Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Karna adalah salah satu tokoh penting
dalam Mahabharata. Ia adalah putra tertua Kunti, sehingga merupakan saudara
seibu Pandava dan merupakan yang tertua dari keenam saudara tersebut. Walaupun
Duryodhana menunjuknya sebagai raja Angga, perannya dalam kisah Mahabharata
jauh melebihi peran seorang raja. Karna bertarung di pihak Kaurava dalam perang
di Kurukshetra.
Semasa mudanya, Kunti merawat resi
Durvasa selama satu tahun. Sang resi sangat senang dengan pengabdian yang
diberikan olehnya sehingga memberikan anugerah untuk memanggil salah satu dari
para dewa dan dewa yang dipilihnya tersebut akan memberiknya seorang putra yang
mempunyai sifat baik menyamai dewa tersebut. Karena ragu-ragu apakah anugerah
tersebut benar, Kunti―selagi masih belum menikah―memutuskan untuk mencoba
mantra tersebut dan memanggil dewa matahari, Bathara Surya. Ketika Surya
menampakkan diri di depannya, Kunti terpesona. Karena terikat mantra Durvasa,
Surya memberinya seorang anak secemerlang dan sekuat dirinya, walaupun Kunti
sendiri tidak menginginkan anak. Dengan kesaktian Surya, Kunti tetap tidak
ternodai keperawanannya. Sang bayi adalah Karna, lahir dengan baju besi
(kavacha) dan anting-anting (kundala) untuk melindunginya.
Kunti kini berada dalam posisi yang
memalukan sebagai seorang ibu seorang anak tanpa ayah. Karena tidak mau
menanggung malu ini, ia meletakkan Karna ke dalam keranjang dan
menghanyutkannya bersama dengan perhiasannya, berdoa agar bayi tersebut
selamat.
Bayi Karna terhanyut di Sungai Gangga
dan ditemukan oleh seorang pengemudi kereta bernama Adhiratha, seorang Suta
(campuran antara Brahmin dengan Khsatriya). Adhiratha dan istrinya Radha
membesarkan Karna sebagai anak mereka dan memberinya nama Vasusena karena baju
besi dan antingnya. Mereka mengetahui latar belakang Karna dari perhiasan yang
ditemukan bersamanya, dan tidak pernah menyembunyikan kenyataan bahwa mereka
bukan orang tua Karna yang sebenarnya. Karna juga disebut Radheya karena nama
ibunya Radha. Adiknya, Shon, lahir dari Adhiratha dan Radha setelah kedatangan
Karna.
Ikatan antara Radheya dan keluarga
angkatnya merupakan hubungan berdasarkan cinta dan rasa hormat yang murni.
Radheya menghormati Adhiratha di depan teman-teman khsatriya-nya, dan dengan
penuh rasa cinta tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang anak dalam
keluarga angkatnya meskipun ia telah menjadi raja Angga dan mengetahui
asal-usul kelahirannya.
Radheya ingin menjadi seorang prajurit
besar. Maka ia mengembara ke Hastinapura bersama dengan ayah dan adik
angkatnya. Di sana menguasai ilmu kanuragan dengan belajar kepada Drona,
walaupun ia belajar tidak bersama dengan para pangeran (Pandava dan Kaurava)
karena dipandang berasal dari kasta yang rendah. Radheya menguasai semua ilmu
yang diajarkan, terutama ilmu memanah. Ketika Pandava diusir ke hutan selama 14
tahun, Duryodhana meminta Radheya untuk menguasai Brahmastra, salah satu
senjata terkuat yang ada. Hanya beberapa orang yang mengetahui hal ini termasuk
Drona, Arjuna, Bhisma dan Ashwathama (anak Drona). Ia pertama-tama mendekati
Drona, guru Pandava dan Kaurava, tetapi Drona menolak untuk mengajarinya karena
kastanya yang rendah. Ia kemudian meminta Parashurama, guru besar yang lain,
untuk mengajarinya seni berperang terutama untuk menguasai Bhramashtra.
Parashurama tidak akan mengajari seorang khsatriya karena rasa bencinya pada
kaum khsatriya yang telah membunuh orangtuanya. Maka untuk mendapatkan ilmu,
Radheya berbohong tentang asal usulnya dan mengaku sebagai seorang Brahmin.
Suatu saat, ketika Parashurama sedang
tidur dengan kepala di pangkuan Radheya, seekor serangga menggigit pahanya. Ini
menyebabkan paha Radheya berdarah dan ia pun merasakan kesakitan yang amat
sangat. Namun Radheya bertahan untuk tidak bergerak agar gurunya tidak
terbangun. Darah yang menetes dari paha Radheya memercik ke muka Parashurama
dan membuatnya terbangun. Melihat apa yang terjadi Parashurama mengetahui bahwa
Radheya bukanlah seorang Brahmin karena hanya seorang khsatriya yang dapat
menahan sakit seperti itu. Radheya mengaku bahwa ia telah berbohong, dan
Parashurama yang marah mengutuk Karna: ia tidak akan bisa mengeluarkan ilmunya
pada saat di mana ia paling membutuhkannya. Sebelum Parashurama, seorang
brahmin yang lain pernah mengutuk Radheya bahwa Radheya akan dibunuh ketika ia
dalam keadaan tak berdaya, hal ini disebabkan karena Radheya telah membunuh
sapi kesayangan brahmin tersebut.
Suatu saat sebuah turnamen diadakan
untuk menentukan perajurit yang terkuat setelah ‘lulus’ dari pendidikan Drona.
Dalam perlombaan itu Arjuna keluar sebagai yang terbaik dan Duryodhana takut
padanya. Kemudian Radheya muncul dan menantang Arjuna. Dalam pertanding yang
berlangsung kemudian, Radheya dapat mengimbangi semua keahlian Arjuna. Untuk
menentukan pemenang yang sesungguhnya, Radheya menantang Arjuna untuk bertempur
satu lawan satu di mana kemenangan salah satu pihak ditentukan dengan kematian
lawannya. Dengan alasan bahwa Radheya berasal dari kasta yang lebih rendah dari
Arjuna, Drona menolak usul Radheya tersebut. Duryodhana yang memang menyimpan
rasa iri dan takut kepada Pandava seketika memberikan tahta kerajaan Angga
kepada Radheya, sehingga Radheya menjadi seorang raja dan dengan demikian
pantas untuk menantang Arjuna berduel sampai mati. Tindakan Duryodhana ini
menanamkan benih kesetiaan Radheya kepadanya. Tetapi akhirnya duel tersebut
tetap tidak terwujud.
Ketika Pandava mengasingkan diri,
Radheya membebankan kepada dirinya sendiri tugas untuk menjadikan Duryodhana
penguasa dunia. Radheya memimpin pasukan ke negara-negara sekitar untuk
menaklukkan raja-rajanya di bawah kekuasaan Duryodhana. Radheya berhasil menang
dalam semua pertempuran yang dilaluinya, walaupun kepatuhan raja-raja tersebut
tidak semuanya berlangsung lama (sebagian tetap memihak kepada Pandava dalam
perang Bharatayudha).
Tragedi Dalam Hidup Radheya
Pertemuan dengan Kunti
Sebelum perang Bharatayudha Kunti mendekati Radheya dan memintanya untuk bergabung dengan Pandava dan menyatakan bahwa Karna adalah pewaris sebenarnya tahta Hastinapura (sebagai sulung dari Pandava). Radheya menolak tawaran ini karena Kunti membuangnya waktu kecil dan juga setelah ia dewasa. Radheya berkata bahwa karena Duryodhana selalu setia kepadanya sebagai seorang sahabat, ia akan membela pihak Kaurava. Kunti lalu meminta Radheya untuk berjanji untuk tidak membunuh kelima anaknya. Radheya berjanji bahwa setelah perang Bharatayudha, lima anak Kunti akan tetap hidup, Kunti lega mendengar janji Radheya ini. Yang tersembunyi dari janji ini adalah bahwa sebenarnya Kunti memiliki enam orang anak (termasuk Radheya sendiri), maka bila Radheya bertemu dengan para Pandava ia akan melepaskan mereka kecuali satu orang: Arjuna. Karena Radheya adalah salah satu dari sedikit yang sanggup menghadapi Arjuna dan di antara mereka telah terjadi persaingan yang sengit.
Sebelum perang Bharatayudha Kunti mendekati Radheya dan memintanya untuk bergabung dengan Pandava dan menyatakan bahwa Karna adalah pewaris sebenarnya tahta Hastinapura (sebagai sulung dari Pandava). Radheya menolak tawaran ini karena Kunti membuangnya waktu kecil dan juga setelah ia dewasa. Radheya berkata bahwa karena Duryodhana selalu setia kepadanya sebagai seorang sahabat, ia akan membela pihak Kaurava. Kunti lalu meminta Radheya untuk berjanji untuk tidak membunuh kelima anaknya. Radheya berjanji bahwa setelah perang Bharatayudha, lima anak Kunti akan tetap hidup, Kunti lega mendengar janji Radheya ini. Yang tersembunyi dari janji ini adalah bahwa sebenarnya Kunti memiliki enam orang anak (termasuk Radheya sendiri), maka bila Radheya bertemu dengan para Pandava ia akan melepaskan mereka kecuali satu orang: Arjuna. Karena Radheya adalah salah satu dari sedikit yang sanggup menghadapi Arjuna dan di antara mereka telah terjadi persaingan yang sengit.
Pertemuan dengan Indra
Dewa Indra, raja para dewa dan ayah Arjuna, menyadari bahwa kavachadan kundala Radheya tidak dapat ditembus oleh senjata apapun, dengan demikian menjadikan Radheya tidak terkalahkan. Ia memutuskan untuk menyamar sebagai seorang brahmana miskin tepat sebelum Radheya mandi. Krihsna mengetahui keutamaan moral Radheya dan bahwa Radheya tidak akan menolak permintaan apapun baik dari seorang brahmana maupun seorang pengemis pada saat tersebut (setelah pemujaan terhadap Surya). Surya, dewa matahari dan ayah Radheya , mengingatkan Radheya dalam mimpi bahwa Indra akan menyamar sebagai seorang brahmana dan meminta baju besi serta antingnya. Karna tidak mengetahui bahwa Surya adalah ayahnya. Seperti yang telah diduga oleh Surya, atas nasihat dari Krishna, Indra yang menyamar mendekati Radheya dan meminta sedekah berupa baju kavacha dan kundala-nya. Radheya tahu bahwa dengan memberikan kedua hal tersebut, ia tidak lagi tak terkalahkan. Tetapi karena telah menjadi komitmennya maka ia tetap memberikan kedua benda tersebut. Indra kagum akan kebaikan hati Radheya, sehingga menawarkan Radheya untuk memakai senjatanya (Shakti) tetapi hanya untuk satu kali saja.
Dewa Indra, raja para dewa dan ayah Arjuna, menyadari bahwa kavachadan kundala Radheya tidak dapat ditembus oleh senjata apapun, dengan demikian menjadikan Radheya tidak terkalahkan. Ia memutuskan untuk menyamar sebagai seorang brahmana miskin tepat sebelum Radheya mandi. Krihsna mengetahui keutamaan moral Radheya dan bahwa Radheya tidak akan menolak permintaan apapun baik dari seorang brahmana maupun seorang pengemis pada saat tersebut (setelah pemujaan terhadap Surya). Surya, dewa matahari dan ayah Radheya , mengingatkan Radheya dalam mimpi bahwa Indra akan menyamar sebagai seorang brahmana dan meminta baju besi serta antingnya. Karna tidak mengetahui bahwa Surya adalah ayahnya. Seperti yang telah diduga oleh Surya, atas nasihat dari Krishna, Indra yang menyamar mendekati Radheya dan meminta sedekah berupa baju kavacha dan kundala-nya. Radheya tahu bahwa dengan memberikan kedua hal tersebut, ia tidak lagi tak terkalahkan. Tetapi karena telah menjadi komitmennya maka ia tetap memberikan kedua benda tersebut. Indra kagum akan kebaikan hati Radheya, sehingga menawarkan Radheya untuk memakai senjatanya (Shakti) tetapi hanya untuk satu kali saja.
Percakapan dengan Krishna
Krishna pernah berusaha membujuk Radheya untuk membela Pandava. Percakapan ini, yang terjadi ketika Krishna meninggalkan Hastinapura setelah misi perdamaian yang gagal (lakon Kresna Duta dalam wayang purwa), berpusat kepada kebenaran moral yang mendasari alasan Pandava berperang. Walaupun Krishna menyadari kebaikan Duryodhana kepada Radheya, ia berargumen bahwa Radheya memiliki kewajiban yang lebih tinggi, mengikutinya dalam jalan kebenaran. Ketika Radheya mengatakan bahwa beralih pihak kepada Pandava adalah tindakan yang tidak terhormat, Krishna mengingatkan Radheya akan kisah Ramayana,Vibheesena, saudara Ravana memilih untuk berpihak kepada Rama setelah tidak berhasil membujuk kakaknya itu untuk merubah tindakan jahatnya.
Krishna pernah berusaha membujuk Radheya untuk membela Pandava. Percakapan ini, yang terjadi ketika Krishna meninggalkan Hastinapura setelah misi perdamaian yang gagal (lakon Kresna Duta dalam wayang purwa), berpusat kepada kebenaran moral yang mendasari alasan Pandava berperang. Walaupun Krishna menyadari kebaikan Duryodhana kepada Radheya, ia berargumen bahwa Radheya memiliki kewajiban yang lebih tinggi, mengikutinya dalam jalan kebenaran. Ketika Radheya mengatakan bahwa beralih pihak kepada Pandava adalah tindakan yang tidak terhormat, Krishna mengingatkan Radheya akan kisah Ramayana,Vibheesena, saudara Ravana memilih untuk berpihak kepada Rama setelah tidak berhasil membujuk kakaknya itu untuk merubah tindakan jahatnya.
Di sinilah rasa setia kawan Radheya
ditunjukkan. Radheya memberitahu Krishna, ia mengetahui bahwa Duryodhana tidak
mengikuti kebenaran, dengan mendukungnya berarti ia juga tidak mengikuti
kebenaran, dan pada akhirnya ia akan menghadapi kekalahan dan kematian
karenanya. Tapi ia tetap memutuskan untuk membela Duryodhana. Ia berkata kepada
Krishna, “Sepanjang hidupku orang menganggapku anak seorang tukang kuda dahulu,
baru kemudian sebagai seorang prajurit dan raja. Duryodhana adalah satu-satunya
orang yang tidak hanya memandangku sebagai seorang prajurit dan raja, tetapi
juga sebagai seorang yang setara dengan dirinya. Tidak pernah ia memandangku
sebagai seorang anak tukang kuda. Ketika temanku ini membutuhkan dukungan,
masihkah engkau mengharapkanku untuk meninggalkannya?”
Keutamaan dan Ketercelaan Radheya dalam
Perang Bharatayudha
Pada saat perang, Radheya bertemu dengan masing-masing Pandava (kecuali Arjuna), mengalahkan mereka, dan bahkan mampu untuk membunuh mereka. Tetapi Karna menepati janjinya kepada Kunti untuk tidak membunuh mereka.
Pada saat perang, Radheya bertemu dengan masing-masing Pandava (kecuali Arjuna), mengalahkan mereka, dan bahkan mampu untuk membunuh mereka. Tetapi Karna menepati janjinya kepada Kunti untuk tidak membunuh mereka.
Pada perang hari ke-13, Drona mengatur
formasi pasukan yang disebut Chakravyuha. Hanya Krishna dan Arjuna di pihak
Pandava yang mengetahui cara membuyarkan formasi ini; tetapi Krishna dan Arjuna
dengan sengaja dialihkan perhatiannya oleh pihak Kaurava ke bagian lain dari
pertempuran. Abhimanyu, anak Arjuna, memiliki sebagian pengetahuan tentang
formasi ini. Ia mendengarnya ketika masih dalam kandungan saat Krishna
menjelaskan tentang formasi ini kepada ibunya (ibu Abhimanyu adalah Subhadra,
adik Khrisna). Tetapi saat itu Khrisna tidak menjelaskan sampai selesai.
Sehingga Abhimanyu mengetahui cara memasuki formasi tersebut, tetapi tidak
mengetahui cara keluar darinya. Pada hari itu tidak seorang pun sanggup
mengalahkan Abhimanyu yang telah berada di dalam formasi Chakravyuha. Sendirian
ia menandingi jendral-jendral pihak Kaurava termasuk Radheya, Drona, dan
Duryodhana. Atas perintah Drona, Duryodhana dan Radheya mengeroyok Abhimanyu
(Radheya memanah busur Abhimanyu dan melumpuhkan keretanya, kemudian para
Kaurava membunuh Abhimanyu. Jadi bukan Radheya sendiri yang membunuh
Abhimanyu).
Pada perang hari ke-14, perang
berlangsung sampai malam. Ghatotkacha, putra Bhima yang setengah raksasa, makin
memporak porandakan barisan Kaurava (golongan Asura, termasuk raksasa, makin
kuat di malam hari). Radheya terpaksa memakai senjata Shakti yang dipinjamnya
dari Indra untuk membunuh Ghatotkacha. Karena Indra hanya memperbolehkan
Radheya memakai senjata Shakti sekali saja, maka Radheya kini tanpa senjata
pamungkas dan baju besi serta antingnya yang tak tertembus senjata. Radheya
hanya bisa mengandalkan kesaktiannya sendiri dalam melawan Arjuna nanti.
Pada perang hari ke-15, Drona terbunuh
dan Radheya menjadi senapati pasukan Kaurava.
Pada hari ke-17, Radheya akhirnya
bertemu dengan Arjuna dalam pertempuran yang seru dan setanding. Karena telah
kehilangan senjata pamungkas dan baju besinya, Radheya hanya mengandalkan
keahlian dan kesaktiannya sendiri. Dalam suatu kesempatan, Radheya melakukan
trik cerdik dengan keahliannya. Ia membuat Arjuna lumpuh sejenak dengan memanah
dada Arjuna. Ketika Arjuna belum pulih dari pukulan pertama tadi, Radheya
melepaskan panah ke arah kepala Arjuna untuk membunuhnya. Krishna menyelamatkan
Arjuna dengan menekan kereta mereka sampai amblas ke tanah beberapa senti,
sehingga panah Radheya meleset dari kepala Arjuna. Banyak orang menganggap
kejadian ini sebagai bukti superioritas Radheya dari adiknya itu, paling tidak
dari sisi keahlian dan kesaktian.
Saat pertempuran berlangsung, salah
satu roda kereta Radheya selip di tanah berlumpur. Ini diakibatkan oleh kutukan
Brahmana yang telah disebutkan di atas. Shalya yang menjadi kusir kereta Radheya
tidak bisa membantu karena telah dilumpuhkan oleh Arjuna. Radheya meminta
Arjuna untuk menghentikan pertempuran untuk menunggunya mengeluarkan roda
kereta dari tanah berlumpur tadi. Arjuna setuju. Tetapi Krishna menyuruh Arjuna
melanggar kode keprajuritan dan membunuh Radheya yang sedang tidak berdaya.
Roda kereta Radheya tidak bisa digerakkan dan kutukan Parashurama membuatnya
tidak bisa membela diri. Krishna mengingatkan Arjuna kekejaman Radheya ketika
ikut mengeroyok Abhimanyu yang sampai mati bertarung tanpa kereta dan senjata.
Dengan penuh kemarahan dan kesedihan
Arjuna melepaskan panah Anjalika ke arah Radheya. Radheya jatuh ke tanah dengan
luka yang mematikan. Tetapi ujian untuknya belumlah berakhir. Krishna menyamar
sebagai seorang pertapa dan meminta sedekah kepadanya. Karna yang terluka parah
tidak memiliki apapun untuk diberikan, kemudian ia ingat masih memiliki satu
gigi emas. Dengan penuh kesakitan Radheya melepaskan gigi emasnya,
membersihkannya kemudian memberikannya kepada Krishna. Dengan demikian Radheya
menjadi satu-satunya manusia yang telah memberikan sedekah kepada Vishnu
sendiri. Terharu dengan kemurahan hati Radheya, Krishna memberikan kesempatan
kepada Radheya untuk mengajukan satu permintaan kepadanya. Radheya meminta agar
jenasahnya diperabukan di tempat yang paling suci di dunia. Sebagai Vishnu,
Krishna kemudian memperabukan jenasah Radheya ditelapak tangannya.
Setelah kematian Radheya, Kunti
memberitahu Pandava bahwa Radheya adalah putranya dan saudara tertua mereka.
Para Pandava kemudian berkabung untuk Radheya. Yudhistira, terutama, begitu
terpukul mengetahui ibunya merahasiakan kenyataan bahwa Radheya adalah saudara
tertua mereka yang seharusnya mereka hormati dan patuhi. Ia kemudian
mengeluarkan sabda, agar sejak saat itu semua perempuan tidak lagi bisa
menyimpan rahasia apapun untuk diri mereka sendiri. Pada hari ke-18, Kaurava
tertumpas. Perang Bharatayudha berakhir, dan Yudhistira menjadi raja
Hastinapura.
Perbedaan dengan Arjuna
Banyak persamaan antara Arjuna dan Radheya. Keduanya adalah ahli memanah, dan saling bersaing untuk mendapatkan Draupadi. Keduanya juga mempunyai ikatan yang erat dengan Kaurava, baik karena pertalian darah maupun karena persahabatan. Percakapan Radheya dengan Krishna sangat mirip dengan Bhagavad Gita yang terkenal itu, dalam mana Krishna menjelaskan kepada Arjuna tentang kewajibannya sebagai seorang Khsatriya. Perbedaan mereka terletak pada keputusan yang diambil oleh masing-masing, Arjuna mengutamakan tugasnya sebagai seorang Khsatriya yang harus membela kebenaran apapun yang terjadi dan Karna mengutamakan persahabatanya dengan Duryodhana.
Banyak persamaan antara Arjuna dan Radheya. Keduanya adalah ahli memanah, dan saling bersaing untuk mendapatkan Draupadi. Keduanya juga mempunyai ikatan yang erat dengan Kaurava, baik karena pertalian darah maupun karena persahabatan. Percakapan Radheya dengan Krishna sangat mirip dengan Bhagavad Gita yang terkenal itu, dalam mana Krishna menjelaskan kepada Arjuna tentang kewajibannya sebagai seorang Khsatriya. Perbedaan mereka terletak pada keputusan yang diambil oleh masing-masing, Arjuna mengutamakan tugasnya sebagai seorang Khsatriya yang harus membela kebenaran apapun yang terjadi dan Karna mengutamakan persahabatanya dengan Duryodhana.
Beberapa Pendapat yang mendukung
Superioritas Karna atas Arjuna
Banyak pendapat bahwa alasan Bhisma untuk tidak memperbolehkan Radheya bertempur bersamanya ketika ia menjadi senopati adalah rasa cintanya kepada Pandava. Jika Bhisma dan Radheya muncul bersamaan di medan perang, Pandava tidak akan mampu memenangkan Bharatayudha. Saat itu Bhisma berdalih bahwa karena Radheya berasal dari kasta yang lebih rendah. Dalam suatu kejadian saat pertempuran Radheya dan Arjuna, kereta Arjuna terpental ke belakang beberapa meter oleh panah Radheya. Krishna memuji kehebatan Radheya karena hal ini. Arjuna, yang panahnya mementalkan kereta Radheya berpuluh-puluh meter, heran atas pujian Krishna ini dan meminta penjelasan kepadanya. Krishna menjawab,“Arjuna, aku sendiri yang memiliki berat seluruh alam semesta duduk di kereta ini dan kereta ini juga dilindungi oleh Hanuman (kereta Arjuna memakai bendera Hanuman). Bila hanya engkau sendiri yang ada di kereta ini, kereta ini akan terlempar mengelilingi bumi.”
Banyak pendapat bahwa alasan Bhisma untuk tidak memperbolehkan Radheya bertempur bersamanya ketika ia menjadi senopati adalah rasa cintanya kepada Pandava. Jika Bhisma dan Radheya muncul bersamaan di medan perang, Pandava tidak akan mampu memenangkan Bharatayudha. Saat itu Bhisma berdalih bahwa karena Radheya berasal dari kasta yang lebih rendah. Dalam suatu kejadian saat pertempuran Radheya dan Arjuna, kereta Arjuna terpental ke belakang beberapa meter oleh panah Radheya. Krishna memuji kehebatan Radheya karena hal ini. Arjuna, yang panahnya mementalkan kereta Radheya berpuluh-puluh meter, heran atas pujian Krishna ini dan meminta penjelasan kepadanya. Krishna menjawab,“Arjuna, aku sendiri yang memiliki berat seluruh alam semesta duduk di kereta ini dan kereta ini juga dilindungi oleh Hanuman (kereta Arjuna memakai bendera Hanuman). Bila hanya engkau sendiri yang ada di kereta ini, kereta ini akan terlempar mengelilingi bumi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar