Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Pada bagian ini akan coba dijelaskan tentang berbagai
keadaan roh dalam beberapa tingkatan neraka. Saya ambil dari Kitab Taoisme yang
berjudul “Melawat ke alam Neraka” kitab ini dibuat berdasarkan pengalaman
langsung Sdr Yan seng, yang karena kemurnian bhakti spiritualnya telah dipilih
oleh para dewa sebagai mediator untuk melakukan perlawatan ke alam baka dengan
dituntun oleh Guru sucinya. “ Budha hidup ci kung.” Kitab ini adalah sebuah
dekrit atau titah langsung dari penguasa neraka yang karena welas asihnya
ketika melihat banyak roh manusia terperosok ke dalam kuasa neraka sehingga
menimbulkan jerit siksaan yang cukup mengibakan. Akhirnya memilih satu
perguruan bhakti dimana seorang penyembah murni dari sang Budha terpilih
sebagai mediator. Kitab ini disusun selama hampir dua (2) tahun dimulai dari
Imlek tahun Wu wu, si Gwee Cap Sa. Saya berharap para pembaca yang kebetulan
memiliki keyakinan serta agama yang berbeda, tidak terlalu mempersoalkan
beberapa bagian yang bersinggungan dengan istilah agama Budha atau Tao. karena
tulisan ini hanya bermaksud untuk memberikan sedikit gambaran serta perenungan
kepada kita semua, bahwasannya keberadaan neraka dan siksa sebagai akibat dosa
itu memang ada dan tak mungkin terelakkan saat roh kita telah lepas dari
kungkungan badan jasmani ini.
Mengingat isi kitab ini sangat tebal dan lebih bernuansa
agama tertentu, disamping juga karena saya ingin menyelipkan beberapa pandangan
yang serupa dalam ajaran agama lain, maka uraian yang akan diberikan disini
hanyalah merupakan petikan dari beberapa dialog yang dilakukan oleh Sdr. Yan
seng dengan Guru sucinya, kesaksian roh pendosa yang sedang menjalani hukuman
ataupun keterangan dari pejabat neraka yang sedang menangani hukuman. Saya
berharap kebesaran spiritual para pembaca semakin bisa dikuatkan oleh berbagai
pandangan ajaran ketuhanan yang akan saya sisipkan sebagai pelengkap untuk
meramu tulisan ini
KARMA PHALA
Istilah ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita
semua bahwasannya segala sebab perbuatan pasti akan menimbulkan akibat.
Bagaimana buah yang akan kita petik dikemudian hari sangat tergantung dari
jenis pohon (karma/ kegiatan) yang telah kita lakukan. Kalau kita menanam pohon
kebaikan tentu saja kebaikan yang akan kita terima begitu juga sebaliknya.
Namun perlu disadari bahwa tidak semua pohon akan menghasilkan buah yang cepat
dan bisa dinikmati pada kehidupan sekarang. Hal ini sangat tergantung pada
jenis pohonnya, dimana menanamnya, dan kapan menanamnya. Pohon kebaikan yang
ditanam di antara pohon berduri yang sudah sangat banyak, rimbun, serta akarnya
menyebar kemana-mana. Mungkin akan mengalami sedikit kesulitan untuk berkembang
apalagi jika tidak rajin merawatnya dengan pupuk amal sehingga sebelum pohon
kebaikan itu besar dan berbuah, kita cenderung hanya mendapatkan buah asam dan
pahit (penderitaan) dari tanaman berduri (symbul dari karma buruk) yang mungkin
secara tidak sengaja telah kita tanam pada kehidupan sebelumnya. Sehingga
sering kali orang yang telah berbuat kebaikan di saat sekarang, justru hidupnya
masih harus mengecap kepahitan dari penderitaan hidup. Apa sebab ? jawabannya
tentu karna pohon berduri dari karma masa lalu masih hidup dan menghasilkan
buah. Oleh karena itu lakukanlah percepatan dengan memangkas semua pohon
berduri dan semak belukar (symbul dari akibat karma buruk) kita dengan sabit
Tobat (pengampunan), lalu bakarlah dengan kegiatan amal kebaikan kepada sesama
mahluk sehingga lahan yang dulunya rimbun oleh tanaman tidak berguna itu kini
bisa ditanami pohon kebaikan dengan lebih baik dan juga pohon kebaikan yang
telah ditanam bisa berkembang dengan baik sehingga akan menghasilkan buah yang
baik dan bisa cepat dinikmati di saat sekarang. Semakin cepat proses ini
dilakukan, tentu akan semakin baik karena jika kita terlambat menanam pohon
kebaikan pada saat kita akan tutup usia, tentu kita tidak bisa menikmati
buahnya pada saat kehidupan ini. apalagi jika tidak sempat menanam kebaikan
saat hidup dan justru lebih sering menanam bibit kejahatan, bahkan saat di alam
siksa neraka, menyesalpun pastinya sudah sangat terlambat seperti apa yang
diceritakan oleh beberapa roh pendosa yang sedang menjalani siksa neraka.
JENIS
KEGIATAN BERDOSA DAN AKIBATNYA.
Dari sekian banyaknya jenis dan kegiatan berdosa yang dilakukan manusia
sekarang, saya hanya akan memetikan beberapa bagian saja yang paling condong dilakoni
manusia jaman kali. Karena di jaman sekarang manusia benar-benar telah salah
pandangan dan salah pegangan sehingga hampir dalam setiap kegiatannya membuat
jenis kegiatan berdosa yang baru sehingga sub seksi nerakapun harus
menyesuaikannya lagi. Seperti misalnya pada jaman dahulu tidak ada sub seksi
neraka yang membidangi masalah pelanggaran karena melakukan publikasi
pornografi lewat media sehingga meracuni moralitas, sekarang di Nerakapun harus
dibuat undang-undang serupa beserta jenis hukumannya agar setimpal. Sama dengan
undang-undang anti terorisme yang baru dibuat saat ada peristiwa terorisme.
Sebelum ada aksi teror semua negara hanya mengatur hukuman yang sesuai dengan
jenis pelanggaran yang terjadi pada saat itu. Demikianlah di alam neraka. Kini
sub seksinyapun bertambah seiring semakin menggilanya ulah manusia yang
membikin berbagai jenis kegiatan berdosa baru lainnya.
Dibawah ini
akan dijelaskan lebih rinci tentang berbagai jenis kegiatan berdosa beserta
akibat yang diterima oleh sang roh yang semasa hidupnya berbuat dosa beserta
pengakuan mereka.
Sub. Neraka : BALAI PENGOREKSIAN
PEMBACAAN KITAB SUCI.
Tempat ini
tampak seperti bangunan rumah yang terbuat dari kayu yang sudah lama sekali
tidak diperbaiki dan agak rusak. Disana-sini banyak berlubang,
bagaikan tembok bobrok yang mau ambruk. Di dalamnya terdapat banyak para
pendeta, dan kaum rohaniawan dengan minyak lampu yang sangat kecil sedang
membuka kitab suci agamanya dan berusaha membacanya. Keadaannya tampak
menderita sekali.
Penjelasan :
mereka adalah para pendeta atau rohaniawan yang semasih hidup di dunia, mencari
nafkah dengan memberi jasa kepada orang yang membutuhkan untuk dibacakan kitab
suci guna menghilangkan bencana, mengangkat roh keluar dari penderitaan, tetapi
membacanya tidak dengan sungguh-sungguh, dan tidak tulus. Semata-mata hanya
prilaku bisnis saja. Ada yang mengurangi teks bacaannya dan dalam membaca juga
tidak menuruti urutan yang sebenarnya. Maka setelah meninggal rohnya akan
dibawa ketempat ini untuk membetulkan cara bacanya dengan hanya mengandalkan
cahaya redup yang seperti kunang-kunang untuk menyelesaikan bacaannya. Jika
salah dan tertinggal satu huruf dari apa yang dibaca, maka akan disuruh untuk
membaca ulang sampai benar-benar lengkap. Hukuman ini dikecualikan untuk diri
sendiri yang membaca kitab suci ataupun membacakan untuk orang lain dengan
tanpa bermaksud mencari uang. Memang sangat mengibakan keadaan disini karena
umur mereka rata-rata sudah tua tetapi harus dipaksa membaca tulisan
kecil-kecil yang tertera dalam kitab suci dengan hanya mengandalkan cahaya
sekecil kunang-kunang yang terkadang redup tertiup hembusan angin neraka. Oleh
karena itu jika ada orang yang mencari nafkah dengan membacakan kitab suci,
maka haruslah sangat berhati-hati, tiap huruf dan kalimat tidak boleh dikurangi
ataupun salah baca sebab kalau tidak, bukan saja tidak bisa menghilangkan
bencana orang lain, malah diri sendirilah yang mendapat celaka.
Sub. Neraka :
KOTA MATI PENASARAN.
Ditempat ini kebanyakan penghuninya
adalah bayi, bagian tubuh mereka berdarah dan tak henti-hentinya menangis
bahkan ada yang tergeletak di tanah. Sungguh menyedihkan. Di tempat lainnya ada
juga terdapat roh yang kelihatan sangat sedih yang dikurung dalam 2 kamar.
Masing-masing adalah laki-laki dan wanita muda, rambutnya kusut terurai dan
wajahnya pucat.
PENJELASAN
: Mereka adalah roh dari bayi yang digugurkan oleh umat manusia ataupun orang
yang dibunuh. Bayi itu, karena sewaktu digugurkan badannya sudah terbentuk,
maka rohnyapun tidak musnah. Maka sesudah meninggal dibawa kesini. karena para
remaja tidak mau menanggung akibat dari hubungan bebasnya yang menimbulkan
kehamilan lalu memutuskan lari dari tanggung jawab dengan menggugurkan
kandungannya, maka roh dari bayi yang dibunuh akan pergi disertai dengan rasa
benci kepada kedua orang tuanya. Selain diam-diam akan menghantuinya, sang bayi
juga akan menghamburkan kekayaan dan keuangan kedua orang tuanya. dengan cara
beginilah ia akan membalaskan sakit hatinya karena telah diundang memasuki
rahim ibunya tetapi akhirnya diusir dengan paksa tanpa belas kasihan sebagai
manusia. Memang sungguh patut disesali kedunguan manusia hanya tahu larut dalam
percintaan dan malah tega membunuh darah dagingnya sendiri. Membuang bayinya
tanpa rasa kasihan sedikitpun. Sungguh sangat tragis bahkan para dewapun tak
tega melihatnya.
Pesan Budha
: Maka bagi yang pernah menggugurkan kandungannya, mulai kini banyaklah berbuat
amal kebaikan untuk menebus kesalahan supaya mendapat keringanan hukuman
neraka. Para remaja yang sedang berpacaran tapi tidak mendapat persetujuan dari
orang tuanya juga tidak boleh nekat mengambil jalan pintas dengan minum racun
atau bunuh diri. Karena tidak
akan ada gunanya. Cita-cita dua sejoli tidak tercapai di dunia, apalagi bisa
mimpi bisa hidup berdampingan di akhirat malah akan mendapat siksa karena telah
mengakhiri hidup yang sangat berharga sebelum waktunya tiba.Dan bagi para
remaja hendaknya lebih bisa mawas diri membentengi diri dengan iman dan
spiritual sehingga tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang sekedar ingin
mengejar nikmat melampiaskan nafsu birahi sesaat lalu menyeret sang roh semakin
dekat ke gerbang siksa neraka. Sayangilah energi vital yang terbatas itu untuk
berbakti kepada Negara dan masyarakat.
Sub Neraka :
TANAH KOTORAN TINJA DAN AIR SENI
Di wilayah neraka ini terlihat sebuah kolam yang sangat besar yang tidak
terlihat ujung dan pangkalnya, hampir seperti lautan. Kolam itu terisi dengan
air seni dan gumpalan tinja yang baunya sangat busuk. Sementara, di tengah-tengah
kolam yang menjijikkan itu terlihat banyak sekali ada roh pria, wanita, tua
maupun muda bercampur menjadi satu. Mereka berteriak-teriak seakan mau
tenggelam dan saat mulut mereka terbuka maka kotoran tinja dan air seni itu
akan masuk tertelan oleh mulut mereka sungguh suatu pemandangan yang sangat
menjijikkan
Penjelasan : Roh atau arwah manusia yang dikirim
kesini adalah para pendosa yang telah melakukan kesalahan seperti : para
pelacur yang menjual badannya demi mendapatkan uang kotor, orang yang suka
menipu wanita dari keluarga baik-baik lalu menjerumuskannya ke dunia hitam
sebagai bahan dagangan, para corruptor, orang yang suka main perempuan dan
larut dalam kesenangan nafsu birahi, orang yang mengadakan arisan uang lalu
menilapnya, atau seorang pemborong bangunan yang mengurangi kadar bahan dan
menyalahi besteknya.
Karena semasa
hidup jiwa dan raganya terkotori atau tercemar racun dosa dan mulutnya juga
tidak bersih, maka sesudah meninggal rohnya secara langsung akan terperosok ke
sub seksi tanah kotoran tinja dan air seni agar rohnya mendapatkan siksa yang
setimpal. Setiap kali menarik nafas yang dicium hanyalah bau busuk dan pesing
dari kotoran. Dan setiap kali membuka mulut untuk berteriak akan kemasukan
gumpalan tinja, perutnya lapar lagi haus, ingin makan tapi tiada makanan,
karena semasih hidup di dunia hanya makan makanan yang diperoleh dengan uang
kotor.
Pesan Sang
Budha dan pejabat neraka : Umat di
dunia dalam mengerjakan pekerjaan apapun haruslah yang terang dan jujur, cari
pekerjaan yang tidak bertentangan dengan hukum negara dan agama, jangan hanya
karena uang lalu menghalalkan segala cara sebab walaupun semasa hidup bisa
bersenang-senang dengan uang yang didapat dari cara-cara yang tidak benar,
setelah meninggal dan roh terseret ke neraka tentu keadaannya sudah akan lain
sekali. Benar-benar menyambung hidup dengan memakan tinja.
Sub Neraka :
Daerah kelaparan
Di tempat ini ada sebuah jalanan kecil yang penuh kerikil tajam dan digenangi
air. Ada sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi namun pohonnya lebat masih
ditumbuhi pula dengan gelagah perumpung (rumput yang tingginya mencapai 2
meter) dan juga ada tumbuhan yang sejenis rotan. Keadaannya sama seperti bukit
yang ada di dunia. Di kaki bukit tampak sebuah bangunan yang dikelilingi oleh tembok
beton berwarna hitam kecoklatan dan di dalam bangunan tersebut tampak sejumlah
sel seperti penjara yang tiap ruangnya hanya muat untuk 3 dipan saja. Setiap
roh yang berada disana walaupun dandanannya bagus tapi badannya sangat kurus,
mukanya pucat pasi dan tak henti-hentinya merintih bahkan ada yang menggigit
jari tangannya sampai hampir putus karena saking laparnya.
Penjelasan :
Roh-roh yang terseret ke wilayah ini adalah karena melakukan dosa ketamakan dan
lobha serta tidak mempunyai simpati terhadap penderitaan orang lain. Di dunia
banyak keluarga kaya raya yang hidupnya bergelimang kemewahan dan kesenangan
lalu karena merasa mampu, seenaknya membuang makanan, sering berfoya-foya
memakai uang tetapi terhadap kesusahan orang miskin sama sekali tidak tersentuh
rasa kasihan. Maka setelah mati arwahnya diseret kemari agar merasakan apa yang
namanya kelaparan dan hidup dalam kekurangan.
Jika semasih
hidup sembarangan menyia-nyiakan dan membuang makanan, menghamburkan uang dan
tidak suka berhemat, uang yang dimiliki hanya dipakai untuk kesenangan pribadi
tanpa perduli untuk mengamalkannya demi orang yang sedang kesusahan ataupun
untuk kesejahteraan umum, atau pria yang setelah kaya lalu meninggalkan
isterinya yang tadinya diajak susah kemudian mencari kehangatan bersama wanita
simpanan ataupun seorang wanita yang menjadi kaya terrenal lantas memandang
rendah suaminya sendiri. Setiap orang yang menjadi kaya lalu imannya berubah
sehingga menimbulkan prilaku yang rendah budhi tak berkarakter tanpa terkecuali
akan diseret ke dalam wilayah neraka kelaparan.
Pesan Sang
Budha dan pejabat neraka : berharap kepada
semua umat manusia agar lebih menumbuhkan simpati terhadap orang lain. Jika
diberikan titipan harta yang lebih, hendaknya diamalkan untuk kesejahteraan orang
banyak atau membantu mereka yang sedang dalam kesusahan. Jangan hidup terlalu
royal dan mewah. Ingatlah bahwa jika taunya hanya makan, minum, main, dan
bersenang-senang saja, setelah rejeki habis maka kemalanganlah yang akan
menyusul
Reinkarnasi Sri Krishna di jaman Kali ini yakni ,Sri
Caitanya Mahaprabhu, menyebutkan 5 hal yang tidak boleh dilakukan di
jaman Kali ini, salah satunya yaitu mempersembahkan daging kepada leluhur. Oleh
sebab itu, ketika kita belum tahu aturan Veda, jangan mengambil resiko, karena
api neraka telah menunggu, sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat berikut :Srimad
Bhagavatam Skanda 5 Bab 26 ayat 12 evam eva maharauravo yatra nipatitam
purusam kravyada nama rauravas tam kravyena ghatayanti yah kevalam dehambharah artinya
“Hukuman di neraka yang bernama
Maharaurava dikenakan bagi orang yang menjaga badannya sendiri dengan menyakiti
makhluk lainnya. Di neraka ini, binatang ruru yang dikenal dengan nama
kravyada menyiksanya dan memakan dagingnya.”Penjelasan Yang Maha Suci
A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada Maharaja
Orang
yang menganut paham binatang yang hidupnya hanya dalam konsep badan tidak bisa
dimaafkan. Dia akan dilemparkan ke dalam neraka yang dikenal sebagai
Maharaurava dan diserang oleh binatang ruru yang dikenal sebagai kravyadas.Srimad
Bhagavatam Skanda 5 Bab 26 ayat 13 yas tv iha va ugrah pasun paksinova
pranata uparandhayati tam apakarunam purusadair api vigarhitam amutra
yamanucarah kumbhipake tapta-taile uparandhayanti artinya “Untuk menjaga
badannya dan kepuasan lidahnya, orang-orang jahat memasak binatang-binatang
yang tidak berdaya dan burung-burung. Orang-orang seperti itu dihukum bahkan
oleh pemakan manusia. Dalam kehidupannya mendatang mereka dibawa oleh Yamaduta
ke planet neraka yang bernama Kumbhipaka, dimana mereka dimasak di dalam minyak
yang mendidih”
Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26
ayat 14
yas tv iha brahma-dhruk sa
kalasutra-samjnake narake ayuta-yojana-
parimandale tamramaye tapta-khale
upary-adhastad agny-arkabhyam
ati-tapyamane bhinivesitah
ksut-pipasabhyam ca dahyamanantar-
bahih-sarira aste sete cestate
vatisthati paridhavati ca yavanti pasu-
romani tavad varsa-sahasrani.
Artinya:
“Pembunuh seorang Brahmana
diletakkan ke dalam neraka yang bernama Kalasutra yang mana kelilingnya sebesar
8000 mil dan yang mana seluruhya terbuat dari tembaga. Memanasinya dari bawah
dengan api dan dari atas dengan sinar matahari yang membakar, permukaan tembaga
dari planet ini luar biasa panasnya. Demikianlah pembunuh seorang brahmana
menderita dari rasa yang membakar dari dalam dan dari luar. Dari dalam dia
dibakar oleh rasa lapar dan haus, dan dari luar dia dibakar oleh panas matahari
dan api dibawah permukaan tembaga. Untuk itulah dia kadang-kadang berbaring,
kadang-kadang duduk, kadang-kadang berdiri dan kadang-kadang berlari
kesana-kemari. Dia harus menderita seperti ini selama ribuan tahun sebanyak
jumlah bulu di badan seekor binatang”
Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26
ayat 17
yas tv iha vai bhutanam
isvaropakalpita-vrttinam avivikta-para-
vyathanam svayam
purusopakalpita-vrttir vivikta-para-vyatho vyatham
acarati sa paratrandhakupe
tad-abhidrohena nipatati tatra hasau tair
jantubhih pasu-mrga-paksi-sarisrpair
masaka-yuka-matkuna-
maksikadibhir ye ke cabhidrugdas
taih sarvato ‘bhidruhyamanas
tamasi vihata-nidra-nirvrtir
alabdhavasthanah parikramati yatha
kusarire jivah. artinya
Karena aturan Tuhan Yang Maha Esa,
makhluk hidup-makhluk hidup yang rendah seperti binatang-binatang kecil dan
nyamuk menghisap darah manusia dan binatang-binatang lainnya. Makhluk hidup
yang kecil seperti ini tidak sadar jika gigitan mereka menyakiti manusia. Akan
tetapi, kelas pertama manusia seperti brahmana, ksatria dan vaisya berkembang
dalam kesadarannya, dan untuk itu mereka mengetahui bagaimana sakitnya dibunuh.
Seorang manusia diberkahi dengan pengetahuan, tentu saja berbuat dosa jika dia
membunuh atau menyiksa makhluk-makhluk kecil, yang tidak mempunyai kemampuan
untuk membeda-bedakan. Tuhan Yang Maha Esa menghukum orang seperti itu dengan
menempatkannya ke dalam neraka yang bernama Andhakupa, dimana dia diserang oleh
semua burung-burung dan binatang buas, reptile, nyamuk, kutu, cacing, lalat dan
makhluk hidup lainnya yang dia siksa selama hidupnya. Mereka menyerangnya dari
segala sisi, merebutnya dan mengganggu tidurnya. Dia tidak bisa beristirahat,
dia selalu mengembara dalam kegelapan. Demikianlah di Andhakupa penderitaannya
sama seperti makhluk hidup dalam spesies yang rendah.”Penjelasan Yang Maha
Suci A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada Maharaja:
Dari ayat yang sangat bermakna ini,
kita belajar bahwa binatang-binatang yang lebih rendah, dibuat oleh hukum alam
untuk mengganggu manusia, tidak dikenakan hukuman. Karena manusia mempunyai
kesadaran yang berkembang, akan tetapi, dia tidak bisa melakukan sesuatu yang
menentang prinsip varnasrama-dharma tanpa dihukum. Krishna bersabda dalam
Bhagavad-gita (4.13) catur-varnyam maya srstam guna-karma-vibhagasah: “Menurut
aturan tiga sifat alam material dan yang bekerja untuk mereka, empat golongan
manusia diciptakan oleh-Ku.” Demikianlah manusia harus dibagi ke dalam empat
kelas yaitu brahmana, ksatriya, vaisya dan sudra dan mereka seharusnya berbuat
sesuai dengan kewajibannya masing-masing. Mereka tidak bisa menyimpang dari
aturan dan peraturan yang telah ditentukan. Satu hal dari pernyataan ini bahwa
mereka seharusnya tidak pernah mengganggu binatang, bahkan jika binatang itu
mengganggu manusia. Meskipun seekor macan tidak berdosa jika dia menyerang
binatang lainnya dan memakan dagingnya, jika seorang manusia dengan kesadaran
yang berkembang melakukan hal seperti itu, dia harus dihukum. Dengan kata lain,
seorang manusia yang tidak menggunakan kesadarannya yang berkembang tetapi
sebaliknya berbuat seperti seekor binatang pasti dihukum di neraka yang
berbeda-beda.
Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26
ayat 25
ye tv iha vai dambhika
dambha-yajnesu pasun visasanti tan amusmil
loke vaisase narake patitan
niraya-patayo yatayitva visasanti artinya
“Seseorang
yang dalam kehidupannya bangga akan kedudukannya yang istimewa, dan yang secara
tidak peduli mengorbankan binatang hanya demi kewibawaan material, ditempatkan
ke dalam neraka yang bernama Visasana setelah kematiannya. Di sana
asisten-asisten Yamaraja membunuhnya setelah memberikan rasa sakit yang tidak
terbatas.”PenjelasanYang Maha Suci A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada
Maharaja
Di dalam Bhagavad-gita (6.41)
Krishna mengatakan, …sucinam srimatam gehe yoga bhrasto bhijayate: “
Karena hubungannya yang sebelumnya dengan bhakti yoga, seeorang
dilahirkan dalam keluarga brahmana yang terhormat atau dalam keluarga
bangsawan.” Setelah mengalami kelahiran, seseorang seharusnya menggunakannya
untuk menyempurnakan bhakti-yoga. Akan tetapi, karena pergaulan yang
buruk, seseorang sering lupa akan posisinya yang tinggi yang telah diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan dia menyalahgunakannya dengan melakukan berbagai
jenis yadnya seperti kali-puja atau durga-puja, yang didalamnya
binatang-binatang yang tidak berdaya dikorbankan. Bagaimana seseorang itu
dihukum dijelaskan di dalam ayat ini. Kata dambha-yajnesu dalam ayat ini
sangat penting. Jika seseorang melanggar petunjuk-petunjuk Veda pada waktu
melaksanakan yadnya dan hanya merupakan sebuah pertunjukan yadnya yang
bertujuan untuk membunuh binatang-binatang, dia akan mengalami hukuman setelah
kematiannya.
Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26
ayat 15
yas tv iha vai nija-veda-pathad
anapady apagatah pakhandam
copagatas tam asi-patravanam
pravesya kasaya praharanti tatra hasav
itas tato dhavamana u bhayato
dharais tala-vanasi-patrais chidyamana-
sarvango ha hato smiti paramaya
vedanaya murcchitah pade pade
nipatati sva-dharmaha
pakhandanugatam phalam bhunkte artinya
“Jika seseorang menyimpang dari
aturan Kitab Suci Veda yang pengaruh kecurangannya sangat berbahaya,
utusan-utusan Yamaraja melemparkannya ke dalam neraka yang bernama
Asi-patravana, dimana meraka akan memukulnya dengan cambuk. Ketika dia berlari
kesana-kesani, melarikan diri dari rasa sakit yang luar biasa, di segala sisi
dia menemukan pohon palm dengan daun-daunnya seperti pedang yang sangat tajam.
Dengan demikian melukai seluruh badannya dan membuatnya pingsan dalam setiap
langkahnya, dia menjerit “Oh, apa yang harus saya lakukan sekarang! Bagaimana
caranya saya bisa diselamatkan! Inilah bagaimana menderitanya seseorang yang
menyimpang dari prinsip-prinsip agama yang ditetapkan”
Penjelasan Yang Maha Suci A.C.
Bhaktivedanta Swami Prabhupada Maharaja
Sesungguhnya hanya ada satu prinsip
keagamaan : dharman tu saksad bhagavat-pranitam. Satu-satunya prinsip
keagamaan adalah untuk mengikuti perintah-perintah dari Tuhan Yang Maha Esa. Sayangnya,
khususnya di Jaman Kali, kebanyakan orang tidak mengikuti aturan Kitab Suci
Weda. Orang-orang tidak begitu perhatian tentang Tuhan. Apa yang harus
dikatakan untuk mengikuti kata-kata-Nya. Kata nija-veda-patha bisa juga
berarti “ prinsip-prinsip agamanya tersendiri”.Yang tadinya hanya ada satu veda-patha,
atau sekumpulan prinsip-prinsip agama, sekarang ada banyak. Ini tidak jadi
masalah, yang mana prinsip-prinsip agama yang mesti diikuti; perintahnya
hanyalah dia harus mengikutinya dengan ketat. Seorang atheis atau nastika,
adalah orang yang tidak percaya dengan Kitab Suci Veda. Akan tetapi, bahkan
jika seseorang menganut agama yang berbeda, menurut ayat ini dia harus
mengikuti prinsip-prinsip agama yang telah ditetapkan. Apakah dia orang Hindu,
Muslim atau Kristen, dia harus mengikuti prinsip-prinsip agamanya
sendiri-sendiri. Akan tetapi, jika seseorang membuat jalan agamanya sendiri
menurut pikirannya atau jika seseorang tidak mengikuti prinsip-prinsip agama
manapun, dia dihukum ke dalam neraka yang bernama Asi-patravana. Dengan kata
lain, manusia seharusnya mengikuti prinsip-prinsip agama. Jika seseorang tidak
mengikuti prinsip-prinsip agama, tanpa disadari dia sedang menggiring
kehidupannya menuju kelahiran sebagai binatang. Seiring dengan kemajuan Kali
Yuga, orang-orang menjadi tidak percaya dengan Tuhan dan mengikuti paham
duniawi. Mereka tidak tahu hukuman yang menanti mereka di Asi-patravana,
sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat ini.
Jika kita tidak memakan atau
mempersembahkan daging, tidak akan berakibat apapun. Tetapi sebaliknya, jika
kita membunuh binatang untuk dimakan atau untuk yadnya tanpa aturan yang sangat
tepat dan ketat dari Kitab Suci Weda, maka akan berakibat fatal. Siksaan api
neraka telah menanti dalam kelahiran berikutnya, menjadi makhluk seperti itu
atau hidup menjadi manusia rendah yang menderita lahir dan bathin. Lihatlah
kenyataannya, ada orang yang lahir di tempat yang sedang terjadi peperangan,
miskin, hidup dengan menderita sakit keras, dan ada banyak jenis binatang di muka
bumi ini, dan masih banyak lagi jenis penderitaan yang lainnya yang disebabkan
karena perbuatan berdosanya di masa lampau termasuk melakukan himsa karma itu.
Sabda Sathya
Sai : Dalam 9 pedoman prilaku point terakhir mewejangkan agar kita senantiasa
bisa membatasi keinginan (Ceiling on desires) – Don’t waste energi (jangan
membuang-buang energi seperti tenaga, air, ataupun listrik jika tidak
benar-benar diperlukan), Don’t waste food (jangan membuang-buang makanan sebab
orang lain mungkin belum makan sama sekali- makanlah jika engkau memang
benar-benar.) Don't waste time (Jangan membuang-buang waktu sebab waktu adalah
Tuhan. waktu yang telah lewat tidak mungkin akan bisa dikembalikan lagi. jadi
mari pergunakan waktu dengan baik. mengisinya dengan hal-hal yang berguna untuk
bekal kita pulang ke akhirat. coba bayangkan jika kita mau pergi ke Jakarta
saja sudah harus melakukan persiapan dini dan membawa perbekalan yang cukup,
maka tidakkah jika kita akan menempuh perjalanan yang amat panjang ke dunia
akhirat harus mempersiapkan lebih banyak lagi bekal dan energi untuk
itu.) Don't waste money (mempergunakan uang secara tidak bijaksana adalah
merupakan kejahatan terbesar yang bisa mengundang hawa neraka semakin dekat
dalam kehidupan kita.) so ! Kenali Neraka tapi bukan untuk dihuni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar