Dalam
sebuah diskusi di media sosial ada sebuah komentar yang cukup menarik perhatian
bagi saya, walaupun opini ini tetap tidak bisa dikatakan sebagai mewakili sikap
dan pernyataan dari umat muslim secara keseluruhan.
Dalam
komentarnya disampaikan bahwa Tuhan Allah yang ia puja tak akan pernah bisa
dipersamakan dengan Tuhan orang lain. Allah adalah satu-satunya nama Tuhan yang
dibenarkan menurut wahyu yang pernah diturunkan. Jadi kalau ada yang menganggap
bahwa Allah yang disembah umat Islam sama dengan reka-rekaan Tuhan agama lain
yang mewujudkan Tuhan mereka dari tanah, batu, atau kayu, tentulah hal itu
merupakan sebuah hayalan semata.
Opini
ini sontak membuat banyak pertanyaan muncul di kepala saya. Sebab jika hal
tersebut diurai secara lebih rinci, tidakkah itu berarti bahwa Tuhan itu bukan
lagi Esa atau satu, tetapi menjadi pribadi yang banyak, karena akan ada Tuhan
bagi orang Islam yang disebut Allah. Tuhan bagi orang Kristen yang disebut Roh
Kudus, maupun Tuhan bagi orang Hindu yang disebut-Nya dengan beragam nama. Bagi
umat hindu yang tidak mau membatasi kemahakuasaan Tuhan hanya pada satu nama
dan rupa saja, tentu mereka tetap akan bisa terima jika Tuhan yang mereka puja
sesungguhnya adalah Tuhan yang sama yang umat lain puja. Namun keuniversalan ini
ternyata tidak bisa diterima begitu saja oleh beberapa umat yang memang telah
dikotomi dengan sebuah pemahaman bahwa agama mereka adalah agama penyempurna
terakhir yang hadir untuk menyempurnakan agama-agama lain sebelumnya. Maka
untuk meminimalisir sikap arogan dan fanatisme sempit demikian, melalui tulisan
ini saya mencoba memberikan gambaran singkat tentang beberapa hal yang
sesungguhnya bisa dipakai persamaan dalam agama Islam dan Hindu yang bisa dijadikan
pedoman untuk mempererat persaudaraan antar agama dan bukan untuk meninggikan
agama sendiri sambil merendahkan keyakinan orang lain.
Bahasan
ini akan kita mulai dari sebuah Teks inskripsi Vikramaditya yg ditemukan dlm
piring emas yg digantung didalam kuil Kabah di Mekah, dicatat pada halaman 315
dari buku yg berjudul 'Sayar-ul-Okul' (kata-kata berkesan) yg disimpan dalam
perpustakaan Makhtab-e-Sultania di Istanbul, Turki. Sebagian manuskrip tersebut
berbunyi sebagai berikut;
'Itrashaphai
Santu Ibikramatul Phahalameen Karimun Yartapheeha Wayosassaru Bihillahaya
Samaini ElaYundan blabin Kajan blnaya khtoryaha sadunya kanateph netephi
bejehalin Atadari bilamasa-rateen phakef tasabuhu kaunnieja majekaralhada
walador. As hmiman burukankad toluho watastaru hihila Yakajibaymana balay kulk
amarena phaneya jaunabilamary Bikramatum. Motakabberen Sihillaha Yuhee Quid min
howa Yapakhara phajjal asari nahone osirom bayjayhalem' (Halaman 315
Sayar-ul-okul).
Yang
artinya; ' Beruntunglah mereka yg lahir (dan hidup) selama kuasa raja Vikram.
Ia seorang penguasa penuh kasih, terhormat dan berbakti pada penduduknya. Namun
pada saat itu, kami Arab, tidak peduli pada Tuhan, tenggelam dalam kenikmatan
sensual. Komplotan dan penyiksaan merajalela. Kami, Arab, terjerat dalam
kegelapan (jahiliyah) namun pendidikan yang disebar raja Vikramaditya tidak
mencampakkan kami, orang-orang asing.Ia menyebarkan agama sucinya diantara kami
dan mengirimkan ahli-ahli yang kepintarannya bersinar seperti matahari dari
negaranya ke negara kami
Tanskript
ini seakan menjabarkan bahwa sesungguhnya agama Islam dan Hindu itu memiliki
banyak historical atau sejarah yang hamper mirip. Yang paling menarik ialah koleksi
Terkenal di Perpustakaan yg disebut Makhatab-e-Sultani yg mana koleksi antologi
tsb tersusun lebih awal dari 1742 A.D sultan Salim Turki. Antologi itu dikenal
sebagai Sayar-ul-Okul. yg memberikan titik terang peradaban Arab, buku yg
berisi gambaran rumit mengenai Arab Kuno. juga berisi gambaran mengenai
kegiatan tahunan yg disebut OKAJ yg dulu di pegang sebagai kegiatan setiap
tahun di seluruh bangunan kabbah Mekkah. inilah yg meyakinkan bahwa kegiatan
haji telah terdapat jauh sebelum Islam. namun juga diperkirakan bahwa OKAJ
telah berlaku untuk kegiatan perkumpulan diskusi sosial, agama. pendidikan dan
budaya yg telah dibentuk atas pengaruh Tradisi Hindu India. Bulan sabit
(Chandrasekara) yang selalu menghias rambut Dewa Shiva juga menjadi penanda
dalam ujung Kubah dan bendera bagi umat Islam. Sebagaimana halnya Mrdangga /
tambura yang dibawa Dewa Shiva menjadi Media bagi umat Islam dalam wujud Bedug.
Tradisi
Hindu lainnya yg masih berhubungan dgn kabbah adalah sungai gangga, menurut
tradisi Hindu gangga tidak dapat dipisahkan dari lambang Siva sebagai bulan
Sabit, kemanapun lambang Siva berada ganga selalu hidup bersama, fakta dari
persatuan tsb terdapat di dekat kabbah. Airnya dianggap keramat karena secara
tradisional sudah dianggap sebagai gangga sebelum Islam (yaitu mata air Zam-zam). Bahkan hingga hari ini, para peziarah Muslim yg
menyaksikan kaabah untuk haji memandang Zam-zam ini dengan penghormatan hingga
menaruhnya kedalam botol sebagai Air keramat bagi mereka. Selain itu,
kebiasaan mengelilingi Kabbah 7 kali adalah juga sama dengan tradisi Hindu untuk
mengelilingi kuil tempat Ista dewata yang mereka puja. Yang mana kegiatan ini
dikenal dengan nama Nagarasankirtan.
Dalam
pemujaan, Umat islam biasanya menggunakan Tasbih yang bijinya berjumlah 99
untuk melakukan pengulang-ulangan nama suci Tuhan. Hal yang sama juga dilakukan
oleh umat hindu dengan menggunakan Japamala / Genitri yang jumlah bijinya 108
guna melakukan Namasmaranam. Genitri atau Japa ini juga merupakan atribut dari
Dewa dewi Hindu semisal Dewi Sarasvati dan juga Mahadeva Shiva.
Mungkin bahwa penggungkapan Rahasia wahyu yg menarik dari kata "Allah" itu sendiri berasal dari Sanskrit (sebuah ungkapan dlm bahasa Hindu India (yg mungkin dalam kata sanssekerta)), dibahasa Sanskrit kata Allah, Akka dan Amba adalah satu sinonim, Mereka mengartikan Dewi atau Ibu, Kata "Allah" bentukan bahasa sanskrit julukan untuk Dewa Durga, yg juga diketahui sebagai Bhavani, Chandi dan Mahishasurmardini. Kata Tuhan bagi agama Islam adalah belum mengalami perubahan tapi masih dari bahasa sanskrit yg masih terus dipertahankan oleh Islam hingga kini. Allah arti awalnya adalah Ibu atau Dewi atau Ibu dewi yang mengacu kepada Durga dewi saktinya Dewa Shiva.
Hindu memiliki 33 Dewa, sebagian kecil orang asia juga memuja 33 dewa sebelum pengaruh islam. Kalender Bulan yg sesuai aturan India dikenal di Asia barat. Bulan safar Muslim menandakan Bulan Ekstra (Adhik Maas) dalam kalender Hindu, Bulam Rabi Muslim juga merupakan pelencengan dari Ravi yg artinya matahari, karena Sanskrit V diubah ke Prakit "B" (Pakrit adalah versi populer dari bahasa sankrit). serta masih banyak lagi persamaan2 arti maupun kata2nya.
Panchmahayagna (lima pemujaan setiap hari- Panch-Maha-Yagna) yang sebagian Vedic tentukan sebagai ritual sehari-hari bagi semua individu. Hamper mirip dengan keharusan Orang Muslim membersihkan lima bagian badan sebelum memulai doa. juga keharusan untuk berdoa sebanyak lima kali sehari.
Kata dalam Islam ‘Eed-ul-Fitr’ berasal dari ‘Eed of Piters’ artinya dalam di bahasa Sanskrit adalah tradisi pemujaan kepada leluhur atau nenek moyang, bersinergi dengan kebiasaan orang Hindu yang memperingati pelaksanaan Pitra Puja atau Pitr - Paksha selama dua minggu. Persamaan lainnya adalah Kebiasaan Islam mengamati kenaikan bulan sebelum menentukan perayaan Idul Fitri juga sama dengan apa yang dilakukan umat Hindu saat menentukan Hari Ganesha Caturiti.
Mungkin bahwa penggungkapan Rahasia wahyu yg menarik dari kata "Allah" itu sendiri berasal dari Sanskrit (sebuah ungkapan dlm bahasa Hindu India (yg mungkin dalam kata sanssekerta)), dibahasa Sanskrit kata Allah, Akka dan Amba adalah satu sinonim, Mereka mengartikan Dewi atau Ibu, Kata "Allah" bentukan bahasa sanskrit julukan untuk Dewa Durga, yg juga diketahui sebagai Bhavani, Chandi dan Mahishasurmardini. Kata Tuhan bagi agama Islam adalah belum mengalami perubahan tapi masih dari bahasa sanskrit yg masih terus dipertahankan oleh Islam hingga kini. Allah arti awalnya adalah Ibu atau Dewi atau Ibu dewi yang mengacu kepada Durga dewi saktinya Dewa Shiva.
Hindu memiliki 33 Dewa, sebagian kecil orang asia juga memuja 33 dewa sebelum pengaruh islam. Kalender Bulan yg sesuai aturan India dikenal di Asia barat. Bulan safar Muslim menandakan Bulan Ekstra (Adhik Maas) dalam kalender Hindu, Bulam Rabi Muslim juga merupakan pelencengan dari Ravi yg artinya matahari, karena Sanskrit V diubah ke Prakit "B" (Pakrit adalah versi populer dari bahasa sankrit). serta masih banyak lagi persamaan2 arti maupun kata2nya.
Panchmahayagna (lima pemujaan setiap hari- Panch-Maha-Yagna) yang sebagian Vedic tentukan sebagai ritual sehari-hari bagi semua individu. Hamper mirip dengan keharusan Orang Muslim membersihkan lima bagian badan sebelum memulai doa. juga keharusan untuk berdoa sebanyak lima kali sehari.
Kata dalam Islam ‘Eed-ul-Fitr’ berasal dari ‘Eed of Piters’ artinya dalam di bahasa Sanskrit adalah tradisi pemujaan kepada leluhur atau nenek moyang, bersinergi dengan kebiasaan orang Hindu yang memperingati pelaksanaan Pitra Puja atau Pitr - Paksha selama dua minggu. Persamaan lainnya adalah Kebiasaan Islam mengamati kenaikan bulan sebelum menentukan perayaan Idul Fitri juga sama dengan apa yang dilakukan umat Hindu saat menentukan Hari Ganesha Caturiti.
Dengan mengetahui
berbagai persamaan ini, tentu kita berharap agar masing-masing pemeluk agama
kembali menyadari bahwasannya Tuhan yang satu menurunkan kitab suci yang tampak
berlainan, sesungguhnya memiliki eksistensi dan intisari yang sama, pun dengan
tujuan yang sama yakni memberikan petunjuk bagi umatnya agar menjadi manusia
yang baik yang dipenuhi dengan prinsip kemanusiaan yakni mencerminkan Sathya
atau Kebenaran, Dharma atau Kebajikan, Santhi atau kedamaian, Prema atau Kasih
sayang dan Ahimsa atau tindakan tanpa kekerasan. Maka tanpa memperdulikan
apapun agama dan keyakinan yang seseorang anut, Ia akan berhak disebut sebagai
manusia sejati yang beragama jika bisa menampilkan pribadi sebagaimana
dijabarkan sebagai sisi utama kemanusiaan itu. Sebab Agama yang tidak
mengajarkan kelima prinsip dasar itu sesungguhnya bukan agama Tuhan yang
diturunkan bagi masyarakat manusia.