Paramaatma) sebagai Guru dan Tuhan. Kemudian buku-buku itu sendiri akan membantumu sebagai Guru. Karena apakah sebenarnya yang dimaksud Guru ? Guru adalah Ia yang membantumu memusatkan pikiran kepada Tuhan. Bila engkau menganggap Yang Mahatinggi sebagai guru dan melakukan latihan rohani dengan kasih yang tak tergoyahkan, maka Tuhan sendiri akan menampakkan diri dihadapanmu dan memberikan bimbingan spiritual tepat seperti seorang guru. Atau mungkin Beliau akan memberkatimu sehingga sebagai hasil dari latihan rohanimu, engkau akan dipertemukan dengan seorang guru sejati (Sad Guru).
Bhakta       : Tetapi kini beberapa orang sangat pandai memberikan petunjuk spiritual kepada siapa saja yang memintanya, apakah mereka bukan Sad guru, Svami ?
Sai    : Aku tidak mau mengatakan apakah mereka Sad guru ataukah bukan. Aku hanya ingin menyatakan hal ini : bukanlah tanda seorang guru sejati, bila ia memberikan petunjuk spiritual kepada setiap orang yang datang meminta dan memuji-mujinya tanpa mengetahui dan mempertimbangkan masa lalu dan masa depan si murid. Atau bahkan tanpa menyelidiki dan menguji kesiapan serta kemampuan murid itu dalam menerima pelajaran.
Bhakta       : Svami, saya telah melakukan kesalahan besar, ketika seorang pundit datang ke desa kami dan banyak orang menerima petunjuk spiritualnya, saya juga datang bersujud kepadanya dan meminta inisiasi. Ia memberi saya satu petunjuk spiritual yang baik. Saya mengulang-ulang mantra itu selama beberapa waktu. Tapi tak lama kemudian saya tahu bahwa Pundit itu ternyata hanya seorang penipu. Sejak saat itu saya kehilangan kepercayaan kepada nama Tuhan yang pernah diberikannya kepada saya. Lalu saya lepaskan mantra itu. Apakah tindakan saya salah atau benar ?
Sai    : apakah engkau meragukan benar salahnya tindakanmu itu? Tindakanmu itu salah besar. Sebagaimana seorang guru spt yang tadi Kukatakan yang harusnya menguji kesanggupan murid, muridpun harus meneliti secara kritis kualifikasi guru itu sebelum menerima petunjuk spiritualnya. Kesalahanmu yang pertama yaitu, engkau tidak memperhatikan hal ini, tetapi tergesa-gesa menerima diksa / inisiasi. Andaipun guru itu memberikannya tanpa memiliki kwalifikasi yang diperlukan, mengapa engkau mengingkari janjimu dan berhenti mengulang-ulang nama Tuhan yang suci itu?. Ini merupakan kesalahanmu yang kedua yakni melemparkan kesalahan orang lain pada nama Tuhan yang suci. Sebab sekali engkau telah menerima inisiasi dan mendapatkan mantra dari nama suci Tuhan, engkau harus mengulang-ulang mantra itu apapun kesulitannya. Nama Tuhan itu tidak boleh kaulepaskan. Bila tidak demikian, engkau bersalah karena menerima tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu dan menolak tanpa pertimbangan pula. Kesalahan itu akan berakibat bagimu. Janganlah engkau menerima satu nama Tuhan (jika masih ragu) juga jangan menerima nama yang tidak engkau sukai sebab setelah engkau terima maka engkau tidak boleh menghentikan pengulangannya.
Bhakta       : Lalu apa yang terjadi jika hal itu dihentikan, Svami?
Sai    : Dengarkanlah anak-Ku, ketidak patuhan pada guru dan melepaskan nama Tuhan akan membuat usaha dan kosentrasimu yang (tadinya) terpusat menjadi lemah. Seperti dikatakan pepatah, “Bibit tanaman yang terkena penyakit tidak akan tumbuh menjadi pohon”
Bhakta       : Tetapi bagaimana jika guru itu member mantra walaupun kita tidak pantas menerimanya ?
Sai    : Guru semacam itu bukan seorang guru. Akibat perbuatannya yang salah itu tidak menjadi tanggunganmu. Keburukan kesalahan itu hanya akan menimpa dirinya.
Bhakta       : Bila seorang murid berbuat sesuai dengan janji yang diberikan kepada gurunya, terlepas dari kenyataan bagaimana guru itu sebenarnya, dan ia tetap menghormatinya seperti sebelumnya, dapatkah murid itu mencapai tujuannya ?
Sai    : Tentu saja, itu tidak dapat diragukan lagi. Tidak tahukah engkau kisah Ekalawya ? walaupun Dronacharya tidak menerimanya sebagai murid, ia membuat sebuah patung dan menganggap patung itu sebagai Dronacharya sendiri. Ia menghormati patung itu sebagai sang guru. Lalu belajar ilmu memanah dan menjadi mahir dalam segala seni memanah. Akhirnya ketika guru yang dibutakan oleh rasa pilih kasih itu meminta ibu jari tangan kanannya sebagai imbalan, ia mempersembahkannya dengan senang hati. Apakah Ekalawya sakit hati karena cacat yang disebabkan oleh gurunya itu?
Bhakta       : Apa gunanya persembahan semacam itu ? semua latihannya menjadi percuma.
Sai    : Walaupun Ekalawya kehilangan segala kesempatan untuk menggunakan kemahirannya, namun watak yang diperoleh dari latihannya itu tidak akan pernah hilang. Dan bukankah ketenaran yang diperolehnya dengan pengorbanan itu sudah cukup sebagai imbalan?
Bhakta       : Kalau begitu, apa yang sudah lampau biarlah terjadi. Mulai sekarang saya akan berpendirian tetap dan berusaha tidak melepaskan nama itu. Saya mohon agar Svami sendiri memberkati saya dengan inisiasi dan petunjuk spiritual baru.
Sai    : Sikapmu persis sperti orang yang telah menyaksikan pementasan Ramayana semalam suntuk lalu pada pagi harinya menanyakan apakah hubungan Raama dengan Sitaa!. Telah kuberitahukan padamu bahwa sang guru dan petunjuk spiritual itu akan dating bila engkau sudah memenuhi syarat. Hal itu akan dating dengan sendirinya. Engkau tidak perlu meminta. Sesungguhnya bhakta tidak boleh meminta inisiasi atas kehendaknya sendiri, sebab ia tidak dapat mengetahui apakah ia sudah siap untuk itu ataukah belum. Guru akan terus menunggu saat yang tepat dan beliau sendirilah yang akan memberikan rahmat serta pertolongan pada saat yang dirasa tepat. Jangan menerima petunjuk spiritual lebih dari satu kali. Ini tidak dapat diulang. Jika engkau meninggalkan satu petunjuk spiritual lalu mengambil satu petunjuk spiritual yang lain sesuka hatimu, engkau seperti seorang wanita yang telah bersuami tetapi menyeleweng.
Bhakta       : Kalau begit, bagaimana nasib saya sekarang ? apakah tidak ada jalan untuk menyelamatkan saya ?
Sai    : Sesali kesalahan yang engkau perbuat, tetapi teruslah bermeditasi pada nama Tuhan yang telah engkau terima. Kecuali untuk japa atau bernamasmaranam, engkau dapat menggunakan setiap nama yang kau sukai. Ingatlah bahwa untuk meditasi, engkau hanya boleh menggunakan nama Tuhan yang kauperoleh dari inisiasi pertamamu. Janganlah mengganti nama yang suci itu. Ubahlah dirimu dengan kerinduan yang tulus kepada Tuhan, sebab usaha yang sungguh-sungguh dan tiada putusnya akan mampu membuatmu maju dalam spiritual. Aku memberkatimu. Sekarang engkau boleh pergi dan datanglah lain kali.

(diambil dari buku Sadeha Nivarini - Menjawab keragu-raguan. Bab I)