Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Ini adalah Saiupanisad. atau ajaran Sai yang dikemas dalam bentuk tanya jawab antara Bhagavan Sri Sathya Sai Baba dengan Bhakta beliau mengenai kapasitas guru kerohanian bagi perkembangan spiritual sadhaka.
Bhakta
: Svami, bolehkah kami bertanya secara
leluasa kepada Svami mengenai pokok pembicaraan apa saja yang berkaitan dengan
jalan kerohanian yang tidak kami ketahui ?
Sai : Tentu saja. Apa keberatannya ? kenapa
masih ragu ? Bukankah Aku disini untuk menjelaskan hal-hal yang tidak engkau
ketahui. Engakau dapat bertanya kepada-Ku tanpa perlu merasa takut atau ragu
sedikitpun. Aku selalu siap menjawab. Hanya Aku ingin bahwa pertanyaan yang
ingin engkau sampaikan benar-benar timbul dari rasa ingin tahu.
Bhakta : Tetapi beberapa Pinisepuh mengatakan
bahwa tidak baik jika mengganggu guru dengan berbagai pertanyaan. Benarkah
demikian Svami ?
Sai : Itu tidak benar! Siapa lagi yang dapat
ditemui murid ? karena guru (pembimbing rohani) merupakan segala-galanya
baginya, maka seharusnya ia memang meminta nasehat beliau dalam segala hal baru
kemudian bertindak.
Bhakta : Beberapa orang mengatakan bahwa segala
hal yang diminta pinisepuh harus dijalankan dengan penuh hormat tanpa membantah
sedikitpun. Apakah itu juga bentuk perintah Svami ?
Sai : Sebelum engkau percaya / yakin sepenuhnya
kepada mereka dan tahu bahwa perkataan mereka benar, sulitlah bagimu
menjalankan perintahnya dengan hormat. Maka sebelum itu, tidaklah salah jika
engkau menyakan kembali arti dan kebenaran dari perintah-perintah itu kepada
mereka hingga engkau benar-benar yakin dan mengerti.
Bhakta : Svami, siapakah yang harus kami percaya
dan siapa yang harus kami hindari ? Dunia ini begitu penuh kepalsuan. Bila
mereka yang tadinya kami percaya sebagai Sadhu dan orang baik kemudian ternyata
tidak menampilkan kapasitas sbg Sadhu atau orang baik, bagaimana kepercayaan
kami bisa tumbuh ?
Sai : Ah Anak-Ku! Apa perlunya engkau
menumbuhkan kepercayaan kepada orang lain di dunia ini atau di alam lain ?
Pertama dan terpenting, percayalah pada dirimu sendiri (Jiwa), kemudian
percayalah kepada Tuhan, Paramatma. Jika engkau percaya kepada kedua hal ini,
Kebaikan atau keburukan tidak akan bisa mempengaruhimu.
Bhakta : Svami, kadang-kadang kepercayaan kepada
Tuhan juga berkurang, apa sebabnya ?
Sai : Bila seseorang terperdaya oleh dunia
lahiriah belaka dan tidak berhasil mencapai aneka keinginan lahiriahnya,
kepercayaan kepada Tuhan akan mulai berkurang. Karena itu hilangkan keinginan
semacam itu. Dan sbg gantinya, inginkanlah pertalian spiritual saja. Maka engkau
tidak akan menjadi sasaran keraguan dan kesulitan. Yang terpenting dalam hal
ini adalah kepercayaan kepada Tuhan. Tanpa itu engkau mulai meragukan segala
hal besar maupun kecil.
Bhakta : Sebelum kami memahami benar-benar
kenyataan Tuhan, menurut kata orang, sangat penting berkawan dengan orang yang
baik dan bijaksana. Dan juga sangat penting untuk mempunyai seorang guru
spiritual atau kerohanian. Apakah itu memang perlu, Svami ?
Sai : Tentu
saja berkawan dengan orang baik dan bijaksana sangat perlu. Dan untuk menyadari
jati dirimu, seorang guru atau pembimbing spiritual juga penting. Tetapi
dalam hal ini engkau harus sangat berhati-hati sebab dewasa ini guru sejati
sudah sangat langka. Para penipu bertambah banyak dan guru-guru spiritual telah
mengundurkan diri ke tempat yang terpencil agar dapat memperoleh penghayatan
kesunyataan tanpa terganggu. Sebenarnya banyak guru sejati, tetapi mereka tidak
mudah ditemui. Bahkan jikalaupun engkau berhasil menemukan mereka lalu
mendapatkan lebih dari satu Sadvaakya (Pernyataan kebenaran), engkau harus
berterima kasih atas nasib baikmu karena biasanya mereka tidak akan membuang
waktu dengan menceritakan berbagai hal kepadamu!. Janganlah tergesa-gesa mencari
seorang Guru.
Bhakta : Lalu apakah
sebenarnya jalan spiritual itu ?
Sai : Ya! Justru untuk inilah kita mempunyai
Veda, Shastra, Purana, dan Itihasa. Pelajarilah kitab-kitab itu. Ikuti petunjuk
yang diberikan dan kumpulkan pengalaman darinya. Pahami makna dan arah tujuan
dan pesan dari para ahli. Ikuti petunjuk kitab suci itu sebagai panutan dalam
kehidupan sehari-hari. Bermeditasilah kepada Yang Mahatinggi (Paramaatma)
sebagai Guru dan Tuhan. Kemudian buku-buku itu sendiri akan membantumu sebagai
Guru. Karena apakah sebenarnya yang dimaksud Guru ? Guru adalah Ia yang membantumu memusatkan pikiran kepada Tuhan. Bila
engkau menganggap Yang Mahatinggi sebagai guru dan melakukan latihan rohani
dengan kasih yang tak tergoyahkan, maka Tuhan sendiri akan menampakkan diri
dihadapanmu dan memberikan bimbingan spiritual tepat seperti seorang guru. Atau
mungkin Beliau akan memberkatimu sehingga sebagai hasil dari latihan rohanimu,
engkau akan dipertemukan dengan seorang guru sejati (Sad Guru).
Bhakta : Tetapi kini beberapa orang sangat
pandai memberikan petunjuk spiritual kepada siapa saja yang memintanya, apakah
mereka bukan Sad guru, Svami ?
Sai : Aku tidak mau mengatakan apakah mereka Sad
guru ataukah bukan. Aku hanya ingin menyatakan hal ini : bukanlah tanda seorang guru sejati, bila ia
memberikan petunjuk spiritual kepada setiap orang yang datang meminta dan
memuji-mujinya tanpa mengetahui dan mempertimbangkan masa lalu dan masa depan
si murid. Atau bahkan tanpa menyelidiki dan menguji kesiapan serta kemampuan
murid itu dalam menerima pelajaran.
Bhakta : Svami, saya telah melakukan kesalahan
besar, ketika seorang pundit datang ke desa kami dan banyak orang menerima
petunjuk spiritualnya, saya juga datang bersujud kepadanya dan meminta
inisiasi. Ia memberi saya satu petunjuk spiritual yang baik. Saya mengulang-ulang
mantra itu selama beberapa waktu. Tapi tak lama kemudian saya tahu bahwa Pundit
itu ternyata hanya seorang penipu. Sejak saat itu saya kehilangan kepercayaan
kepada nama Tuhan yang pernah diberikannya kepada saya. Lalu saya lepaskan
mantra itu. Apakah tindakan saya salah atau benar ?
Sai : apakah engkau meragukan benar salahnya
tindakanmu itu? Tindakanmu itu salah besar. Sebagaimana seorang guru spt yang
tadi Kukatakan yang harusnya menguji kesanggupan murid, muridpun harus meneliti
secara kritis kualifikasi guru itu sebelum menerima petunjuk spiritualnya. Kesalahanmu
yang pertama yaitu, engkau tidak memperhatikan hal ini, tetapi tergesa-gesa
menerima diksa / inisiasi. Andaipun guru itu memberikannya tanpa memiliki
kwalifikasi yang diperlukan, mengapa engkau mengingkari janjimu dan berhenti
mengulang-ulang nama Tuhan yang suci itu?. Ini merupakan kesalahanmu yang kedua
yakni melemparkan kesalahan orang lain pada nama Tuhan yang suci. Sebab sekali
engkau telah menerima inisiasi dan mendapatkan mantra dari nama suci Tuhan,
engkau harus mengulang-ulang mantra itu apapun kesulitannya. Nama Tuhan itu
tidak boleh kaulepaskan. Bila tidak demikian, engkau bersalah karena menerima
tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu dan menolak tanpa pertimbangan pula. Kesalahan
itu akan berakibat bagimu. Janganlah engkau menerima satu nama Tuhan (jika
masih ragu) juga jangan menerima nama yang tidak engkau sukai sebab setelah
engkau terima maka engkau tidak boleh menghentikan pengulangannya.
Bhakta : Lalu apa yang terjadi jika hal itu
dihentikan, Svami?
Sai : Dengarkanlah anak-Ku, ketidak patuhan pada
guru dan melepaskan nama Tuhan akan membuat usaha dan kosentrasimu yang
(tadinya) terpusat menjadi lemah. Seperti dikatakan pepatah, “Bibit tanaman
yang terkena penyakit tidak akan tumbuh menjadi pohon”
Bhakta : Tetapi bagaimana jika guru itu member mantra
walaupun kita tidak pantas menerimanya ?
Sai : Guru semacam itu bukan seorang guru. Akibat
perbuatannya yang salah itu tidak menjadi tanggunganmu. Keburukan kesalahan itu
hanya akan menimpa dirinya.
Bhakta : Bila seorang murid berbuat sesuai
dengan janji yang diberikan kepada gurunya, terlepas dari kenyataan bagaimana
guru itu sebenarnya, dan ia tetap menghormatinya seperti sebelumnya, dapatkah
murid itu mencapai tujuannya ?
Sai : Tentu saja, itu tidak dapat diragukan
lagi. Tidak tahukah engkau kisah Ekalawya ? walaupun Dronacharya tidak
menerimanya sebagai murid, ia membuat sebuah patung dan menganggap patung itu
sebagai Dronacharya sendiri. Ia menghormati patung itu sebagai sang guru. Lalu belajar
ilmu memanah dan menjadi mahir dalam segala seni memanah. Akhirnya ketika guru
yang dibutakan oleh rasa pilih kasih itu meminta ibu jari tangan kanannya
sebagai imbalan, ia mempersembahkannya dengan senang hati. Apakah Ekalawya
sakit hati karena cacat yang disebabkan oleh gurunya itu?
Bhakta : Apa gunanya persembahan semacam itu ?
semua latihannya menjadi percuma.
Sai : Walaupun Ekalawya kehilangan segala
kesempatan untuk menggunakan kemahirannya, namun watak yang diperoleh dari
latihannya itu tidak akan pernah hilang. Dan bukankah ketenaran yang
diperolehnya dengan pengorbanan itu sudah cukup sebagai imbalan?
Bhakta : Kalau begitu, apa yang sudah lampau
biarlah terjadi. Mulai sekarang saya akan berpendirian tetap dan berusaha tidak
melepaskan nama itu. Saya mohon agar Svami sendiri memberkati saya dengan
inisiasi dan petunjuk spiritual baru.
Sai : Sikapmu persis sperti orang yang telah
menyaksikan pementasan Ramayana semalam suntuk lalu pada pagi harinya
menanyakan apakah hubungan Raama dengan Sitaa!. Telah kuberitahukan padamu
bahwa sang guru dan petunjuk spiritual itu akan dating bila engkau sudah
memenuhi syarat. Hal itu akan dating dengan sendirinya. Engkau tidak perlu
meminta. Sesungguhnya bhakta tidak boleh meminta inisiasi atas kehendaknya
sendiri, sebab ia tidak dapat mengetahui apakah ia sudah siap untuk itu ataukah
belum. Guru akan terus menunggu saat yang tepat dan beliau sendirilah yang akan
memberikan rahmat serta pertolongan pada saat yang dirasa tepat. Jangan menerima
petunjuk spiritual lebih dari satu kali. Ini tidak dapat diulang. Jika engkau
meninggalkan satu petunjuk spiritual lalu mengambil satu petunjuk spiritual
yang lain sesuka hatimu, engkau seperti seorang wanita yang telah bersuami
tetapi menyeleweng.
Bhakta : Kalau begit, bagaimana nasib saya
sekarang ? apakah tidak ada jalan untuk menyelamatkan saya ?
Sai : Sesali kesalahan yang engkau perbuat,
tetapi teruslah bermeditasi pada nama Tuhan yang telah engkau terima. Kecuali untuk
japa atau bernamasmaranam, engkau dapat menggunakan setiap nama yang kau sukai.
Ingatlah bahwa untuk meditasi, engkau hanya boleh menggunakan nama Tuhan yang
kauperoleh dari inisiasi pertamamu. Janganlah mengganti nama yang suci itu. Ubahlah
dirimu dengan kerinduan yang tulus kepada Tuhan, sebab usaha yang
sungguh-sungguh dan tiada putusnya akan mampu membuatmu maju dalam spiritual.
Aku memberkatimu. Sekarang engkau boleh pergi dan datanglah lain kali.
(diambil dari buku Sadeha Nivarini - Menjawab keragu-raguan. Bab I)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar