Sai
Upanisad – Jawaban segala keragu-raguan.
Selama
ini mungkin ada beberapa orang yang sedang dibingungkan oleh pernyataan
beberapa orang yang telah menyandang predikat Sadhu atau orang suci dan
berwawasan luas ternyata masih belum mampu mengerti apa yang dimaksud dengan
kemampuan Atmavichaara atau usaha untuk mengetahui sifat-sifat atma dalam aspek
nyatanya bukan sekedar pemahaman dalam aspek teori semata. Sehingga seringkali
kita menjumpai bahwa orang yang telah digugu menjadi seorang pembimbing justru membuat
pernyataan-pernyataan yang kurang bersesuaian dengan gelar yang disandangnya.
Berikut adalah Sai Upanisad yang merupakan jawaban segala pertanyaan dari
keragu-raguan dimaksud. Ajaran yang dikemas dalam bentuk Tanya jawab antara
sang Otoritas dengan para Sadhaka.
Bhakta : Terimalah hormat kami, Svami
Sai : Aku senang melihatmu, engkau
kelihatan begitu lelah, pada musim panas ini, perjalanan akan terasa lebih
melelahkan. beristirahatlah sebentar, kita dapat berbicara nanti.
Bhakta : Bila tidak ada ketentraman
bhatin, bagaimana mungkin kami dapat beristirahat ?
Sai : Ya, Anak-Ku, istirahat itu
untuk memperoleh ketentraman batin. Jika engkau memiliki ketentraman itu,
engkau tidak membutuhkan istirahat lagi. Pembalut diperlukan sampai luka
sembuh, setelah itu apa gunanya ?
Bhakta : Svami, justru sekarang hati
saya sedang kalut. Saya tidak dapat mengambil keputusan apapun. Saya tidak
mengerti apa sebabnya. Apa yang harus saya perbuat ?
Sai : Ah tidak ada akibat terjadi
tanpa sebab. Pasti engkau tahu penyebab keadaanmu sekarang..yah tidak ada yang
perlu dilakukan selain ini : pada saat engkau menderita bhatin, duduklah di
tempat yang sunyi selama beberapa waktu sambil mengulang-ulang nama Tuhan, atau
nyanyikan kidung suci keras-keras dengan suara nyaring. Jika itu tidak mungkin
dilakukan, gelarlah tikar dan tidurlah sebentar. Setelah itu engkau dapat
memikirkan semua ini.
Bhakta : Svami telah mengatakan kepada
kami bukan ? bahwa di dunia ini setiap orang memiliki sesuatu yang sangat
dicintainya. Dan bila ada bahaya atau kemalangan menimpanya, maka tidak ada
lagi ketentraman batin. Lalu bagaimana saya dapat memiliki ketentraman hati
bila terjadi peristiwa seperti ini…seseorang menghina sesuatu yang amat saya
sayangi, atau menjelek-jelekannya ? lalu apa yang harus saya lakukan ?
Sai : Baiklah, orang berbudi luhur
yang telah memahami arti Atmavichara ‘atau usaha untuk mengetahui sifat-sifat
atma’ sudah pasti tidak akan mencela sesuatu yang dicintai orang lain seperti
itu. Iapun tidak akan bergaul dengan orang-orang semacam itu. Ia akan
mempertimbangkan dalam hatinya bahwa bila ia mencela wujud Tuhan yang dipuja
orang lain, orang itu akan merasa terluka seperti yang dirasakannya jika wujud
Tuhan yang dipujanya dicela. Karena itu tenanglah, sadarlah bahwa orang-orang yang
menghina seperti itu adalah orang tidak mengerti perihal ‘Atmavichaara.
Sementara engkau melakukan usaha untuk mengetahui sifat-sifat atma, engkau
tidak perlu berurusan dengan orang yang masih berada dalam kekaburan batin dan
tidak memahami hal itu…Nah biarlah hal itu berlalu. Apa yang sebenarnya terjadi
sehingga mengakibatkan semua ini ? segala kesulitan akan berakhir jika apa yang
ada di dalam dirimu dikeluarkan.
Bhakta : Dunia tahu benar betapa Svami
menganugrahkan keberanian, keteguhan hati dan membimbing orang-orang agar
berbuat baik secara spiritual, fisik, dan mental. Betapa Svami telah memberikan
bantuan yang besar dalam bidang pendidikan dan medis. Svami tidak pernah
berbuat sesuatu atau menyebabkan kerugian pada siapapun dan dalam bentuk apapun.
Bagaimana caranya mencegah orang-orang yang telah mengarang dan menyebarkan
berbagai cerita fitnah mengenai tokoh seperti Svami ? keuntungan apa yang
mereka peroleh dari hal ini ?
Sai : Oh…jadi ini ceritanya! Tidak
tahukah engkau bahwa baik dan buruk sudah merupakan sifat dunia ini ? bila
semua orang menjadi penjual, siapakah pembelinya ?. Mengenai Avatar, sejak
dunia ini diciptakan selalu ada orang yang mengecam atau mencari-cari
kesalahan. Ini bukan hal yang baru. Hanya saja orang-orang jaman sekarang mungkin
mengarang cerita dan cara-cara yang lebih baru. Nah mengapa kecaman semacam itu
kau masukkan dalam hati ? Anggaplah bahwa mereka hanya bisa mengingat-Ku dengan
cara seperti itu. Prema smarana “Mengingat Tuhan dengan kasih’ dan dvesha
smarana ‘ mengingat Tuhan dengan rasa benci’ merupakan 2 cara untuk mengingat.
Dari keduanya, mengingat Tuhan dengan rasa benci merupakan Avidyamaayaa – maya
atau khayal. Timbul dari kekaburan batin yang mendasar dan membuat manusia
menyamakan dirinya dengan identitas tubuhnya. Ini berhubungan dengan sifat
rajasika yang penuh nafsu. Mengingat Tuhan dengan kasih merupakan Vidyamaayaa –
kemampuan pertimbangan yang memungkinkan manusia membedakan hal yang fana dan
sementara dengan hal yang kekal sehingga dengan demikian dapat memperoleh penerangan batin dan
kebebasan. Ini berhubungan dengan sifat Satvika yang murni, baik, dan
tenang.Avidyamaaya mengakibatkan duka, sedangkan Vidyamaayaa menghasilkan
kebahagiaan jiwa. Setiap perbuatan akan menimbulkan akibatnya masing-masing.
Nah sekarang mengapa engkau harus mencegahnya ? Bukankah engkau menanyakan
keuntungan apa yang mereka peroleh dari hal itu ? sebenarnya mereka tidak
memerlukan hasil apapun. Mengecam dan mencari kesalahan orang, sudah menjadi
kebiasaan mereka. Mereka melakukannya seperti kewajiban saja. Seperti kata
pepatah,”Ngengat tidak perduli dan tidak mendapat keuntungan apapun, entah kain
sari yang dirusaknya berharga mahal ataupun murah. Menggerogoti dan melubangi
merupakan sifat ngengat. ia tidak mengerti nilai barang-barang itu.
Pekerjaannya memang demikian. Karena itu, Tenanglah..sadarlah bahwa pekerjaan
orang-orang yang suka mencari kesalahan itu sama dengan pekerjaan ngengat.
Bhakta : Svami, apa yang Svami katakan
memang benar. Kami dapat menerima bahwa orang-orang bodoh, jika berkelakuan
seperti itu memang sebangsa dengan ngengat. tetapi jika orang-orang yang
berpendidikan, yang hebat, yang tahu yang menyebarkan pernyataan semacam itu,
bagaimana hal ini dapat diterima ?
Sai : Pengetahuan berarti Atmajnaana
– Pengetahuan tentang diri sejati. Ini bukan pengetahuan mengenai hal hal yang
berkaitan dengan keduniawian yang melatih orang agar dapat mencari nafkah dan
berguna sebagai landasan mata pencaharian. Mambandingkan atmajnaana dengan
pengetahuan semacam itu merupakan kesalahan besar. Orang yang mulia adalah
mereka yang tidak menjelek-jelekkan orang lain, yang mencari kenyataan dengan
niat baik. Masalah spiritual tidak akan dapat dipahami oleh orang-orang yang
tidak memiliki kemampuan mempertimbangkan, mereka yang sombong karena wewenang
yang mereka miliki, atau mereka yang sama sekali tidak tahu mengenai
Atmajnaana. Karena itu ketahuilah bahwa mereka yang kauanggap terpelajar dan
hebat itu sebenarnya termasuk dalam golongan yang sudah kujelaskan tadi. Karena
itu tanpa memberi peluang pada pikiran dan kekawatiran semacam itu, sibukkanlah
dirimu dalam usaha untuk memperkokoh keyakinanmu.
Bhakta : Di dunia ini banyak orang yang
percaya pada Tuhan berubah menjadi tidak percaya karena ulah orang-orang
semacam itu. Bukankah begitu Svami ? tidak adakah senjata untuk menyadarkan
orang-orang demikian. Yang tanpa mengingat pendidikannya sendiri dan tanpa
usaha sedikitpun untuk mengetahui kenyataan, mencaci maki para pribadi yang
agung ?
Sai : Oh iya, tentu ada. Peribahasa
mengatakan “Tumpukan gombal akan ditempatkan pada pelana yang rusak” perkataan
semacam itu hanya akan didengarkan oleh orang-orang sejenis. Abdi Tuhan yang sejati tidak aka nada yang
bergaul dengan mereka. Kalaupun ada, mereka akan segera menjauhinya setelah mengetahui
bahwa cerita-cerita itu ternyata tidak benar. Jadi senjata untuk menyadarkan
orang demikian terletak di tangan mereka sendiri. Belum pernahkah engkau
mendengar kisah Bhasmaasura yang memiliki kekuatan di tangannya. jika ia
meletakkan tangannya diatas kepala siapa saja, orang itu akan habis menjadi
abu. Akhirnya karena kesombongannya itu, Tuhan memperdayanya agar meletakkan
tangan diatas kepalanya sendiri sehingga ia tewas menjadi abu. Demikian pula,
karena menuduh orang lain, akhirnya mereka akan dituduh oleh kata-katanya
sendiri.
Ada
4 macam orang yang mengecam atau mencari-cari kesalahan Avatar yaitu :
- Mereka yang sama sekali tidak menaruh minat pada hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan.
- Orang-orang yang karena diperbudak rasa iri dan dengki, tidak tahan melihat keagungan dan kejayaan orang lain.
- Orang-orang yang tidak memiliki pengalaman pribadi, kontak atau pengetahuan apapun. Jadi mereka hanya mengarang cerita berdasarkan kabar angin yang telah memperbudaknya.
- Orang yang dating karena mempunyai beberapa keinginan duniawi, tetapi gagal memperolehnya karena nasib (buruk) mereka sendiri, kemudian menggunakan hal itu sebagai alas an untuk menyalahkan Tuhan.
Hanya keempat macam orang ini
yang membuat keributan seperti yang kau katakana. Lainnya tidak akan
berteriak-teriak ataupun berjingkrak seperti wayang golek, walaupun mereka
tidak mempunyai pengalaman pribadi, bila mendengar cerita-cerita semacam itu,
mereka hanya akan menganalisanya di dalam hati dan mengambil kesimpulan untuk
kepuasannya sendiri. Mereka tidak akan menjelek-jelekkan orang lain. Kelirulah
jika seseorang tidak mempercayai pikirannya sendiri, tetapi menerima omongan
orang lain. Selain itu, tidak ada gunanya berdiskusi dengan mereka yang tidak
memahami kenyataan sebenarnya. Sesungguhnya kenyataan sejati tidak memerlukan
diskusi sama sekali. Berdebat dengan orang-orang yang masih dalam tingkat
pertengahan (tidak sepenuhnya ada dalam kekaburan batin tetapi juga belum
begitu mencapai penghayatan kesunyataan) adalah seperti melihat belalai dan
peraya bahwa itu merupakan keseluruhan dari tubuh gajah. Seperti dalam cerita
orang buta yang meraba gajah.
Nah perhatikan ini! Tidak baik
menghabiskan waktu dalam percakapan semacam ini. Menjelek-jelekkan dan
mencari-cari kesalahan, itu biasa dan umum terjadi. Setelah mengetahui hal ini,
mereka yang bercita-cita menjadi bhakta sejati sebaiknya hanya berusaha mencari
landasan untuk membangun kebahagiaan jiwanya. Seluruh waktu yang ada harus
digunakan untuk tujuan yang suci, jangan membuang-buang waktu. Engkau tidak
perlu mengurusi kebaikan atau keburukan orang lain. Daripada membuang waktu
percuma, lebih baik kaumanfaatkan hal itu untuk menghilangkan keburukan dan
mengembangkan kebaikan dalam dirimu.