Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Tidak
ada perbedaan antara bhakti kepada Tuhan dengan pengetahuan tentang Tuhan (jnana). Dari
pengabdian kepada Tuhan yang mengenakan wujud, berkembanglah pengabdian pada
Tuhan yang mutlak dan tidak berwujud. Demikian pula dari bhakti kepada Tuhan,
berkembanglah pengetahuan tentang Tuhan. Saya tidak setuju pada anggapan yang
mengatakan bahwa karma, bhakti, dan jnana
itu terpisah. Saya bahkan tidak suka menggolongkan satu di antaranya sebagai
yang pertama, lainnya sebagai yang kedua, dan berikutnya lagi sebagai yang
ketiga. Saya tidak mau menerima campuran ketiga hal ini atau bahkan peleburan
ketiga hal tersebut. Kegiatan tanpa pamrih adalah bhakti dan bhakti adalah jnana. Sepotong
gula batu mempunyai rasa manis, berat, dan bentuk. Ketiga hal ini tidak dapat
dipisahkan satu dari lainnya. Setiap partikel gula batu mempunyai ketiga hal
ini. Kita tidak menjumpai partikel gula yang hanya mempunyai bentuk, partikel
lain yang hanya mempunyai berat, dan partikel lain lagi yang hanya mempunyai
rasa manis. Bila gula batu itu diletakkan di atas lidah, manisnya akan kita
rasakan, beratnya akan berkurang, dan wujudnya pun akan berubah, semua itu
terjadi pada saat yang sama. Demikian pula jiwa, dan Tuhan, satu sama lain
tidak terpisah, mereka sama (Terutama dalam hal kwalitas).
Karena
itu, semua perbuatan yang kita lakukan harus sarat dengan semangat pengabdian (sewa), kasih (prema), dan
kearifan (jnana).
Dengan kata lain, setiap kegiatan hidup harus sarat dengan hakikat ketiga jalan
spiritual ini (karma,
bhakti, dan jnana).
Inilah jalan yang paling luhur. Hal ini harus benar-benar dipraktekkan,
bukannya sekedar dibicarakan. Sadhana
harus dilakukan terus menerus dengan hati yang selalu berkembang, sarat dengan
bhakti dan kebijaksanaan. Keindahan pengulang-ulangan nama Tuhan merupakan
pesona kehidupan. Kebahagiaan batin yang diperoleh dari pengulang-ulangan nama
Tuhan sama dengan kegembiraan lahir yang kita alami bila kita mempersembahkan
kegiatan duniawi kita kepada-Nya.
Bila
engkau melakukan suatu perbuatan sebagai persembahan kepada Tuhan, hal ini
tidak hanya baik bagimu (swartha),
tetapi orang lain yang terpengaruh oleh perbuatan itu pun akan mendapat faedah
(parartha).
Sesungguhnya kebaikan dan faedah tersebut lebur dengan kebaikan tertinggi (paramartha),
semuanya menjadi satu. Mula-mula "aku" dan "engkau" menjadi
"kita". Kemudian "kita" dan "Ia" menjadi satu.
Mula-mula jiwa (jiwa individu atau "aku") harus mencapai persamaan
dengan alam semesta (yaitu prakrithi"
atau "engkau") dan kemudian dengan Tuhan Yang Mahatinggi
("Ia"). Sesungguhnya inilah makna mantra "Om Tat Sat"
(semua ini adalah Yang Mutlak).
Hari
ini, kemarin, dan besok, semua ciptaan ini adalah Yang Mutlak selama-lamanya.
"Ia" dan "aku" selalu ada. Latihan spiritualmu juga harus
selalu dilakukan sebagaimana surya tidak terpisahkan dan tak pernah dapat
diceraikan dari sinarnya, demikian pula peminat kehidupan rohani tidak boleh
lepas dari latihan spiritualnya. Hanya bila sadhaka
taat dan tekun melakukan sadhana
dengan tidak putusnya maka ia dapat dikatakan manunggal dengan Yang Mutlak (Om)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar