Setiap
orang harus menempuh hidupnya sedemikian rupa sehingga ia tidak menyakiti
makhluk hidup yang mana saja. Inilah kewajibannya yang tertinggi. Juga setiap
jiwa yang mendapat kesempatan lahir sebagai manusia, mempunyai kewajiban utama
untuk menggunakan sebagian dari tenaganya buat berdoa, mengulang-ulang nama
Tuhan, bermeditasi, dan sebagainya. Selanjutnya setiap orang harus menyamakan
hidupnya dengan kebenaran, kebajikan, kedamaian, dan pengabdian tanpa pamrih.
Sebagaimana
engkau takut menyentuh api atau mengganggu seekor ular kobra, demikian pula
engkau harus takut membahayakan, melukai, atau merugikan orang atau makhluk
lain; engkau harus takut berbuat dosa. Sebagaimana sekarang dengan gigih dan
tekun engkau berusaha untuk mengumpulkan uang serta kekayaan, demikian pula
engkau harus gigih dan tekun membaktikan dirimu untuk melakukan perbuatan yang
baik, menggembirakan orang lain, dan memuja Tuhan. Ini adalah dharma kalian
sebagai manusia.
Tuhan
menjelma dalam wujud manusia untuk mengembangkan dan menguatkan kebajikan ini.
Mungkin timbul pertanyaan, bagaimana sesuatu yang tidak ada dapat dikembangkan
dan dikuatkan? Sesungguhnya sifat-sifat ini bukannya tidak ada, mereka ada
dalam diri manusia! Bila sifat-sifat yang berada dalam manusia ini merosot dan
memudar, Tuhan mengambil wujud sebagai manusia. Beliau datang untuk
mengembangkan kebajikan dan menimbulkan kelemahan serta kemunduran pada
kekuatan-kekuatan yang menentang kebaikan. Pada zaman Dwapara Yuga
ribuan tahun yang lalu, ketika Sri Krishna memberi petuah pada Arjuna, Beliau
hendak menjelaskan hal ini dengan mengatakan sebagai berikut:
Parithraanaaya
saadhunaam
Vinaasaaya cha dushkrithaam
Dharmasamsthaapanaarthaaya
Sambhaavami yuge yuge.
Vinaasaaya cha dushkrithaam
Dharmasamsthaapanaarthaaya
Sambhaavami yuge yuge.
Untuk
melindungi yang bajik
Untuk memusnahkan yang jahat
Untuk menegakkan dharma
Aku menjelma dari masa ke masa.
Untuk memusnahkan yang jahat
Untuk menegakkan dharma
Aku menjelma dari masa ke masa.
Bhagawad
Gita, 4 : 8