Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Maharesi
Wyasa melanjutkan penuturannya "Dengarlah oh Maharaja. Draupadi sangat
takjub ketika mengalami rahmat Sri Krishna yang memberinya anugerah pakaian
untuk melindungi kehormatannya. Ia mengucurkan air mata syukur dan berseru
dalam kebahagiaan batin yang tidak terhingga, 'Krishna! Krishna!' dengan luapan
perasaan dan semangat sedemikian rupa sehingga orang-orang yang hadir di
pendopo keraton itu ketakutan. Cahaya cemerlang yang memancar dari wajahnya
membuat mereka menduga bahwa ia adalah dewi (shakti) yang memberi kekuatan alam
semesta."
"Sementara
itu Krishna menampakkan diri Beliau dalam wujud yang kasat mata di hadapan
nenek Nanda, Draupadi, dan berkata, 'Adinda, mengapa bersedih hati? Saya telah
lahir ke dunia dengan tujuan menghancurkan orang-orang jahat yang dibutakan
oleh kesombongan ini. Saya akan mengusahakan agar kemuliaan dan kemasyhuran
Pandawa dijunjung tinggi sehingga generasi mendatang yang menghuni bumi ini
dapat mengaguminya. Tenangkan diri Anda."
"Mendengar
ini Draupadi bersujud di kaki Sri Krishna dan membasuh kaki Beliau dengan air
matanya yang menjadi hitam tercampur celak yang dikenakannya. Untaian rambutnya
yang lebat panjang yang terlepas karena jambakan tangan-tangan keji, jatuh
tergerai menutup kaki Sri Krishna. Ia berguling-guling di lantai mengelilingi
kaki Beliau.
"Kepuasan
hatinya yang penuh amarah dan kobaran murkanya membuat kumpulan pejabat tinggi
istana serta para perwira takjub. Krishna menegakkannya dan memberkatinya
dengan menumpangkan tangan Beliau di atas kepalanya. "Bangunlah!
Sanggullah rambut Anda. Tunggulah dengan sabar kejadian-kejadian yang akan
berlangsung di kemudian hari. Pergilah bergabung dengan teman-teman Anda di
keputren," kata Sri Krishna. Mendengar ini Draupadi menjadi seperti ular
yang siap menggigit. Matanya bersinar tajam melalui tirai rambut yang
menyelubungi wajahnya; pandangannya bagaikan kilatan halilintar di antara
gumpalan awan.
"Ia
berdiri di tengah sidang dan berpaling kepada Sri Krishna sambil berkata dengan
tenang, 'Krishna, kain yang cabik hanya dapat dijahit, kain robek itu tidak
dapat diperbaiki dengar cara lain. Gadis yang suci hanya dapat dinikahkan
sekali. Susu yang telah menjadi yoghurt tidak dapat dikembalikan menjadi susu
murni lagi. Gading taring gajah tidak akan dapat ditarik ke dalam mulut tempat
asal tumbuhnya. Sanggul Draupadi telah dijambak lepas oleh tangan busuk orang
jahat ini. Rambut ini tidak akan pernah disanggul lagi seperti semula untuk
menunjukkan kebahagiaan seorang istri.' Mendengar ini, setiap orang duduk diam
dengan kepala tertunduk karena malu atas penghinaan yang ditimpakan kepada sang
ratu.
"Tetapi
Krishna memecah kesunyian ini. 'Jadi, kapan Anda akan menyanggul rambut Anda
lagi seperti semula? Dik, rambut yang tergerai ini membuat Anda benar-benar
menakutkan.' Mendengar ini, ratu yang gagah berani itu mengaum bagaikan singa
betina, 'Bhagawan, mohon dengarkan! Bajingan mesum yang berani lancang
menyentuh rambut ini, memegangnya dalam tangannya yang busuk, dan menyeret saya
ke balai pertemuan ini, kepalanya harus pecah berkeping-keping dan mayatnya
digerogoti oleh serigala dan anjing; istrinya harus menjadi janda; ia haru
mengurai lepas sanggulnya dan meratap dalam kesedihan yang tidak terhiburkan;
pada hari itulah saya akan menyanggul rambut saya; tidak sebelumnya!' Mendengar
kutuk ini para sesepuh yang hadir di balairung merasa cemas akan akibatnya yang
mengerikan. Mereka menutup telinga agar tidak mendengar lebih banyak lagi;
mereka memohon, 'Maafkan.' 'Damai.' 'Tenangkan diri Anda,' karena mereka tahu
bahwa kutuk yang dilontarkan oleh wanita yang bajik akan membawa bencana.
Dhritarashtra yang jompo dan buta, ayah gerombolan jahat yang menghina
Draupadi, begitu ketakutan sehingga hatinya terasa seolah-olah akan meledak.
Putra-putranya berusaha tampak berani, tetapi dalam hati sebenarnya mereka amat
panik. Gelombang rasa takut meliputi hadirin karena mereka mengerti bahwa
kata-kata Draupadi pasti akan terjadi, kebiadaban itu harus dibalas dengan hukuman
yang telah diucapkannya."
"Untuk
menguatkan rasa takut ini, Krishna pun berkata, 'Oh Draupadi, semoga terjadi
seperti yang Anda katakan. Saya akan menghancurkan orang-orang jahat ini yang
menyebabkan suami Anda sedemikian menderita. Perkataan yang sekarang Anda
ucapkan harus terjadi karena sejak lahir Anda tidak pernah mencemari lidah Anda
dengan dusta, walau dalam canda sekalipun. Suara Anda adalah suara kebenaran;
Kebenaran akan menang apa pun yang terjadi."
"Inilah
jaminan yang diberikan oleh Bhagawan kepada nenek Anda; Kaurawa dihancurkan dan
kebajikan Pandawa ditunjukkan kepada dunia. Di mana dharma berada, di situlah
Tuhan berada; di mana Tuhan berada, di situ terdapat kemenangan; Bhagawan
mengajarkan kebenaran suci ini kepada dunia melalui tragedi tersebut."
"Apakah
Ananda perhatikan? Betapa agungnya para kakek Ananda sehingga layak menerima
pancaran rahmat Sri Krishna yang tiada putusnya ini! Ketaatan mereka kepada
dharma, kesetiaan mereka yang tidak tergoyahkan pada kebenaran, semua ini
membuat mereka memperoleh rahmat Tuhan. Walaupun seseorang tidak dapat
menyelenggarakan yajna dan yaga yang mahal secara rinci, bila ia
mengikuti jalan dharma dan kebenaran, ia dapat mengarungi lautan perubahan
serta kesedihan dan mencapai pantai kebebasan. Jika tidak, bagaimana para kakek
Nanda bisa selamat ketika Resi Durwasa yang mengerikan pergi ke hutan untuk
membakar mereka menjadi abu sesuai dengan rencana Duryodhana dan gerombolannya?
Durwasa yang malang harus belajar bahwa rahmat Tuhan jauh lebih ampuh daripada
kesaktian yang diperolehnya dengan bertapa dan bertirakat selama
bertahun-tahun. Durwasa yang dikirim untuk membinasakan akhirnya meninggalkan
tempat itu dengan kekaguman yang mendalam kepada calon korbannya."
Ketika
Wyasa membicarakan bakti Pandawa kepada Tuhan dengan rasa bangga, Parikshit
menengadah dengan heran dan bertanya, "Apa yang Maharesi katakan? Apakah
Durwasa dikalahkan oleh para kakek Nanda? Ah, alangkah beruntungnya Nanda lahir
dalam dinasti yang ternyata lebih unggul daripada resi agung itu! Ceritakan
kepada saya Maharesi, bagaimana hal ini terjadi? Mengapa Durwasa pergi menemui
mereka dan apa hasilnya?"
"Dengar
oh Maharaja," lanjut Wyasa, "Para kakek Nanda yang dikucilkan di
hutan dapat melewatkan hari-hari mereka dengan bahagia di situ dan keramahan
mereka yang tersohor dalam menerima dan menjamu tamu-tamu juga tidak berkurang
berkat rahmat Sri Krishna. Mereka merasa bahwa hutan itu lebih penuh
kegembiraan daripada Hastinapura, ibu kota yang terpaksa harus mereka
tinggalkan.
Hati orang-orang yang mulia begitu sarat dengan kepuasan batin yang
suci dan ketenangan sehingga mereka tidak terpengaruh oleh pasang surut
keberuntungan. Sekuntum bunga yang wangi akan menyenangkan manusia dengan
keharumannya yang menawan, entah ia dipegang dengan tangan kiri atau tangan
kanan; demikian pula entah tinggal di langit atau di hutan, di desa atau di
kota, di puncak atau di lembah, orang yang agung akan merasa sama bahagianya.
Mereka tidak mengenal perubahan sebagaimana diperlihatkan oleh para kakek Nanda
dalam kehidupan mereka."
"Ketika
orang yang baik hidup damai dan bahagia, orang jahat tidak tahan melihatnya;
kepala mereka menjadi amat sakit. Agar dapat merasa senang, orang jahat harus
memikirkan kerugian dan kesengsaraan yang dialami oleh orang-orang baik.
Kerugian yang diderita oleh orang-orang baik merupakan keuntungan bagi orang
yang busuk hatinya. Kicauan burung kukuk yang merdu terdengar sumbang oleh
burung gagak; demikian pula kebahagiaan hidup Pandawa yang tidak terganggu
membuat Kaurawa yang tinggal di ibu kota menderita dan sakit hati."
"Tetapi
apa lagi yang dapat mereka lakukan? Mereka telah menimpakan sebanyak mungkin
kesedihan kepada Pandawa, mereka telah melontarkan segala caci maki yang dapat
diucapkan. Akhirnya mereka mengusir Pandawa dari kerajaannya. Mereka
mengirimnya ke hutan dengan perut kosong.
"Perut
kosong! Ya, itulah yang mereka bayangkan, tetapi kenyataannya berbeda, karena
tubuh Pandawa sarat dipenuhi oleh Sri Krishna. Berkelahi melawan tubuh yang
sarat dengan ketuhanan hanyalah melakukan percekcokan yang sia-sia. Itulah
sebabnya Kaurawa merampas harta benda mereka yang mengusir mereka meninggalkan
kerajaan dalam keadaan selamat secara jasmani. Setelah permainan dadu, segala
harta milik mereka disita. Kaurawa berusaha sedapat-dapatnya menimbulkan
pertikaian di antara Pandawa bersaudara dan menyebarkan skandal yang keji,
menyerang salah satu atau lainnya di antara mereka. Tetapi Pandawa bersaudara
menghormati kebenaran dan berpegang teguh pada kebenaran sehingga tiada apa pun
yang dapat memisahkan mereka. Kenyataan bahwa tidak ada apa pun yang dapat
mengganggu kebahagiaan Pandawa, menghabiskan kegembiraan Kaurawa bagaikan
kebakaran hutan."
"Pada
waktu mereka sedang putus asa, Durwasa yang merupakan pengejawantahan kemarahan
datang ke Hastinapura bersama sepuluh ribu muridnya dan bermaksud melewatkan
waktu untuk menyepi selama empat bulan di ibu kota kerajaan. Kaurawa tahu benar
kesaktian Durwasa maupun kelemahan dan tingkah lakunya yang aneh, karena itu
mereka mengundangnya ke istana. Pada waktu Durwasa beserta pada muridnya
tinggal selama empat bulan, mereka menerima dan menjamunya secara mewah.
Kaurawa merencanakan akan memperalat resi ini untuk suatu tipu muslihat yang
jahat, karena itu mereka memperlihatkan semangat yang luar biasa untuk
menyediakan segala kebutuhannya dan keperluan setiap anggota rombongannya yang
sangat besar. Mereka menjaga agar Durwasa tidak mempunyai alasan untuk merasa
kecewa, tidak senang, atau tidak puas. Selama empat bulan mereka melayaninya
dengan semangat dan kegiatan yang luar biasa. Bila resi itu marah-marah, mereka
menunduk sambil menangkupkan tangan (dalam sikap hormat) dan menerima dengan
sabar segala caci maki yang dilemparkan kepada mereka. Dengan demikian tamu suci
itu menjadi lunak dan dapat diambil hatinya."
"Pada
suatu ketika Durwasa sedang beristirahat setelah menyantap hidangan yang lezat,
Duryodhana datang ke pembaringannya dan duduk dengan penuh hormat di
sampingnya. Sang resi berkata kepadanya, 'Oh Raja, pelayanan Anda sangat
menyenangkan hati saya. Mintalah anugerah apa saja dari saya, tidak menjadi
soal betapa berharga atau betapa pun sulitnya akan saya kabulkan. Duryodhana
sudah merencanakan anugerah yang dikehendakinya dari Durwasa. Ia senang karena
saat yang baik untuk menyatakan permohonan itu telah tiba. Ia memperlihatkan
sikap yang sangat rendah hati ketika mohon agar dikabulkan. 'Guru, mengetahui
bahwa Anda senang atas pelayanan kami itu sudah setara dengan sejuta anugerah.
Ungkapan penghargaan itu sudah cukup bagi saya. Apa yang saya butuhkan dalam
hal kekayaan atau kemasyhuran? Seandainya pun saya dapat memerintah tiga dunia,
saya tidak menemukan kegembiraan dalam kekuasaan itu. Saya sedih karena sewaktu
saya dapat melayani Anda selama empat bulan penuh, saudara-saudara saya, para
Pandawa, tidak berada di sini bersama saya. Biarlah mereka juga menyelamatkan
diri mereka dengan memberikan pelayanan yang unik ini; itulah keinginan saya.
Silakan berkunjung juga ke tempat tinggal mereka bersama seluruh murid Anda dan
berilah mereka kesempatan semacam ini. Kakak saya yang tertua, Dharmaraja
sangat taat mengikuti dharma sehingga walaupun kamu sudah mencegah dan memohon,
ia lebih suka pergi ke hutan daripada mengingkari perkataannya. Saya dengar di
sana pun ia menyambut dan menjamu jutaan tamu serta pengunjung secara luar
biasa. Ia dapat melayani Anda dengan perjamuan dan hidangan pesat yang lebih
mewah di sana. Jika Anda berniat menganugerahkan rahmat yang menyenangkan
kepada saya, saya hanya mempunyai satu permohonan: bila Anda mengunjungi
Pandawa, datanglah setelah Draupadi selesai makan! Sambil mengatakan hal ini,
Duryodhana bersujud di kaki Durwasa untuk lebih menyenangkan hatinya. Sang resi
memahami tipu muslihat itu; meledaklah gelak tawanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar