Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Ketika seorang bayi terlahir, ia
tidak tersenyum bahagia sebahagia orang-orang yang menyambut kedatangannya.
Tapi ia menangis seakan-akan hendak meratapi nasibnya yang kurang beruntung
sehingga harus dipaksa takdir untuk lahir kembali ke bhumi demi suatu tujuan
yang belum bisa dimengerti. Bagi orang yang mengarahkan pandangannya hanya
secara duniawi, mungkin akan menganggap peristiwa demikian sebagai sesuatu yang
alami bagi sang bayi apalagi jika mereka datang dari latar belakang agama yang
tidak meyakini adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali, walaupun memang sudah
ada begitu banyak hal yang bisa membuktikan bahwa hukum reinkarnasi ini adalah
suatu kebenaran, dan bahwa beberapa orang nyatanya masih bisa mengingat
kelahirannya terdahulu yang mengindikasikan bahwa sebelum mendapatkan badannya
sekarang, sang jiwa sudah pernah memakai badan jasmani lain dalam kehidupan sebelumnya.
Ketika oleh
karma masa lalunya ia diharuskan untuk terlahir kembali, jiwa dalam raga sang
bayi yang baru keluar dari rahim sang ibu, sudah dapat mengenali bagaimana aura
dunia material yang sarat dengan ilusi, ketidak kekalan, dan penderitaan
(anityam asukham loka ). Tempat dimana kesenangan hanya bersifat sementara dan
kadang menyesatkan sang jiwa agar melupakan tujuan kedatangannya ke bhumi.
Tempat yang penuh dengan aneka permasalahan walau kadang terlihat membahagiakan
dan memabukkan. Lihatlah mereka yang menanti kelahiran sang bayi, mereka tampak
begitu gelisah dan khawatir. Mereka baru bisa menarik nafas lega ketika
mendengar tangisan sang bayi, tapi ketika diketahuinya sang bayi lahir dengan
keadaan tidak normal, merekapun kembali terpuruk pada kekecewaan dan kesedihan
mendalam. Demikian pula orang yang suka berjudi, melihat mahluk laen saling
membunuh merupakan sorga baginya. Apalagi jika ayam aduannya yang keluar
sebagai pemenang. Ia pasti akan sangat puas dan menyayangi ayamnya. Namun jika
pada saat bersamaan tiba-tiba puluhan polisi datang menggerebek
perjudian, kebahagiaan itupun akan sirna seketika berganti rasa panik dan sedih
karena kehilangan uang taruhan dan juga ayam aduan. Orang boleh bangga menyebut
diri peminum tangguh, mempunyai kedudukan tinggi, kekayaan yang berlimpah atau
memiliki pesona yang mengagumkan untuk menarik simpati lawan jenis. Tapi sampai
kapan kebanggaan dan kepuasan itu bisa dinikmati jika badan yang menjadi obyek
penilaian itu merosot menjadi tua dan rapuh karena usia ataupun penyakit.
Istilah
“Hidup hanya sekali dan mesti dinikmati” memang menjadikan manusia semakin
takabur mempersamakan dirinya (sang jiwa ) dengan badan yang tersusun dari lima
unsur alam ini, sehingga kebanyakan hidup manusia sekarang, dilalui dengan cara
keliru demi memenuhi kebutuhan jasmaninya saja. Beberapa orang sibuk bekerja
siang dan malam untuk mengumpulkan kekayaan, sebagian bahkan mempergunakan
cara-cara kotor untuk meraih ambisinya mengejar prestise, atau pemenuhan
kepuasan lainnya. Benarkah hanya untuk menikmati hal begitu saja sehingga kita
diberikan badan manusia?. Mencari
makan, membuat rumah, dan menikmati kepuasan sensual serta berketurunan adalah
kegiatan yang juga bisa dilakukan oleh para binatang. Lalu
apa bedanya kita dengan mereka?. Bukankah dengan memakai badan binatang, sang jiwa juga mampu memperoleh
kepuasan demikian. Jadi, pastilah ada tujuan yang lebih mulia daripada sekedar
memburu kesenangan badan sesaat seperti itu ketika kita terlahirkan sebagai
manusia. Manusia sebagai mahluk yang dianugrahi Viveka (kemampuan pertimbangan
untuk menelaah mana yang baik atau buruk, mana yang pantas ataupun tidak pantas
dilakukan), seharusnya tahu batas dalam menggunakan peralatan tubuhnya walaupun
sesungguhnya tubuh atau badan ini hanyalah gudang kotoran, tumpukan dari
daging, darah, dan tulang yang menghasilkan bau tidak sedap seperti keringat,
air liur, air seni, air mani, tinja, dll. Tubuh adalah sasaran berbagai macam
penyakit. Ia tidak akan dapat menolong kita mengarungi lautan kelahiran dan
kematian, karenanya orang yang mengetahui hal ini hanya akan mendambakan nama
suci Tuhan sampai ajalnya tiba. Tapi walaupun demikian tubuh tetap harus
diperlakukan dengan baik. Ia harus dijaga dan dipelihara karena tubuh juga
merupakan moving temple dimana atma yang suci sebagai bagian dari Yang Maha
Kuasa, bertempat tinggal sebagai api pencernaan, suara bhatin, dan kesadaran
yang murni. Tubuh juga sangat diperlukan untuk melakukan tugas di dunia, ibarat
perahu yang diperlukan untuk menyeberangi lautan guna mencapai pulau harapan.
Selama dalam penyeberangan di lautan samsara, manusia wajib memelihara perahu /
badannya agar tidak rusak atau bocor yang mana dapat membahayakan keselamatan
dirinya. Namun manusia juga tidak boleh menaruh perhatian yang berlebihan
kepadanya
sehingga melupakan arah tujuannya.
Sebab ketika manusia sudah mendarat pada tujuan (pulau harapan di kerajaan
Tuhan) maka perahu badan, betapapun bagusnya harus ditinggalkan supaya tidak
menjadi beban dalam perjalanan selanjutnya.
Jantunam nara janma durlabham “
kelahiran sebagai manusia adalah Sangat mulia” karena hanya dalam
tingkatan manusialah sang jiwa akan mendapatkan kesadaran lebih untuk
bisa mengenali jati dirinya yang sesungguhnya dan juga untuk melakukan
perubahan sikap, sifat, dan kebiasaan dari yang tidak baik menjadi sesuatu yang
lebih terhormat dan bermartabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar