Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Raja
yang sedang mendengarkan kisah yang menggetarkan mengenai rasa terima kasih
Krishna kepada guru beliau, tiba-tiba membuka matanya dan ketika melihat Rsi
Sukha dihadapannya, ia berkata “Ah, permainan Krishna! Aneka perbuatan beliau
yang penuh keajaiban, satu sama lain sering melampaui dalam kemujizatan dan
misterinya. Tuhan bersedia menanggung beban apapun untuk memperbaiki dan
memajukan dunia; dengan cara ini beliau menyatakan kebesaran dan kekuasaan
beliau. Tetapi asap gelap maya melekat erat pada mata manusia dan membuatnya
tidak mampu mengenali Tuhan. Karena itu ia tidak memahami makna rohani yang
tersembunyi dalam aneka permainan Tuhan ini.
Rsi
Sukha memahami hal yang dipikirkan raja. Beliau menjawab, “Maharaja! Pengaruh
maya yang membingungkan itu disebabkan oleh kumpulan kegiatan dalam berbagai
kehidupan yang lampau. Seseorang dapat melepaskan diri dari maya melalui akibat
perbuatannya yang bersifat merusak. Jika kehidupan yang lampau ditandai oleh
berbagai kegiatan baik, maka kecenderungan buruk yang ada akan dikalahkan oleh
berbagai kecenderungan baik dalam kehidupan sekarang dan orang itu akan percaya
kepada Tuhan. Ia akan mengikatkan diri kepada Tuhan, dan melewatkan hidupnya
pada landasan ketuhanan. Sebaliknya jika dalam kehidupan yang lampau seseorang
telah melakukan kejahatan yang mengerikan, ia akan memiliki kekaburan bhatin
yang menakutkan sehingga tidak dapat melihat Tuhan. Orang semacam itu tidak
pernah mengingat Tuhan. Mereka melihat segala sesuatu dari sudut pandangan yang
keliru; ia bersukaria dalam kejahatan, dan asyik menikmati perbuatan keji. Kepercayaan
kepada Tuhan merupakan hasil panen dari benih yang ditanamkan dalam berbagai
kehidupan yang lampau. Hal itu dtidak dapat ditumbuhkan dan dipanen begitu saja
dalam sesaat.
Mendengar
perkataan ini, Raja makin ingin mengetahui lebih banyak menyenai punya ‘pahala
yang diperoleh dari perbuatan baik maupu papa atau dosa yang timbul dari akibat
karma buruk serta akibatnya dalam kehidupan manusia. Karena itu Raja memohon agar
Rsi Shuka mau menceritakan suatu kejadian lagi dalam kehidupan Sri Krishna yang
berkaitan dengan kutuk dan pembatalannya, untuk menjelaskan prinsip nasib. Rsi
Shuka tersenyum mendengar permohonan ini! Oh maharaja, tidak terbilang
banyaknya pertolongan yang diberikan Sri Krishna kepada mereka yang terkena
kutuk! Para raksasa yang beliau habisi pada waktu beliau masih kecil dan
kemudian pada masa kanak-kanak, seperti yang telah saya ceritakan, semuanya
terkena kutuk untuk lahir seperti itu sebagai ganjaran atas sejumlah perbuatan
buruk yang telah dilakukannya dikehidupan terdahulu. Ketika para raksasa itu
menemui ajal di tangan Sri Krishna, mereka otomatis sudah dibebaskan dari
kutukan. “sampai disana, Raja menyela…:”Saya telah mendengar bahwa penumbangan
2 pohon kembar raksasa oleh Sri Krishna pada saat masih bayi merupakan
peristiwa menakjubkan dan sangat tersohor. Jika maharsi menceritakannya secara
rinci, saya akan senang sekali.
Mendengar
hal ini, Rsi Shuka yang selalau siap membantu dan memenuhi permintaan sang raja
mulai bercerita : “Maharaja! Walaupun tidak kekurangan pembantu, Yashoda tetap
melakukan semua pekerjaan rumah tangganya sendiri sesuai dengan kebiasaan
tradisional. Mendidihkan susu, membuat yougurt, mengocoknya dan menyiapkan
mentega. Semua kegiatan ini dilakukannya dengan senang hati. Pada suatu hari,
seperti biasa ia bangun pada awal Brahmamuhuurtam (pukul 4.30 pagi), mandi
kemudian melakukan tugas hariannya pada pagi hari. Diletakkannya periuk berisi
yogurt di hadapannya lalu dikocoknya. Tali yang menahan tongkat pengocok di
tengah susu asam ditariknya kuat-kuat sambil menyanyikan kidung suci yang
merdu. Sementara itu Gopala datang dengan langkah-langkah yang lambat tetapi
pasti menuju ke tempat ibunya yang sedang mengocok yogurt. Secara mendadak
Beliau menarik ujung sari sang ibu. Yashoda terkejut karena tarikan yang tidak
terduga ini. Ia berpaling dan merasa heran serta senang mendapati si mungil Krishna,
putranya yang nakal! Dihentikan pekerjaannya kemudian diangkat dan dibelainya
beliau. Anakku saying! Fajar belum tiba! Mengapa engkau bangun begitu cepat? Tidurlah
lagi sebentar’ kata Yashoda . meskipun demikian, bocah sorgawi itu dengan
suaranya yang masih pelat dan sangat menawan hati mengatakan bahwa ia lapar,
sedu sedannya yang memelas menunjukkan keinginannya untuk diberi minum. Luluhlah
hati sang ibu. Diletakkannya tongkat pengaduk di suatu sisi dan dipasangnya
penutup belanga, kemudian dipangkunya Krishna sambil duduk di tempat itu. Sementara
bocah itu disusuinya, kepala beliau diusap-usapnya dengan lembut dan penuh
kasih saying. Pada waktu itu, didengarnya suara belanga jatuh dari tungku di
dapur. Yashoda menduga pasti itu ulah kucing yang nakal. Diangkatnya anak itu
dari pangkuannya dan diletakkannya di lantai karena ia harus berlari untuk
memeriksa apa yang terjadi di dapur! Ketika Yashoda menghilang ke ruang lain,
Krishna beracting seolah-olah kesal diabaikan demikian, diturunkan ketika asyik
menyusu. Dilihatnya belanga yang ada didepannya dan diarahkannya segenap
kekesalannya pada bentda itu. Dipukulnya belanga itu keras-keras dengan tongkat
pengaduk dan ketika yogurtnya mengalir keluar, diambilnya mentega itu lalu
dimasukkannya kemulut, kemudian beliau berlari keluar supaya tidak ditegur dan
dimarahi. Ketika Yashoda kembali ke tempat itu, dilihatnya belanga yang pecah. Yogurt
tumpah di lantai, dan menteganya telah habis sedangkan Krishna sudah tidak kelihatan
lagi. Karena tahu hal ini adalah perbuatan Gopala, dicarinya bocah itu ke
segala penjuru tetapi Krishna tidak diketemukan dimanapun juga. Yashoda
akhirnya pergi ke rumah tetangga dan ditanyakannya kalau-kalau Krishna ada
disana. Setiap orang mengatakan bahwa mereka tidak melihat bocah itu; mereka
tidak tahu dimana beliau berada. Yasodha benar-benar ketakutan dan menduga
pasti Krishna lari karena takut dihukum lantaran memecahkan belanga dan
menumpahkan isinya! Anak yang malang Ia telah lari keluar dalam kegelapan ‘pikirnya.
Dicarinya Krishna dari rumah ke rumah dan di jalanan. Akhirnya dipergokinya
Krishna ketika sedang menurunkan belanga yang penuh berisi susu, yogurt, dan
mentega dari sebuah rak gantung. Di rak itu nyonya rumah meletakkan deretan
belanga yang penuh beisi susu, yogurt dan mentega. Krishna berdiri di sebuah
lesung yang dibalik sehingga beliau dapat menurunkan belanga yang berisi
mentega itu dengan aman untuk dibagikan kepada teman-teman beliau.
Melihat
anak itu, yasoda berteriak : Krishna, apa yang engkau lakukan, apakah engkau
berbuat seperti ini di setiap rumah? Kepada para gopi yang malang mengadu
kepadaku tentang pencurian yang kamu lakukan, ibu biasa menyalahkan mereka
tanpa memeriksa tuduhan itu, dan ibu suruh mereka pergi. Sekarang ibu telah
melihatnya dengan mata ibu sendiri! Meskipun demikian, sulit rasanya
mempercayai penglihatan mata ibu! Oh betapa kelirunya penilaian ibu selama ini.
Mulai sekarang ibu tidak akan membiarkan engkau lolos. Tidak. Bila ibu lepaskan
engkau dengan alasan, engkau masih bocah, kelak ini akan membuat engkau
melakukan kejahatan yang mendatangkan bencana. Ibu harus menghukum-Mu sampai
kapok dan tidak mengampunimu sama sekali. Bila putra keluarga yang terhormat
menjadi pencuri, hal itu akan membawa aib kepada seluruh marga. Nama buruk
tidak dapat dilenyapkan dengan mudah. Reputasi keluarga kita akan tercemar. ‘kepedihan
hati yasoda sudah tidak tertahankan lagi. Sebelumnya tidak pernah ia merasa
demikian terhina. Ia terbawa oleh luapan rasa marah. Diambilnya seutas tali
yang tebal dan panjang, kemudian didekatiya Krishna dengan maksud akan
diikatkan erat-erat pada lesung yang berat.
Gopala
mengetahui niat itu dan menyelinap masuk serta keluar dari setiap pintu,
menghindari sang ibu yang berusaha menangkap-Nya. yasoda mengejar-Nya di
sepanjang lorong dan jalan. Wanita itu sebelumnya tidak pernah berlari demikian
cepat, maka ia segera kehabisan tenaga dan langkahnya menjadi lambat, ia mulai
terengah-engah. Para lelaki, waita, dan anak-anak mulai tertawa geli melihat
usahanya yang sia-sia mengejar boah mungil itu. Mereka menikmati kelucuannya
dan bahkan lebih gembira lagi melihat senda gurau Krishna serta usaha sia-sia
sang ibu untuk mengikat beliau. Gopala mahatahu, tiada apapun yang tidak
diketahui. Beliau mengertri dan dapat membaca pikiran sang ibu bahwa yasoda
sudah terlalu lelah untuk melangkah lebih jauh, maka dibiarkannya diri beliau
ditangkap. Yasoda tidak dapat mengangkat tangan untuk memukul beliau. Dipegangnya
beliau erat-erat sambil berkata, “pulang ke rumah!, engkau pencuri. Tidak baik
bila ibu memukulmu di luar. Nanti akan ibu beri pelajaran kamu di rumah. Lalu ditariknya
beliau ke samping sebuah lesung batu yang sangat besar agar beliau dapat diikat
disitu dengan seutas tali yang kuat.
Ternyata tali yang dibawanya terlalu
pendek, maka ia masuk ke rumah dan mengambil tali lain untuk disambungkan pada
tali pertama.namun tetap saja tali yang sudah disambung itu tidak cukup untuk
mengikat badan Krishna. Hal ini
dilakukannya berulang-ulang karena betapapun panjang tali itu, tampaknya Krishna
tumbuh demikian besar sehingga tali itu tidak cukup untuk dilingkarkan ke tubuh
beliau. Tali itu selalu tampak kurang panjang sedikit untuk dapat mengikat
beliau, namun setelah disambung ternyata tetap masih kurang. Sang ibu heran dan
kesal melihat kejadian ini.
Ia tidak mengerti apa yang menyebabkan keajaiban
itu. Melihat jerih payahnya itu, Krishna bermaksud mengakhiri permainannya. Entah
bagaimana akhirnya Yasoda dapat mengikatkan satu simpul, lalu ditinggalkannya Krishna
terikat pada lesung itu, kemudian ia kembali ke rumah dan diteruskannya
pekerjaan rumah tangganya sehari-hari. Sementara itu Krishna merangkak ke kebun
sambil menyeret lesung yang menggelinding di belakang-Nya. disitu terdapat dua
batang pohon kembar yang tumbuh berdekatan satu dengan yang lainnya. Krishna
merangkak melalui sela-sela diantara dua pohon itu sehingga lesungnya tertahan
diantara 2 pohon kembar itu. Ketika bocah surgawi ini menariknya sedikit untuk
mengatasi halangan, pohon itu tumbang dan rebah dengan suara yang amat keras. Kegaduhan
itu menarik perhatian setiap orang untuk datang melihat ke pekarangan rumah
Yasoda, tempat robohnya pohon kembar itu walaupun tiada hujan ataupun badai. Yasoda-pun
segera bergegas melihat apa yang terjadi. Ia sangat terkejut dengan pemandangan
di hadapannya. Dilihatnya Gopala di tengah dedaunan pohon yang tumbang itu,
diantara dahan-dahan yang saling terkait. Ia menjerit prihatin dan segera
berlari mendekati anaknya. Dilepaskannya tali yang dipakai mengikat tubuh
Krishna lalu digendongnya anak itu dengan sangat prihatin, tetapi akhirnya ia
bisa bernafas lega ketika mendapati anak kesayangannya tidak kenapa-napa.
Anakku
sayang, apakah engkau ketakutan? Oh alangkah jahatnya ibumu ini. Yasoda menangis
terisak-isak membayangkan keteledorannya mengawasi sang anak. Pada waktu Yasoda
meratapi diri seperti itu, dua wujud sorgawi yang keduanya pria, muncul dari
pohon yang roboh itu. Mereka bersujud pada kaki Gopala Krishna. Kemudian berdiri
dengan tangan terkatup dalam sikap hormat dan berkata :”Oh Bhagavan, kami
berdua adalah putra dewa Kuvera, kami saudara kembar! Naalakubara dan
Manigriiva. Karena melakukan kesalahan, kami dikutuk oleh Devarsi Narada agar
menjadi pohon kembar. Hari ini paduka telah mengakhiri kutukan tersebut dengan
berkat karunia paduka. Jika paduka ijinkan, kami akan kembali ke tempat kami. Setelah
berkata demikian dua wujud sorgawi itu menghilang. Melihat wujud kedewataan
yang gaib itu, penduduk gokula tercengang keheranan dan mereka sangat gembira. Pada
saat itu, walaupun mereka mendengar Gopala dimuliakan sebagai Tuhan, walaupun
mereka menyaksikan sendiri bukti nyata ketuhanan Sri Krishna dalam wujud bocah
mungil Gopala, mereka jatuh lagi ke dalam pengaruh maya dan mulai lagi
memperbincangkan Gopala hanya sebagai putra Nanda dan Yasoda. Mereka merasa
bahwa beliau adalah bocah angon teman sepermainan mereka. Mereka terperangkap
dalam ilusi maya.
Ketika
Rsi Shuka mengatakan hal itu, Raja menyela dan bertanya : “Rsi yang agung,
bagaimana maya dapat memiliki kekuatan yang demikian besar ? siapa yang
memberinya kemampuan untuk menyembunyikan kemuliaan Tuhan? Apakah sifat maya
yang sebenarnya ? mohon ceritakan kepada saya. Rsi Shuka menjelaskan. Maharaja,
Maya bukanlah sesuatu yang terpisah dan memiliki wujud tersendiri. Tuhan hanya
dapat dilihat dengan selubung maya. Beliau menjadi kasat mata karena mengenakan
perlengkapan maya. Itu merupakan Upaadhi wahana beliau. Dengan kata lain, maya
menutup kenyataan sifatnya adalah menyembunyikan kenyataan dan membuatnya
tampak sebagai hal yang tidak nyata. Hanya orang yang menyingkirkan, menghalau,
mengabaikan, dan menghancurkannya yang dapat mencapai Tuhan. Maya membuat
manusia merasa bahwa Tuhan tidak ada. Ia
memperlihatkan air dalam fatamorgana; maya yang membuat manusia melihat hal
yang dibayangkan dan diinginkannya sebagai kebenaran. Maya tidak dapat
mempengaruhi manusia bila ia dapat melepaskan keinginan, imajinasi, dan
perencanaan. Sebab jika tidak, bagaimana mungkin Yasoda yang sudah menyaksikan
ketuhanan Krishna dengan mata kepalanya sendiri dalam berbagai kesempatan,
lagi-lagi merasa bahwa beliau adalah anak laki-lakinya? Imaginasi dan keinginan
itulah penyebab khayal ini. Tubuhnya adalah tubuh putra dan tubuh ibu, tetapi
inti sejatinya, penghuninya, tidak mempunyai putra dan ibu. Tubuh ibu bertalian
dengan tubuh putra, tetapi tidak ada penghuni ibu atau penghuni putra. Jika manusia
memiliki keyakinan yang teguh mengenai hal ini, tidak akan ada lagi keinginan
untuk kesenangan lahiriah. Selidiki dan periksalah. Tuanku akan mengetahui
kebenaran ini. Tanpa penyelidikan bhatin, delusi atau ‘kekeliruan persepsi’
akan tumbuh dan lambat laut dapat mengalahkan budhi.
Ah
peran yang dikenakan sendiri oleh Tuhan membawa hasil yang benar-benar penting!
Vedanta mengajarkan bahwa kita harus melihat kenyataan dibalik peran (yang
dimainkan). Inilah makna spiritualnya. Karena terperdaya oleh peran, manusia
mengejar pemenuhan keinginan! Sebabnya, tubuh yang dipakai dianggap sesuatu
yang benar dan nyata. Manusia jatuh dalam cengkraman maya. Mereka yang
perhatiannya terpusat pada tubuh, tidak akan dapat melihat pribadi di dalamnya.
Bila terselubung abu, bara yang merah tidak akan tampak. Bila awan tebal
berkumpul, matahari dan bulan tidak kelihatan. Lumut yang mengapung rapat pada
permukaan air menyebabkan sebuah danau tampak sebagai tanah yang keras yang
ditumbuhi tanaman. Bila biji mata tertutup katarak, orang yang bersangkutan
tidak dapat melihat apa-apa. Demikian pula bila seseorang memiliki anggapan
kuat bahwa tubuh itu merupakan diri sejati, maka yang menghuni tubuh sama
sekali tidak akan mendapat perhatiannya.
Rsi
yang agung! Sesungguhnya hari ini selubung yang menutup pikiran saya sudah
tanggal. Ajaran Maharsi seperti tiupan angin kencang yang menerbangkan abu yang
menutupi nyala bara api. Anggapan keliru bahwa gabungan kelima unsure (Panca
maha bhuta yang terdiri dari tanah, air, api, udara, dan ether) yang disebut
tubuh ini merupakan kenyataan sejati sudah meledak dan dilenyapkan dari diri
saya sekarang. Saya terberkati. Saya benar-benar telah tercerahkan dengan
penjelasan Rsi. Setelah mengatakan hal itu, Parikshit bersujud di kaki sang
guru, Rsi Shuka. Sementara itu kumpulan para rsi, kaum bijak, dan rakyat jelata
terlibat dalam pembicaraan yang penuh semangat. “Bila waktu berdetik dengan
cepat menuju saat akhir, tubuhpun harus siap ditinggalkan bukan? Tubuh akan
roboh jika prana tidak mengalir lagi di dalamnya, tetapi pikiran tidak akan berhenti.
Oleh sebab itu, tubuh demi tubuh baru dalam berbagai kelahiran harus dikenakan
terus menerus sampai pikiran menjadi kosong, tidak ada isi dan keinginannya
lagi. Hari ini maharaja kita telah membedakan pikiran dengan tubuh! Kini beliau
berada dalam kebahagiaan sedemikian rupa sehingga pranapun tidak mempengaruhi
beliau. Bila pikiran selalu manunggal ke dalam wujud Sri Krishna, tubuh akan
dipenuhi oleh sifat ketuhanan; sehingga sisi kemanusiaannya sudah tidak bisa
dikenali lagi” demikian kata mereka yang berkumpul di sekeliling raja. Wacana yang
disampaikan Rsi Shuka hari ini tidak hanya ditujukan bagi maharaja Parikshit,
melainkan bagi kita semua. Wejangan ini ditujukan kepada semua yang menderita
khayal dan mengira bahwa mereka adalah tubuh yang sebenarnya hanya wahana. Kesan
atau pandangan yang keliru inilah yang menyebabkan perbudakan (pada keinginan
indera) namun keyakinan bahwa kita adalah atma, merupakan sarana yang tepat
guna mencapai kebebasan. Inilah yang dicanangkan oleh Veda dan sastra. Pikiranlah
yang menyambut khayal dengan gembira. Pikiran jugalah yang mempertimbangkan dan
merenungkan gagasan kenyataan sejati, karena itu pikiran merupakan alat, baik
untuk perbudakan maupun untuk kebebasan. Mana eva manusyanaam kaaranam bandha
mokshayoh “Pikiranlah yang membuat manusia terbelenggu atau justru mencapai
moksa; pernyataan sruti Veda ini merupakan kebenaran. Setelah merenungkan hal
itu selama beberapa waktu, orang-orang duduk dengan mata terpejam, tenggelam
dalam do’a. ketika matahari akan terbenam, pra rsi berjalan ke tepi sungai
gangga yang suci sambil menjinjing kendi (Kamandalu) dan tongkat (danda) sehingga
mereka dapat melakukan upacara doa senja hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar