Tanggal cantik, tahun
keramat, sekaligus tanggal yang pernah menjadi fenomena menakutkan bagi
beberapa orang karena dikaitkan dengan ramalan kiamat mini 2012 akhirnya
terlampaui juga tanpa meninggalkan peristiwa super heboh sebagaimana prediksi
yang pernah muncul untuk tanggal 12 bulan 12 tahun 2012 itu. Tapi jangan
takabur apalagi sudah terlena dalam kesibukan menyambut tahun baru yang akan
datang karena lembaran bulan
ke dua belas ini masih menyisakan rentang waktu18 hari yang masih menjadi
misteri dan teka-teki bagi sebagian orang yang menyikapinya dengan serius. Tapi
apapun itu, postingan tulisan saya hari ini bukanlah untuk membahas hal
dimaksud. Biarlah kiamat terjadi ataupun tidak yang penting kita tetap punya
persiapan untuk menyambut kematian yang sudah pasti bagi mereka yang pernah
menyatakan hidup. Salah satu persiapan tambahan yang akan saya bagi hari ini
selain cerita ketuhanan sebagaimana yang sudah saya postingkan beberapa hari
yang lalu adalah mengenai pentingnya menjalin pergaulan dengan orang-orang baik
untuk menyadari kesunyataan diri sendiri.
Jaranglah di dunia
ini mendapat teman yang baik budhi. Orang jahat sekarang ini sangat banyak. Ibaratnya
batu granit berserakan disana sini tetapi batu berlian, itu harus dicari.
Tubuh adalah piala
tempat engkau menampung madu rahmat Tuhan. Itulah tujuan utama diberikannya
tubuh kepadamu, karena tanpa mangkuk atau wadah, bagaimana kita dapat menerima
madu rahmat itu? Tuhan adalah madu yang sangat manis. Tidak kurang dari itu “demikian
kata kitab suci Veda. Bila rahmat-Nya dilimpahkan, tubuh akan bergetar.
Tubuh harus dijaga
agar tetap bersih dan murni. Tidak terpengaruh oleh kotoran,penyakit,dan
kesedihan, penderitaan, atau keputusasaan. Manusia dan Tuhan dapat diibaratkan
dengan besi dan magnet. Sifat Tuhan adalah menarik manusia kepada-Nya. Karena dalam
diri manusia terdapat sifat ketuhanan. Bila magnet tidak berhasil menarik
lempengan besi, beis itu dengan bodohnya mengira bahwa magnet sudah kehilangan
kekuatannya ! namun kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa lempengan besi itu
terselubung karat dan debu yang terlalu tebal. Tetapi besi itu tidak menyadari
kekurangannya sendiri.ia segera menyalahkan Tuhan (magnet) atau bahkan
mengingkari-Nya.
Cara yang paling
mudah dan efektif untuk menjaga agar kita bebas dari debu dan karat adalah
dengan menjaga pergaulan yang baik (Sath sang). Karena pergaulan dengan
teman-teman yang baik dan saleh secara perlahan-lahan namun pasti akan dapat menyucikan
dan membersihkan kebiasaan kita yang mungkin sering menyimpang dari jalan yang
lurus guna kembali menuju pada kesadaran diri yang sejati. Kita harus
berhati-hati dalam memilih teman yang baik kemudian tetap menjaga hubungan
dengan mereka. Secangkir air tidak ada hilainya tetapi bila dituangkan kedalam
sepuluh cangkir susu, air itu akan memperoleh nilai yang sama dengan susu!. Sebaliknya,
bila secangkir susu dituangkan kedalam sepuluh cangkir air, susu itu akan
kehilangan nilainya dan akan dianggap tidak berguna. Karena itu, kumpulan
teman-teman baik yang kita ikuti harus lebih murni dan lebih mulia dari kita,
serta berpegang teguh pada cita-cita kebenaran dan kebajikan yang lebih luhur
dari kita sendiri. Bila seorang perokok berteman dengan orang-orang yang tidak
merokok, besar kemungkinan ia akan dapat meninggalkan kebiasaan merokoknya
secara perlahan. Tetapi bila seorang yang tidak merokok jatuh kedalam pergaulan
dengan orang-orang yang suka merokok, maka pastilah lambat laun ia juga akan
menjadi seorang perokok. Demikianlah pengaruh halus yang tidak kelihatan yang
akan kita peroleh dari teman-teman. Oleh karenanya pergaulan yang kita ikuti
secara kualitatif ataupun kuantitatif harus lebih agung dan lebih luhur.
Ada permata
kebijaksanaan yang berharga di dalam hati kita yang harus digali agar dapat
kita manfaatkan. Dan alat yang harus kita gunakan untuk memperolehnya adalah
apa yang disebut dengan akal budhi. Pada mulanya mungkin kita akan menghadapi
penghalang seperti bongkahan batu besar yang menghambat jalan menuju hal itu. Penghalang
yang berupa kesadaran badan, sang ego. Keinginan atau hawa nafsu merupakan
bongkahan batu yang juga harus digali,dikeluarkan,dan disingkirkan. Kemudian kita
akan mendapati lapisan pasir pikiran yang baik, perkataan yang baik, dan juga
perbuatan yang baik. Bila lapisan ini telah kita capai, kita sudah mendekati
keberhasilan. Apalagi jika kita tetap menjaga hubungan yang baik dengan
teman-teman yang berhati mulia dalam sathsang. Namun jika kita hanya
kadang-kadang saja mengikutinya, maka akan sukarlah memperoleh rahmat Tuhan
(atau ikut mengambil bagian di dalamnya) disebabkan oleh wadahnya yang kusam
dan kotor. Sebagaimana dalam rumah tangga akan kita lihat bahwa perangkat masak
yang digunakan setiap hari akan lebih bersih dan mengkilap jika dibandingkan
dengan peralatan memasak lainnya yang hanya dipergunakan sesekali lalu disimpan
beberapa waktu sehingga ketika akan mempergunakannya kita harus menggosoknya
dengan keras agar kelihatan lebih bersih.
Kebahagiaan jiwa yang
kita peroleh bila kita baik dan berbuat baik harus cukup sebagai inspirasi dan
ganjaran. Lawanlah segala godaan untuk mengikuti pergaulan yang buruk. Ini akan
member kita rasa harga diri. Kita akan meningkat dalam penilaian kita sendiri,
kita tiak perlu menunduk di hadapan siapapun bila kita sudah menempuh cara
hidup yang bijak sebagaimana ujar-ujar kitab suci. Tetapi bila kebohongan dan
kedengkian merajalela, anggaplah hal itu sebagai ujian bagi kemampuan
pertimbangan dan kesabaran kita. Dengan maju selangkah demi selangkah, kita
akan dapat mencapai ujung jalan. Suatu perbuatan baik yang diikuti oleh
perbuatan baik lainnya akan berkembanga menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Dengan
mendengarkan, kita akan terdorong untuk bertindak. Bulatkan tekad kita untuk
hanya bergaul dengan teman-teman yang baik saja dan membentuk kebiasaan guna
mengulang-ulang nama suci Tuhan. Kemudian dengan merenungkan pengejawantahan kebahagiaan
(Anandaswarupa) tabir kekaburan bhatin dalam diri kita akan terungkap
melenyapkan segala kesedihan dan kekhawatiran. Pergaulan yang baik akan membawa
kita menuju kepada ketidak terikatan, dan dengan ketidak terikatan ini akan
membantu kita dalam mencapai kesadaran diri sejati. Tetaplah berusaha agar kita
senantiasa berada di dalam pergaulan dengan orang-orang yang mengabdikan
dirinya pada kehidupan rohani, orang-orang yang akan mendorong dan member kita
semangat agar maju terus kepada tujuan yang dicita-citakan. Dengan cara ini
kita akan dapat mencapai kemurnian pikiran dan perasaan sehingga kebenaran
kesunyataan akan tercermin dengan jelas di dalamnya. Pergaulan dengan
teman-teman yang baik lambat laun akan menyebabkan kita mengundurkan diri dari
berbagai kegiatan yang mengikat. Bila sepotong arang diletakkan ditengah bara
api yang menyala kemudian dikipasi, arang itupun akan ikut menyala. Demikian halnya
dengan api kebijaksanaan akan menyala dengan cara yang sama.
Bila manusia lahir
sebagai orang yang mengetahui kenyataannya yang sejati, ada suatu cara untuk
memurnikan dirinya. Prosesnya adalah dengan menemui dan bergaul dengan
orang-orang baik dan bijaksana, mendengar petuah mereka, berkonsultasi serta
mengikuti nasehat orang-orang yang berhati mulia.
Karena Tuhan
bertanggung jawab untuk memperbaiki kita dan membimbing kita ke jalan yang
benar, maka Tuhan telah mengajarkan kepada kita agar selalu berhati-hati
terhadap kejahatan mata : janganlah kita senang melihat tontonan yang tidak
pantas, tidak senonoh,rendah, serta memalukan seperti apa yang disuguhkan oleh
kemajuan jaman dewasa ini. Sebuah perangkap yang bisa menarik kita menuju
kebusukan dan kejahatan. Selain itu, Kita juga harus menghindari kejahatan
telinga, yaitu prilaku suka mendengarkan skandal,fitnah,umpatan kepada
Tuhan,gossip, cerita tentang kebencian dan ketamakan, ceramah oleh orang-orang
yang jahat dan tidak berketuhanan, yang tidak memiliki kasih di dalam hatinya
serta tidak memperlihatkan persaudaraan dalam perbuatannya. Hendaknya kita juga
berusaha menghindari kejahatan lidah, kejahatan pikiran, serta kejahatan
tangan. Dengan kata lain, janganlah kita sampai mengucapkan perkataan yang bisa
merusak nama baik orang lain, merugikan kepentingannya,dan juga menyakiti
hatinya. Hentikanlah emosi dan nafsu yang jahat. Jauhkan diri kita dari hal-hal
demikian sebab hanya dengan cara itu maka kita bisa terbebas dari berbagai
kejahatan yang seringkali mencemari pikiran serta perasaan yang bisa
menyebabkan kegelisahan,kekalutan,serta kekacauan.
Maut mengendap-endap
mengikuti langkah kita seperti harimau yang mengintai dari semak-semak. Karenanya
janganlah membuang-buang waktu lagi, berusahalah dari sekarang membuang
kemalasan dan sifat pemarah dalam diri. Berusahalah tenang di tengah keributan
lalu cari dan peliharalah pergaulan dengan orang-orang yang lebih suci dan
murni. Biarlah asap harum pikiran suci yang timbul dari ini membumbung di
sekeliling kita. Hentikan segala percakapan mengenai orang yang tersesat
(menurut kita) lalu gantilah topic dengan usaha untuk mencapai jalan
kerohanian. Hentikan segala hubungan dengan orang-orang yang suka mengotori
lidahnya dengan hal-hal yang tidak berguna. Kita harus mengembangkan kebajikan,
kebiasaan baik, sikap yang baik, serta watak yang baik. Bila tidak, hidup kita
hanyalah merupakan rantai plus dan minus dimana prilaku yang satu menghapuskan
prilaku yang lain sehingga bila dijumlahkan, kita hanya akan mendapatkan hasil
nol.
Bila ketetapan hati
kita menuju kepada yang buruk dan bila kita berada dalam pergaulan dengan teman
yang buruk, keadaan kita menjadi makin parah karena plus ditambah dengan plus
maka akibatnya adalah bencana. Bial niat dan ketetapan hati kita baik dan bila
kita bergabung dengan pergaulan yang baik, kita dapat maju dengan pesat. Pergaulan
dengan orang baik itu seperti bayangan pada tengah hari; pada mulanya pendek,
tetapi sementara senja menjelang, bayangan itu menjadi semakin panjang. Sebaliknya
pergaulan dengan yang tidak baik ibarat bayangan pada pagi hari; bayangan itu
panjang pada waktu fajar, tetapi menjelang siang menjadi semakin pendek. Persahabatan
dan pembicaraan yang tidak baik pada mulanya tampak manis dan menyenangkan
tetapi akibatnya hanya akan mengotori hati dan pikiran.
Teman-teman yang
tidak baik sangat mudah didapat, sedangkan teman yang baik harus dicari dan
diperjuangkan. Jatuh itu amat mudah tetapi memanjat memerlukan kekuatan
kehendak. Karena itu manusia lebih sering tergoda untuk mencari cara yang lebih
mudah. Dunia objektif ini ibarat fatamoragana, hanya suatu bayangan. Bila kita
bercukur dihadapan cermin, kita tidak akan mengenakan pisau cukur itu pada
bayangan di cermin bukan? Tetapi kita akan menggunakan pisau cukur itu pada
rambut kita yang sesungguhnya. Tuhan terpantul dalam cermin dunia objektif dan
kita seharusnya dapat melihat bayangan beliau dalam manusia, margasatwa,
burung,tanaman, pepohonan,dan rerumputan. Namun saat ini manusia lebih terpikat
dan tergila-gila pada cermin dan bayangan itu tanpa mengetahui (kenyataan
sejati) yang tercermin di dalamnya. Bagaimana Tuhan dapat bersinar dalam hati
yang digelapkan oleh pikiran dan niat yang tidak baik ?
Manusia menjadi baik
atau buruk disebabkan oleh factor lingkungan pergaulannya. Sebagaimana
perumpamaan diatas : secangkir air yang bisa mendapatkan nilai lebih karena
dituangkan ke dalam sepuluh cangkir susu dan sebaliknya secangkir susu akan
kehilangan nilai jika dicampur dengan sepuluh cangkir air. Demikian pulalah apa
yang terjadi dengan manusia. Bila debu berhubungan dengan angin, debu itu akan
terbawa ke tempat yang tinggi walau ia tidak mempunyai sayap untuk terbang. Tetapi
debu yang sama akan mengalir ke tempat yang terendah bila berhubungan dengan
air. Debu itu tidak memiliki kaki untuk pergi ke tempat yang rendah, juga tidak
memiliki sayap untuk bisa pergi ke tempat yang tinggi. Jadi teman-teman yang
kita milikilah yang seringkali menentukan apakah kita akan naik atau turun. Oleh karena itulah mulailah dari langkah awal
ini, lihat siapa saja orang-orang yang menjadi teman dekat kita, evaluasi, lalu
berani untuk memutuskan. Kedekatan dengan teman-teman yang baik apalagi yang
berketuhanan sudah pasti akan membawa hidup lebih bernilai. Dapatkanlah kedekatan
dengan Tuhan sebab dengan begitu kesucian dan penghormatan itu akan kita
dapati. Ibarat ular yang melilit di leher dewa shiva, yang akhirnya mendapat
penghormatan karena tempatnya yang agung, demikian pula dengan batu yang
dipahat menjadi lingam akan jauh lebih beruntung daripada batu kali yang
dipakai sebagai pondasi rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar