Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Walaupun ada pepatah
yang berbunyi “Apalah arti sebuah nama” yg maksudnya ini disampaikan oleh orang
yang rendah hati bahwasannya segala kehormatan dan pujian yg diberikaataupun
sanjungan yg mungkin berhubungan dgn namanya bukan merupakan factor penting
baginya dalam meningkatkan kehidupan spiritualnya. Walaupun rumus ini tidak
berlaku bagi mereka yang telinganya begitu menyukai kata-kata pujian dan rayuan
Namun walaupun
demikian, keberadaan sebuah nama juga sangat penting nilainya baik bagi
kehidupan material duniawi maupun dalam hubungannya dengan proses bertumbuhnya
nilai spiritualitas dalam diri. Oleh karena itulah maka Nama memiliki prioritas
penting di dalamnya. Misalkan saja jika dalam pengurusan passport kita salah
menulis satu huruf saja dalam rangkaian nama yang kita miliki, itu sudah cukup
membuat kita mendapat masalah belum lagi untuk urusan birokrasi lainnya yang
berhubungan dengan property seperti sertifikat tanah ataupun surat-surat
berharga lainnya.
Selain itu dari
sebuah nama, kita bisa menebak karakteristik seseorang, sejarah kelahiran,
ataupun pesan dan harapan dari orang yang memberikan nama dimaksud. Misalnya pada jaman dahulu
orang-orang tua sering menamai anaknya sesuai dengan moment atau hal-hal yang sedang menjadi Trend pada saat itu. Sebagai contoh
jika pada saat kelahiran seorang bayi terjadi gempa bhumi, maka anaknya
biasanya dinamai I Gempa atau I Guntur. Lalu jika ada anak yang hidupnya agak
susah serta tidak mempunyai orang tua, maka ia dipanggil dengan nama I Lara
Dalam kehidupan
spiritual, keberadaan nama rohani merupakan hal yang begitu berarti apalagi
nama itu dikaitkan dengan nama suci Tuhan. Dalam Bhagavata Purana diceritakan
sebuah kisah bagaimana nama suci Tuhan (Naarayana) mampu menyelamatkan seorang
pendosa yang bernama Ajamila dari hukuman di Neraka hanya karena ia memanggil
nama suci Tuhan itu saat ajalnya tiba walaupun kata Naarayana yang dimaksudkan
olehnya pada saat itu adalah untuk memanggil nama anaknya yang kebetulan
dinamai dengan nama suci Tuhan Sri Naarayana. dalam keyakinan agama lainpun hal
yang sama hampir berlaku. Hanya saja mereka tidak akan menamai anaknya dengan
menggunakan nama Tuhan mereka seperti Allah atau Yesus tetapi mereka akan
menggunakan nama atau istilah yang erat kaitannya dengan kegiatan, maupun
tempat dimana Tuhan atau Nabi mereka menurunkan ajaran yang termuat dalam kitab
suci agamanya. Misalnya penggunaan nama Taufiq hidayat, Akbar, Mathius,
Yohanes, dan lain-lain. Hal ini erat kaitannya dengan pesan atau harapan dari
sang pemberi nama agar mereka yang dikasihinya mampu berkelakuan atau
setidaknya tervibrasi oleh kemurnian dari kesucian nama dimaksud. Walaupun memang
bahwa dibalik keagungan menggunakan atau memiliki nama suci itu, orang yang
bersangkutan juga dituntut suatu kewajiban moral agar bisa berkelakuan atau
setidaknya memiliki karakteristik yang mendekati dari sifat pemilik nama
aslinya. Oleh karena itulah peran Guru kerohanian, orang tua, atau siapapun
yang memberikan nama rohani kepada seseorang harus turut ambil bagian dalam memonitoring,
mengawasi sekaligus mengarahkan orang yang diberikan nama suci itu agar
senantiasa berkelakuan yang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dasar
kerohaniannya.
Dalam Sembilan cara
bhakti yang pernah diajarkan oleh Dewarsi Narada kepada Prahlada, mengingat,
menyebut atau menyanyikan kemuliaan nama Tuhan ataupun kegiatan dan hal-hal
yang berkaitan dengan Leela Tuhan merupakan cara yang cukup sederhana namun
penuh dengan karunia untuk bisa mendapatkan kedekatan dengan Tuhan karena cara
ini bisa dilakukan oleh siapa saja (Laki maupun perempuan, anak kecil, remaja,
maupun yang sudah tua renta) serta dalam kondisi apapun dan dimanapun. Oleh karena
itulah maka dengan menggunakan nama rohani maka secara tidak langsung kita
telah memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan Sravanam, Namasmaranam, serta Kirtanam untuk
memanggil Tuhan tapi tetap dengan sebuah konsekwensi bahwa mereka harus tetap
menjaga agar pikiran, perkataan, maupun perbuatannya tetap selaras dengan
kesucian nama yang dipergunakannya atau setidaknya tidak melakukan tindakan
yang bisa mencoreng nama baik serta kemuliaan nama suci dimaksud.
Semoga
pikiran baik dating dari segala arah.
Om
ano bhadrah krtavo yantu visvatah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar