Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kiri disini
Kode Iklan anda yang ingin ada di sebelah kanan disini
Manusia
dalam keterbatasan cara pandang dan pemikirannya seringkali bertindak bodoh
untuk menilai kinerja Tuhan lalu mengukurnya dengan cara manusiawinya. Mereka lupa
bahwa kegiatan Tuhan tidak bisa dimaknai hanya dari sudut pandang kekinian
saja. Dengan melupakan hal ini, manusia akhirnya bertindak ceroboh menghina
kegiatan Tuhan yang tampak sangat sepele untuk dilakukan atau bahkan yang tidak
dilakukan-Nya karena sesuatu dan lain hal yang dalam pemahaman manusia
terkadang memunculkan sebuah kekecewaan, dan sikap yang terputar balik. Ambillah
contoh ketika Sri Krishna tidak berusaha menghentikan hujan pada waktu penduduk
Gokul dilanda petaka hujan berkepanjangan selama tujuh hari sehingga
mengakibatkan banyak kehancuran pada barang-barang kepemilikan masyarakat di
tempat itu. Padahal dengan kemampuan Adi kodrati-Nya Sri Krishna kecil bisa
saja memarahi dewa Indra lalu menyuruhnya menghentikan hujan itu tanpa menunggu
waktu yang begitu lama. Namun Tuhan tidak melakukannya, Ia justru mengangkat
Bukit Govardhan sebagai tempat berlindung bagi seluruh penduduk desa dan hewan
ternaknya. Kenapa hal ini beliau lakukan ? Bagi mereka yang selalu menggunakan
kaca mata kemanusiaannya untuk menilai hal ini, tentu akan berpikir bahwa Sri
Krishna hanya ingin pamer kekuatan agar Ia terus dipuja dan diagungkan oleh
manusia. Jarang dari kita yang mau berusaha untuk mencari pandangan Tuhan,
bahwasannya ada banyak sebab yang membuat Beliau harus mengambil keputusan
demikian. seperti diantaranya adalah untuk memenuhi janji-Nya
kepada bukit Govardhan untuk mempergunakannya dalam karir keavataraan Beliau
setelah pd jaman Sri Rama, bukit ini gagal memperoleh kesempatan untuk
melakukan pelayanan di kaki padma Tuhan sebagai Sri Rama sewaktu bala tentara
kera beliau membuat jembatan menuju Alengka dengan mempergunakan seluruh
batuan, pohon dan juga bukit-bukit. Hal lainnya tentu kita ingat bahwa Leela demikian
dimainkan Sri Krishna guna menyadarkan Dewa Indra tentang kekhilafannya yang
menganggap bahwa kekuatan serta kekuasaan yg dimilikinya adalah berasal dari
dirinya sendiri. Padahal semua itu adalah berkah dari Tuhan Sri Krishna
sendiri.
Jika
pada saat jaman Dvapara saja, cara berpikir manusia sudah terkontaminasi
demikian, maka tentu tidak mengherankan jika di jaman Kali ini, hal yang sama
juga ditimpakan kepada Bhagavan Sri Sathya Sai Baba sebagai Inkarnasi Shiva
Shakti, ketika masyarakat menilai bahwa Beliau tidak berusaha mencegah
malapetaka dan bencana yang terjadi bahkan di negeri tempat kemunculan-Nya sendiri.
Untuk menjawab keragu-raguan ini, saya berusaha menyadurkan Tanya jawab Beliau
dengan Bhaktanya tentang hal dimaksud. Dialog ini termuat dalam buku My Baba and
I karya Dr. John Hislop Alih bahasa retno buntoro Sri R.J.Karanjia, editor senior
(majalah) Blitz Publication, Bombay. Sri Karanjia mengajukan pertanyaan dan Baba menjawabnya sebagai berikut.
Pertanyaan:
Para pengeritik Swamiji bertanya mengapa Sai Baba tidak menolong orang-orang
yang berada dalam kesulitan dengan menurunkan hujan pada saat kemarau panjang
atau menciptakan makanan bila ada bencana kelaparan dengan sankalpa shakti
‘kekuatan kehendak’-Nya. Tidak dapatkah seorang Avatar menolong umat manusia
untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan alam dan mencegah malapetaka seperti
gempa bumi, banjir, kekeringan, kelaparan, dan wabah penyakit?
Baba: Inilah tepatnya yang sedang
kulakukan dengan membantu manusia menyadari Tuhan yang bersemayam di dalam
dirinya untuk mengatasi malapetaka semacam itu. Seorang Avatara dapat membantu
menusia dalam dua cara: (1). Solusi langsung, Pemecahan masalah secara langsung
dalam bentuk apapun akan bertentangan dengan sifat dasar alam itu sendiri dan bertentangan
dengan hukum karma sebab dan akibat. Kebanyakan orang hidup di dunia materiil dipenuhi
dengan ego dan aneka keinginan mereka. Sehingga mereka harus memanen buah
perbuatan mereka. Hal ini menyebabkan evolusi atau devolusi mereka. Jika
seorang Avatar campur tangan untuk langsung mengatasi masalah mereka, itu akan
menghentikan semua kegiatan, perkembangan, bahkan evolusi spiritual mereka,
manusia tidak akan bisa belajar dari kesalahan yang mereka perbuat oleh karena
itulah maka solusi ini dapat dikesampingkan karena meniadakan hukum alam. Cara
kedua yang bisa kulakukan adalah dengan memberikan Alternatif lain yang lebih
efektif dengan memberi solusi jangka panjang. Di sini Sang Avatar bertindak untuk memimpin manusia ke tingkat
kesadaran yang lebih tinggi agar memungkinkan mereka memahami kebenaran hukum
spiritual sehingga mereka kembali pada kebajikan dan dengan tekun bekerja untuk
kondisi yang lebih baik. Ini akan menghubungkan mereka kembali dengan alam . Dengan
solusi jangka panjang itu) mereka akan melampaui lingkaran sebab dan akibat
sehingga dapat menguasai serta mengendalikan kekuatan-kekuatan alam dan dapat
mencegah malapetaka yang kau sebutkan.
Pertanyaan: Maksud Anda, sekarang Anda sedang
meningkatkan kesadaran umat manusia menuju kondisi seperti Tuhan untuk
memungkinkan mereka mengendalikan nasib mereka sendiri?
Baba: Tepat sekali. Mereka akan ikut ambil
bagian dalam sankalpa shakti-Ku (kekuasaan Tuhan, energi universal). Aku harus
bekerja melalui mereka, membangkitkan (kesadaran) Tuhan di dalam diri mereka,
dan sedikit demi sedikit meningkatkan mereka ke realitas yang lebih luhur agar
mereka dapat menguasai hukum dan kekuatan alam. Jika segala sesuatu langsung
Ku-perbaiki dengan membiarkan orang-orang berada pada tingkat kesadaran mereka
sekarang, segera setelah musibah itu kutangani, mereka akan segera merusak
segala sesuatu, membuat keadaan kacau balau, dan akan saling bertengkar lagi.
Akibatnya situasi kacau yang sama akan meningkat di dunia. Penderitaan dan
kesengsaraan adalah drama kosmis yang tidak dapat dihindarkan. Tuhan tidak
memerintahkan malapetaka ini, tetapi manusia mengundangnya sebagai hukuman yang
setimpal untuk perbuatan jahatnya. Ini adalah peringatan dan juga hukuman bagi
mereka untuk memperbaiki diri sehingga mereka bisa kembali ke jalan yang benar
sehingga mereka dapat mengalami kondisi seperti Tuhan yaitu menghayati
eksistensi dengan kebijaksanaan dan kebahagiaan (Sat-Chit-Ananda). Semua ini
merupakan bagian dari sintesis yang agung. Dari keadaan seperti itu, hal-hal
negatif yang kurang baik yang engkau anggap sebagai bencana akan bermanfaat
untuk memuliakan atau mengembalikan lagi segala sesuatunya ke hal-hal yang
positif. Dengan demikian kematian memuliakan keabadian, kebodohan memuliakan
kebijaksanaan, kesengsaraan memuliakan kebahagiaan, malam memuliakan fajar.
Jadi, jika Avatar langsung menghentikan berbagai malapetaka yang kausebutkan-maka
seluruh drama ciptaan dengan hukum karmanya (kewajiban universal yang tidak
dapat dihindarkan) akan hancur. Ingatlah,
aneka bencana ini terjadi bukan karena apa yang telah dilakukan Tuhan terhadap
manusia, tetapi sesungguhnya karena apa yang dilakukan manusia terhadap
manusia. Karena itu, manusia harus dihancurkan dan dibentuk lagi, egonya (rasa
keakuan yang keliru) dihancurkan dan diganti dengan kesadaran adikodrati, agar
mereka meningkat melampaui hukum karma dan dapat menguasai (kekuatan alam).
Pertanyaan: Jadi tujuan Anda dapat disingkat
sebagai persaudaraan umat manusia yang akan dicapai melalui doktrin cinta
kasih?
Baba: Ya, apa lagi yang dapat
menyelamatkan dunia dari panasnya api nuklir? Segala sesuatu menunjuk pada
datangnya teror kebakaran besar ini, dan misi-Ku adalah mengambil alih api itu
serta menegakkan kembali darma dan hukum spiritual mengenai satu Tuhan, satu
keyakinan, dan satu bahasa yang merangkum umat manusia. Aku hanya mengajarkan
satu agama cinta kasih bagi semuanya. Hanya inilah yang dapat menyatupadukan
bangsa manusia dalam persaudaraan umat manusia dengan Tuhan sebagai ayah
semuanya. Aku hanya mengenal satu bahasa, bahasa hati yang melampaui pikiran
dan intelek, yang menghubungkan manusia dengan manusia dan umat manusia dengan
Tuhan. Dengan demikian akan terciptalah saling pengertian, kerja sama, dan
kehidupan masyarakat yang damai dan selaras. Di atas landasan ini Aku ingin
membangun satu umat manusia yang tak terpisahkan oleh agama, kasta, atau apa
pun, dalam satu kemaharajaan cinta kasih yang universal, sehingga bakta-Ku
dapat merasakan seluruh dunia sebagai keluarga mereka sendiri.
Pertanyaan: Bagus sekali Baba, tetapi apakah
darma dengan orientasi Hindu ini tidak akan bertentangan dengan agama-agama
yang sudah mapan?
Baba: TIDAK!!! Tidak akan terjadi sesuatu
semacam itu karena tujuan-Ku adalah menegakkan Sanatana Dharma yang percaya
kepada satu Tuhan Yang Maha Esa sebagai yang dipuja oleh semua pendiri agama.
Jadi tidak ada seorangpun yang harus meninggalkan agama atau pun dewanya,
tetapi melalui mereka, memuja Tuhan yang ada di dalam segalanya. Aku tidak
datang untuk menggganggu atau memusnahkan, tetapi mengukuhkan dan membenarkan
setiap orang dalam keyakinan mereka masing-masing.
Pertayaan: Tetapi, bagaimana hal itu akan
mencegah bencana pembinasaan besar-besaran dengan nuklir?
Baba: Dengan melenyapkan semua penyebab,
sumber, batasan pemisah, dan provokasi golongan, kasta, kepercayaan, warna, dan
ras, serta menggantikan kebencian dan kekerasaan yang ada dengan cinta dan
tanpa kekerasan. Aku ingin memberi umat manusia suatu ajaran kerja sama yang
penuh perdamaian untuk menggantikan meningkatnya kematian karena dewasa ini
mereka saling menghancurkan.
R.K. Karanji: Terimakasih Swamiji. Saya sangat
berterimakasih kepada Anda karena sesungguhnya saya tidak mengira Anda akan
menjawab seluruh daftar panjang pertanyaan saya. Dalam diskusi Beliau dengan
Karanjia, Baba memberitahu kita bahwa walaupun tangan Beliau mungkin tidak
kelihatan, pada waktu-waktu tertentu Tuhan memang campur tangan dalam masalah
manusia. Lebih jauh Tuhan juga campur tangan sebelum terjadi sesuatu untuk
mencegah agar manusia tidak menghancurkan sepenuhnya kehidupan manusia dan juga
bentuk kehidupan yang lain. Selanjutnya Baba menunjukkan jika Tuhan tiba-tiba
menghentikan segenap penderitaan dan ketidakadilan, dengan cepat akan timbul
lagi kondisi yang sama. Perubahan yang permanen hanya dapat terjadi jika umat
manusia meningkatkan kesadaran mereka ke taraf yang lebih luhur dari keadaan
sekarang. Anak mempunyai lidah sendiri, demikian pula ibunya. Ibu memangku
anaknya dan mengucapkan kata-kata agar anak itu belajar berbicara. Betapa pun
sibuk lidah sang ibu, anak itu harus berbicara dengan lidahnya sendiri. Sang
ibu tidak bisa berbicara menggantikan anaknya! Guru spiritual pun seperti itu.
Guru spiritual hanya dapat mengulang, mengingatkan, mengilhami, memberi
petunjuk, membujuk, dan memohon; sang murid harus memulai kegiatannya sendiri.
ia sendiri yang harus melompati pagar, tidak ada yang dapat mengangkatnya untuk
itu! (Bhagawan Sri Sathya Sai Baba).
Rustom
Khurshedji Karanjia was an Indian journalist and editor. He typically signed
his reports as "R. K. Karanjia". Karanjia was born in Quetta now in
Pakistan; Quetta is also the birthplace of Ardeshir Cowasjee, a Dawn columnist.
Wikipedia • Born: September 15, 1912, Quetta, Pakistan Died: February 1, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar